Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Abdul Rohim: Akses Pendidikan bagi Anak Marginal

Bagus Pradana
23/5/2021 05:05
Abdul Rohim: Akses Pendidikan bagi Anak Marginal
Abdul Rohim(MI/SUMARYANTO BRONTO)

KEPEDULIAN Abdul Rohim terhadap pendidikan anak-anak pemulung di Jakarta bertaut dengan kisah masa lalunya. Dua puluh tahun lalu, yakni ketika berusia 16 tahun, Abdul terpaksa menjadi anak jalanan.

Masalah ekonomi keluarga yang terimbas krisis moneter di medio 1998, membuat Abdul ini meringankan beban orangtua dengan hidup mandiri. Selama kurang lebih empat tahun, ia melakoni berbagai pekerjaan sekadar menyambung hidup, mulai dari berjualan koran, mengamen, hingga menjadi joki 3 in 1. Emperan ruko dan terminal pun menjadi rumahnya.

Kehidupan Abdul mulai membaik setelah bertemu dengan pekerja sosial dari Rumah Singgah Setia Kawan Mandiri (Sekam). Adanya berbagai program pemberdayaan remaja yang dijalankan Sekam tidak disia-siakan Abdul.

Abdul yang putus sekolah juga antusias mendapatkan pendampingan dari Rumah Singgah ini untuk mengikuti ujian kesetaraan Paket C. Kini Abdul bukan lagi seorang anak jalanan, berkat kerja kerasnya ia kini berhasil menjadi mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jakarta.

 

 

Advokasi pendidikan

Tidak menjadi kacang yang lupa kulit, Abdul bertekad untuk membantu sesama anak marginal. Pada 2016, ia pun mendirikan sebuah komunitas rumah belajar Yayasan Education, Religion, Bee, Entertainment (ERBE) untuk memfasilitasi pendidikan bagi anak-anak pemulung yang putus sekolah di Jakarta.

Hadir sebagai narasumber Kick Andy Show episode Asa di Tapal Batas yang tayang Minggu (23/5), Abdul mengaku ingin membagikan pengalaman hidupnya dari seorang anak jalanan yang bangkit dari jerat kemiskinan. “Saya tidak ingin anak-anak pemulung jatuh di lubang yang sama kayak saya. Mereka berhak mendapatkan pendidikan dan lepas dari belenggu kemiskinan,” ujar Abdul.

Untuk memfasilitasi kegiatan bimbingan belajar, ia menggandeng beberapa sukarelawan dari kalangan mahasiswa dan swasta. Setidaknya ada sekitar 12 pendamping yang membantu Abdul di tiga rumah belajar yang dirintisnya.

Upaya Abdul dan para pendamping Yayasan ERBE mendidik anak-anak pemulung bukan tanpa tantangan. Sering kali mereka mendapat cibiran dari orangtua pemulung lantaran mereka lebih setuju anak-anak ikut bekerja bersama mereka ketimbang belajar.

“Kalau cuma belajar dapat apa? Kalau memulung kan dapat duit. Itu salah satu tantangan kami, tapi seiring berjalannya waktu kami memberi pengertian, mereka bisa memaklumi bahwa ini semua anak-anak jalanan yang sedang berjuang untuk menjadi lebih baik,” jelas Abdul.

Untuk merebut hati dari para orangtua pemulung, Yayasan ERBE sempat memberikan bantuan sosial. Kini Yayasan ERBE juga tengah memfasilitasi para pemulung agar bisa mendapatkan kartu identitas kependudukan (KTP). Kartu tersebut memang kendala utama untuk mendapatkan bantuan sekolah gratis yang disediakan pemeritah daerah.

Melalui yayasan ERBE, Abdul bertekad tak pernah lelah memberikan pemahaman tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak pemulung di Jakarta. Setiap Hari Sabtu dan Minggu, ia juga ikut memberikan bimbingan belajar di komunitasnya. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik