Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Mengubah Budaya Nikah Muda lewat Perpustakaan

Bagus Pradana
14/3/2021 08:00
Mengubah Budaya Nikah Muda lewat Perpustakaan
Hilyatul Aulia Syahrul, remaja pendiri perpustakaan Mari Mengenal Dunia di Bulukumba, Sulawesi Selatan.(Sumaryanto Bronto/MI)

DI berbagai pelosok Nusantara, pendidikan masih jadi barang mewah, terlebih bagi anak perempuan. Banyak keluarga masih lebih mementingkan pendidikan bagi anak laki-laki saja.

Ketika anak perempuan bisa bersekolah, tidak jarang juga mereka tidak bisa bermimpi untuk terus melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Alasan yang kerap diberikan adalah faktor ekonomi ataupun desakan untuk segera menikah.

Hal itu pula yang disaksikan Hilyatul Aulia Syahrul di lingkungannya di pelosok Bulukumba, Sulawesi Selatan.  Ila- begitu ia biasa dipanggil, mengungkapkan bahwa masih jarang anak perempuan di desanya yang bersekolah tinggi.

Menurutnya, tidak sedikit teman-temannya putus sekolah lantaran memilih untuk menikah muda. Masih kuatnya budaya menikah muda, pada akhirnya membuat anak-anak juga tidak menyadari pentingnya terus bersekolah meski ada kesempatan.

Dari situlah, Ila memiliki tekad untuk memperjuangkan hak belajar bagi anak-anak perempuan. Ia pun mengaku beruntung karena keluarganya mementingkan pendidikan dan mendukungnya aktif di beragam kegiatan. Termasuk ketika di kelas 2 SMA ia mendapat kesempatan ikut program pertukaran pelajar 'SabangMerauke' di Jakarta. 

“Beruntung saya berasal dari keluarga yang mendorong saya untuk terus sekolah tetapi beberapa teman saya tidak demikian bahkan ada yang dinikahkan oleh keluarganya dengan alasan sekolah hanya membuatnya semakin "bodoh"," kenang Ila.

Hadir sebagai narasumber dalam program acara Kick Andy Show episode 'Bocah Pembawa Perubahan' Minggu (14/3), Ila menceritakan program itu semakin membuka matanya akan pentingnya pendidikan dan literasi. Sepulangnya dari program tersebut, Ila memiliki ide membuat perpustakaan.

Ia mendapat dukungan dari guru dan juga teman-teman, termasuk teman di program pertukaran pelajar. Alhamdulillah ketika saya ceritakan ide ini teman-teman ternyata justru banyak yang mendukung saya, bahkan ada dari Jakarta yang menyumbang buku di perpustakaan kami," imbuh gadis kelahiran 2005 itu.

Ila kemudian membentuk sebuah tim dengan melibatkan guru dan teman-teman sekelasnya untuk menyulap sebuah ruang yang tidak terpakai di sekolahnya menjadi perpustakaan yang ia beri nama perpustakaan 'Mari Mengenal Dunia'. Lewat perpustakaan tersebut, Ila mengadakan kegiatan mingguan seperti kegiatan pembacaan buku yang kemudian diselingi dengan sesi bercerita, dengan tujuan untuk mengedukasi teman-temannya tentang pentingnya pendidikan.

“Saya ingin mendorong anak-anak di desa saya ini supaya terus punya mimpi, dengan begitu mereka akan sadar dan menolak untuk menikah dini. Terutama untuk anak-anak perempuan di desa saya, saya ingin mereka menjadi pribadi yang mengutamakan pendidikan, jadi saat ditanya, 'eh ngapain kamu sekolah tinggi-tinggi, toh ujung-ujungnya nanti balik ke dapur lagi', mereka bisa jawab bahwa ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cedas pula, makanya mereka harus tetap sekolah," tukasnya.

Ila sendiri bercita-cita untuk melanjutkan sekolah di luar negeri, ia ingin menjadi seorang pengacara agar dapat menegakkan keadilan bagi masyarakat yang lemah. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya