Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
PASANGAN suami istri, Gilang Widya Pramana dan Shandy Purnamasari, telah menjadi sensasi tersendiri beberapa tahun ini. Dijuluki ‘crazy rich Malang’, pasangan pengusaha ini memang identik dengan gelimang harta.
Bukan sekadar memiliki rumah besar dan deretan supercar, Gilang dan Shandy juga memiliki jet pribadi seharga sekitar Rp260 miliar. Dengan jet yang dibeli pada awal 2021 itu pula, ia menerbangkan selebritas ternama seperti Raffi Ahmad sekeluarga ke rumah mereka di Malang, Jawa Timur.
Di bawah bendera MS Glow, perusahaan kosmetik yang mereka dirikan, Gilang dan Shandy juga menggandeng begitu banyak selebritas untuk menjadi duta produk. Tidak hanya itu, pasangan tersebut juga kerap membagikan bonus dan uang untuk berbagai kesempatan, termasuk bonus masing-masing ratusan juta rupiah kepada atlet Indonesia peraih medali di Olimpiade Tokyo 2020.
Sukses besar di usia muda itu mampu diraih Gilang yang kini berusia 32 tahun dan sang istri yang berusia 31 tahun berkat kerja keras dari nol. Menjadi bintang tamu Kick Andy episode Sepasang Hati Menebar Kasih yang tayang Minggu (19/12), Gilang menuturkan telah dibiasakan mandiri sejak remaja.
Meski bukan berasal dari keluarga kaya, penghidupan keluarga Gilang yang memiliki ayah dan kakek sebagai PNS sebenarnya berkecukupan. Namun, pria asal Bojonegoro ini tidak dimanjakan.
“Orangtua saya nggak pernah memanjakan saya, nggak pernah kasih duit. Kalau kamu pengen dapat duit, kamu harus kerja. Kerja apa pun saya lakukan,” ujar Gilang yang saat kecil sudah membantu ibunya berjualan drum air bekas.
Sukses masuk universitas negeri di Malang, hari-hari Gilang bukan hanya belajar dan bermain. Darah bisnis dari sang ibu menurun hingga ia membuka usaha cuci motor dengan tarif Rp5.000. Dalam sebulan ia bisa meraih omzet Rp800 ribu–Rp1 juta.
Tidak hanya itu, ia juga membuat dan menjual keset dari kain perca. Pernah pula bekerja sebagai tour leader dalam bisnis travel milik rekannya. Berbagai usaha sampingan itu tak hanya menambah uang saku, tapi juga membuat Gilang bisa mengasah kemampuan komunikasi, berjejaring, dan berbisnis. Bahkan lewat pekerjaan pemandu wisata, ia pun bisa bertemu sang calon istri.
Sejurus dengan Gilang, Shandy juga bukan berasal dari keluarga kaya. Saking stres khawatir tidak bisa lulus masuk SMA negeri, Shandy mengaku sempat sakit hingga tidak bisa berjalan selepas ujian akhir SMP.
Dengan latar belakang yang mirip, keduanya pun merasa menemukan kecocokan dan memutuskan menikah muda meski masih menggantungkan hidup dari usaha cuci motor Gilang. “Kita menikah tanpa masa depan yang jelas. Menikah dari jual kambing. Jadi, uang hasil cucian saya dan tabungan, saya jadikan kambing, lalu dijual pas Idul Adha. Nikahnya di teras rumah saya, tapi akadnya di Masjid Agung,” kenang Gilang.
Di masa awal menikah itu pun mereka berdua harus hidup sangat mengirit, bahkan hanya bisa mengalokasikan uang makan Rp15 ribu per hari.
Bisnis transportasi
Bisnis cuci motornya memang sempat tumbuh dengan pesat. Namun, seiring berjalannya waktu, bisnis itu stagnan. Shandy yang tengah hamil pun sempat mendorong Gilang untuk menjadi PNS. Akan tetapi, Gilang yakin akan sukses sebagai pengusaha.
Kesempatan emas datang dari teman masa kecil yang memberi peluang berbisnis transportasi darat lewat usaha sewa-menyewa bus. Dengan modal sendiri plus ditambah hasil pinjaman, Gilang terjun ke bisnis tersebut dengan 5 unit bus sasis Mercy dan karoseri Adiputro.
Beruntung ia memiliki jaringan luas lewat pertemanan di kampus, konsumen saat di bisnis travel, rekanan di pemda, hingga langganan cuci motor. Dalam waktu dua bulan, usaha penyewaan bus milik Gilang tumbuh pesat. Ia pun memberi label usahanya, Juragan 99.
Dalam waktu satu tahun, Gilang mampu menambah armadanya hingga tiga kali lipat.
Saat usahanya sedang naik daun, Gilang melihat hobi sang istri menggunakan kosmetik juga merupakan peluang usaha. Bersama sang istri, ia mulai mempelajari seluk-beluk bisnis kosmetik kecantikan.
Sebelum memulai bisnis kosmetik, Shandy awalnya hanya menjualkan produk milik orang lain. Bermula dari keinginan untuk merawat diri tapi terbatas biaya, ia pun memutar otak hingga kemudian mencoba jadi reseller produk kecantikan.
Dari menjadi reseller, Shandy menyimpan sebagian penghasilannya untuk modal usaha. Barulah Shandy membuat brand miliknya sendiri yang dikenal dengan nama MS Glow, bersama dengan rekannya, pengusaha asal Bali, Maharani Kemala, pada 2013.
Dalam waktu 3 tahun, MS Glow sudah memiliki hampir 40 varian produk. Saat ini MS Glow telah memiliki 60 distributor dan agen di seluruh Indonesia. Strategi menggunakan jasa distributor dan memaksimalkan media sosial membuat produk milik Gilang meroket dengan pesat.
Seiring dengan bisnis mereka yang semakin besar, Gilang memutuskan untuk membuat bisnis usaha kontrakan dan garmen. Hadirnya J99 Garment yang bergerak di bidang fesyen pun turut membuka lapangan pekerjaan di saat pandemi ini.
Di balik gelimang harta, pasangan muda ini konsisten menjalankan misi berbagi. Shandy menjelaskan bahwa hal itu dimulai dari kebiasaan Gilang menyisihkan rezeki untuk yang membutuhkan. “Walaupun kita masih nyicil rumah dan mobil, tapi tetap berbagi karena kata Mas Gilang walaupun kita susah, masih ada yang susah lagi. Kita selalu merasa rezeki kita itu rezeki karyawan-karyawan kita, rezeki seller kita dan orang-orang yang membutuhan. Jadi ini bukan rezeki kita saja, tapi rezeki semua orang,” tutur Shandy.
Melalui perusahaan Juragan 99 Corp (J99 Corp), pada 2020 Gilang dan Shandy pun membentuk Juragan 99 Foundation (J99 Foundation) sebagai bentuk CSR. “Sebagai wadah untuk berbagi karena biasanya saya ngasih sebagai personal ke panti asuhan. Sekarang kita bikin wadah di mana kita punya unit bisnis di bawah J99 Corp, di situ tiap bulan emang kita mintakan dan paksakan untuk menyalurkan uangnya ke foundation,” tutur Gilang.
Yayasan itu telah memberikan puluhan ribu bantuan paket sembako untuk korban bencana alam di beberapa wilayah Indonesia. Selama pandemi berlangsung, J99 Foundation juga memberi bantuan alat kesehatan, masker, program vaksinasi, hingga paket bantuan isoman dengan tagar #bantupulihisoman yang sudah berjalan di enam kota di Indonesia.
Tak hanya itu, melalui J99 Foundation, Gilang dan Shandy membagikan 5.000 paket nasi bungkus kepada orang-orang yang tidak beruntung di wilayah Malang Raya, juga santunan bagi 99 panti asuhan di Hari Santri dan renovasi 99 masjid di seluruh Jawa Timur.
Pada 2020 Shandy pernah menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) atas prakarsa dan keterlibatannya dalam penggarapan lagu Semua Kan berlalu yang didukung oleh 50 artis Indonesia sebagai bentuk dukungan bagi para tenaga kesehatan. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved