Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PEJABAT dan media sosial (medsos) memang sudah tidak asing di Tanah Air. Namun, di antara banyak pejabat yang menggunakan medsos untuk berbagai keperluan pribadi dan politiknya, hanya segelintir yang unggahannya lebih sering membuat panas rakyat.
Salah satunya Fadli Zon. Anggota Komisi I DPR RI yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Bidang Politik Dalam Negeri, Hubungan Antarpartai, dan Pemerintahan ini sangat aktif mencicit di akun Twitter, @fadlizon.
Cicitannya kerap mengundang pro-kontra. Bahkan reaksi keras dan berlawanan tidak jarang juga datang dari partainya sendiri.
Seperti ketika 13 November lalu Fadli menyindir Presiden Jokowi yang memilih meresmikan Sirkuit Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), sementara Kalimantan Barat sudah tiga pekan dilanda banjir. Rekan satu partainya yang juga anggota DPR RI, Habiburokhman, segera menegaskan bahwa kicauan itu bukanlah representasi sikap partai.
Bahkan, Habiburokhman yang juga salah satu juru bicara Partai Gerinda menyatakan bahwa Ketua Umum Partai yang juga Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, memberikan teguran kepada Fadli atas cicitan itu. Teguran itu tampaknya cukup berdampak bagi Fadli hingga sempat dua pekan vakum di Twitter.
Meski begitu, pria berusia 50 tahun ini jelas tidak kapok vokal di medsos. Begitu gemarnya membuat cicitan, meski dibantu oleh empat admin yang mengelola akunnya, Fadli mengaku tetap menulis sendiri unggahannya.
Pada Kick Andy Double Check yang tayang malam ini di Metro TV, Andy F Noya pun menanyakan segala kontroversi tersebut kepada Fadli. “Ada yang menghitung sejak Anda aktif di Twitter, kurang lebih sudah ada 30 ribuan cuitan di Twitter. Betapa produktifnya Anda di media sosial. Sebagian jadi kontroversi. Ada juga kemudian penobatan Anda sebagai salah satu yang paling nyinyir. Apa komentar Anda?” tanya Andy.
Menjawab pertanyaan tajam tersebut, kepiawaian Fadli berdiplomasi pun tidak surut. Pria yang memperoleh gelar doktor program studi sejarah dari Universitas Indonesia ini beralasan hal itu karena perannya sebagai wakil rakyat.
“Saya tidak pernah merasa nyinyir. Sebagai wakil rakyat, saya harus menggunakan berbagai macam platform untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Menuju demokrasi di era digital ini, platform media sosial menjadi paling efektif. Ya, ini sebagai bagian dari berbagai bentuk komunikasi dengan masyarakat,” katanya.
Lebih jauh lagi ia beralasan bahwa medsos menjadi sarananya untuk menyampaikan pendapat pada isu yang tidak menjadi ranah komisinya. “Misalnya ada isu minyak goreng, JHT, BPJS. Saya komisi I, tidak bisa bicara itu. Bicaranya pertahanan. Saya juga ada kewajiban mengawasi eksekutif. Jadi sering kali orang salah paham, meski secara partai saya berkoalisi dengan pemerintah, bukan berarti tidak boleh kritik,” terangnya.
Meski isu yang dikomentari sangat luas, ia juga beralasan selalu menggunakan data. Jawaban ini tentu saja tidak langsung memuaskan Andy, terlebih dengan kenyataan Fadli yang juga kerap mengkritik tentang sisi personal. Hal itu mau tidak mau membawa pertanyaan tentang sisi objektivitas dan hanya nyinyir belaka.
“Tapi predikat nyinyir itu juga bukan saja merujuk ke hal seperti itu. Misalnya hal yang remeh-temeh, bahkan urusan pribadi Presiden. Seperti soal acara pernikahan anaknya. Lagi-lagi, soal produktivitas Anda ini, di tengah kesibukan, kok masih punya waktu untuk nyinyir?” buru Andy.
Di sisi lain, Fadli juga punya jawaban menarik tentang kegemarannya bermain Twitter. Pria yang gemar membuat puisi dan menulis lagu itu menyatakan bahwa hobi mencicit setiap hari merupakan salah satu wujudnya dalam mensyukuri hidup.
Pemikiran itu terutama muncul setelah pengalaman hampir tiga kali kehilangan nyawa akibat kecelakaan. “Jadi saya memaknai anugerah hidup dengan memberikan argumen di media sosial,” ungkapnya. Fadli mengaku terbiasa mencicit di sela-sela kegiatannya, baik saat sedang di perjalanan maupun ketika berada di tengah jeda.
Loyalitas kepada Prabowo
Sejak mendirikan Partai Gerindra bersama Prabowo pada 2008, Fadli belum berpindah rumah politik. Ia pun tidak pernah tampak menentang langkah maupun kebijakan Prabowo. Tidak mengherankan jika kemudian muncul anggapan kesetiaan penuhnya itu karena utang budi.
Andy pun mengonfirmasi hal itu kepada Fadli, begitu juga kedekatannya dengan Prabowo. “Kan banyak yang mempertanyakan kenapa Fadli Zon loyal dengan Prabowo. Sedekat apa?” Lanjut Andy Noya.
Andy tidak lupa juga mengonfrontasi Fadli dengan pertanyaan terkait Prabowo yang disebut sebagai salah satu jenderal yang harus bertanggung jawab dalam penghilangan aktivis dan beberapa pelanggaran HAM di masa lampau. “Tapi Anda terus mendampingi. Ini diduga ada utang budi?” tanya Andy tegas
Terkait dengan pertanyaan-pertanyaan tajam itu Fadli memilih menjawab dengan balik bertanya. “Menurut saya, Pak Prabowo melakukan langkat tepat (sebagai Menhan). Pada bagian mana yang tidak tepat?” ujarnya.
Selanjutnya Andy segera bertanya mengenai rencana Prabowo di Pemilu 2024. “Anda termasuk yang mendukung agar Prabowo tidak usah maju lagi? Bagaimana jika dipasangkan dengan Puan?” Simak jawaban lengkap Fadli dalam tayangan malam ini.
Penggemar ziarah makam
Salah satu kontroversi lain Fadli yang kerap jadi pembicaraan warganet ialah foto-fotonya yang kerap kali berkunjung ke berbagai makam tokoh yang identik dengan tokoh kiri. Sementara itu, ia malah kerap menyerang kelompok yang dianggap punya atau mendukung paham kiri.
Maka, fotonya saat berada di samping Lenin di museum lilin Madam Tussaud, fotonya di makam Karl Marx, atau swafotonya dengan Xi Jinping, kerap ikut diributkan. Namun, Fadli mengaku ia merupakan penggemar ziarah makam. Ia mengatakan banyak mengunjungi makam-makam para tokoh, baik dari paham kiri maupun kanan, atau tokoh-tokoh agama.
“Saya hobi ziarah makam. Saya ziarahi semua. Bukan cuma tokoh kiri dan kanan, tetapi juga makam Nabi Ibrahim, Ishak, tokoh sufi. Makam musisi seperti Beethoven juga saya kunjungi. Di makam, kita bisa mempelajari biografi mereka.”
Di Kick Andy Double Check, Fadli pun menjelaskan kronologi foto dirinya memegang bunga di depan makam Karl Marx. Di samping itu, masih banyak kontroversi yang ia klarifikasi bersama Andy Noya. Mulai dari kicauan-kicauan ‘nyinyirnya’ hingga peristiwa yang sempat menyeret putrinya saat ia dianggap minta fasilitasi KJRI New York untuk pendampingan sang putri. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved