Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tradisi Sambatan di Ranah Digital

Nike Amelia Sari
05/9/2021 06:20
Tradisi Sambatan di Ranah Digital
Rimawan Pradiptyo.(MI/Sumaryanto Bronto)

MEREKA yang berasal dari etnik Jawa mungkin sudah akrab dengan sambatan. Berarti budaya atau kegiatan membantu, sambatan bisa dalam bentuk kecil, misal antardua orang hingga dalam skala besar, yakni gotong-royong.

Di masa pandemi ini semangat sambatan sesungguhnya semakin dibutuhkan dalam berbagai level. Sambatan bukan saja mampu meringankan keluarga yang harus menjalani isoman, melainkan juga bisa berdampak membantu perekonomian yang melambat karena pandemi.

Besarnya peran sambatan itu pula yang disadari Rimawan Pradiptyo. Pria kelahiran Ngawi, Jawa Timur, yang berprofesi sebagai dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada itu pun membuat gerakan Sambatan Jogja (Sonjo) pada 24 Maret 2020.

"Sonjo dalam bahasa Jawa artinya itu silaturahim. Nah, Sonjo itu singkatan dari Sambatan Jogja. Jadi, ini ialah ingin mengembalikan lagi semangat yang muncul di masa-masa lalu dan itu mulai meredup sekitar awal 1980, 1990 habis ialah tradisi sambatan," kata Rimawan, hadir sebagai bintang tamu Kick Andy bertajuk Sejuta Aksi Bantu Negeri, yang tayang hari ini di Metro TV.

Pria berusia 51 tahun ini menjelaskan jika pada budaya awalnya sambatan lebih berbentuk bantuan tenaga. Sebagai contoh, dahulu jika ada orang yang ingin membangun rumah, dia hanya perlu menyiapkan material bangunan. Untuk pembangunan, dilakukan bergotong royong dengan para tetangga. Selanjutnya, ketika kehidupan masyarakat kian sibuk, sumbangan tenaga kerap digantikan dengan uang.

Dalam sistem Sonjo, bentuk sambatan kian beragam seiring kebutuhan saat ini. Sambatan itu dijembatani lewat Whatsapp group, yang hingga Juli 2021 telah terbentuk 24 WAG Sonjon dan anggota sekitar 2.000 orang.

Setiap WAG memiliki fokus tertentu yang meliputi tiga sektor utama, yakni kesehatan, ekonomi, dan pendidikan. Contohnya, Sonjo Pangan-1 yang terbentuk untuk membantu penyelesaian masalah ketahanan pangan yang ada di DIY. WAG ini muncul sebagai dampak dari pelaksanaan WFH yang kemudian menciptakan putusnya permintaan dan penawaran di pasar makanan dan bahan pangan.

Bentuk sambatan itu juga dibuat dalam aktivitas-aktivitas terpisah sesuai dengan kebutuhan yang ingin disasar. Misalnya dalam aktivitas Sonjo Angkringan yang dijalankan ialah diskusi santai layaknya di angkringan Diskusi tiap Minggu malam ini menghadirkan sosok-sosok yang kompeten di bidangnya, misalnya akademisi, pengusaha, dan praktisi. Mereka membahas berbagai permasalahan yang dihadapi para anggota Sonjo.

Lalu, dalam Sonjo Husada dibahas seputar donor plasma konvalesen. Selain menjalankan lima aktivitas, Sonjo juga berusaha menjadi jembatan bagi pedagang maupun pengusaha UMKM pangan dengan menyediakan platform etalase pasar virtual.

Bahkan, terdapat pula WAG Sonjo Kebijakan. WAG ini merupakan WAG berisi para ahli kebijakan publik yang fokus untuk memformulasi rekomendasi kebijakan yang tepat diambil pemerintah pusat maupun daerah merespons keadaan di lapangan (evidence based policy).

 

Hukum supply demand

Rimawan mengatakan gerakan yang dijalankannya tidak mengutip uang sepeser pun. Meski tanpa kutipan, Sonjo tetap bertahan dan manfaatnya sangat terasa oleh para anggotanya sebab konsep supply demand yang dijalankan.

Sonjo membantu mempertemukan mereka yang membutuhkan dan mereka yang membantu. "Sederhananya gini, katakanlah dalam satu WA group kita punya 50 orang, lalu kita buka pertanyaan, apa yang dibutuhkan. Tapi di saat yang bersamaan, jangan lupa bahwa setiap orang punya permintaan, tapi setiap orang juga punya penawaran. Jadi, begitu permintaan dan penawaran ada di situ, itulah pasar, demand dan supply bertemu, selesai masalah. Ini yang kami tawarkan sebenarnya," papar Rimawan.

Rimawan menjelaskan jika hukum supply demand itu memang pada awalnya tampak tidak berimbang. Berdasarkan rekapan percakapan WAG, ia memantau pada awalnya lebih banyak orang menyampaikan masalah ketimbang yang berusaha membantu atau member solusi.

Namun, pada minggu kedua kondisi sudah mulai berubah karena sudah banyak orang yang merespons dan member solusi. Pada minggu-minggu selanjutnya penyelesaian masalah semakin cepat. Bahkan, ia menyebutkan hanya dalam waktu 5 menit kini sudah lumrah ada bantuan atau solusi yang ditawarkan anggota grup yang lain kepada anggota yang membutuhkan.

Meskipun hingga kini masih terbatas di DIY, Sonjo telah berhubungan dengan WAG komunitas di daerah lain atau perusahaan. Hingga kini Sonjo berkolaborasi dengan daerah lain itu telah memiliki 4 WAG. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya