Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
TANYSTROPHEUS, merupakan spesies reptil berleher panjang yang sempat membingungkan para paleontolog selama kurun waktu 170 tahun belakangan ini. Mayoritas kebingungan dari para ahli ini didominasi oleh pertanyaan tentang fungsi dari leher panjang yang dimiliki reptil tersebut.
Tanystropheus yang fosilnya ditemukan pertama kali pada 1852, dapat mencapai panjang lebih dari 5 meter, dimana hampir sebagian besar ukuran itu karena lehernya yang panjang. Dengan panjang leher yang mencapai 3/4 tubuh, peneliti tidak dapat mengungkap jika reptil tersebut lebih suka berendam di dalam air atau berjalan di darat.
"Tanystropheus tampak seperti buaya gemuk dengan leher yang sangat-sangat panjang," kata ahli paleontologi Olivier Rieppel dari Chicago's Field Museum, seperti dilansir dari sciencealert.com, Jumat (2/4).
Para ahli belakangan ini berhasil memecahkan misteri tersebut dengan melakukan pelacakan catatan umur dari fosil-fosil Tanystropheus. Sebagaimana teknik menghitung catatan umur pada pohon yaitu dengan menghitung cincin yang dimiliki batangnya, umur tulang ternyata dapat dihitung dengan cara yang sama.
Rieppel dan para peneliti dari Chicago's Field Museum menggunakan sinar-X untuk memindai fosil tengkorak dari Tanystropheus menjadi model 3D melalui teknologi computerized tomography (CT) resolusi tinggi. "Kekuatan CT scan memungkinkan kita melihat detail yang tidak mungkin diamati pada fosil," terang Stephan Spiekman, pakar evolusi reptil dari Universitas Zurich yang juga terlibat dalam proyek penelitian ini.
"Dari bagian tengkorak yang hancur, kami mampu merekonstruksi tengkorak 3D yang hampir lengkap, dan mengungkapkan detail morfologi yang penting," imbuh Spiekman.
Dengan seluruh fragmen tulangnya di berhasil diletakan pada tempat yang tepat, para peneliti pun berkesimpulan bahwa sepertinya Tanystropheus ini merupakan spesies reptil yang betah di dalam air.
Tengkorak reptil ini memiliki lubang hidung yang mengarah ke atas, seperti moncong buaya - tepat bagi predator penyergap di dalam air untuk menjaga paru-paru agar tetap penuh dengan udara sembari menunggu mangsanya lewat.
“Saat ukuran tubuhnya masih kecil spesies ini kemungkinan besar memakan hewan bercangkang kecil, seperti udang. Namun ketika ia telah tumbuh dewasa sangat dimungkinkan jika mangsa utamanya adalah ikan atau cumi-cumi,” jelas Spiekman.
"Ini benar-benar luar biasa, karena kami mengharapkan leher aneh dari Tanystropheus itu miliki fungsi khususkan seperti leher jerapah. Namun ternyata, evolusi itu terjadi karena gaya hidup reptil ini. Temuan ini benar-benar mengubah cara kita memandang Tanystropheus," tukasnya. Penelitian ini juga telah dipublikasikan di jurnal Current Biology pada tanggal 6 Agustus tahun lalu. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved