Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Pesan Ibu

Adiyanto Wartawan Media Indonesia
20/12/2020 00:35
Pesan Ibu
Adiyanto Wartawan Media Indonesia(MI/Ebet)

SLOGAN ‘Ingat Pesan Ibu’ yang mulai dikampanyekan awal Oktober lalu, menjadi salah satu upaya pemerintah memutus rantai penyebaran covid-19. Kampanye ini diyakini efektif mengajak masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Protokol yang dimaksud ialah 3M. Menggunakan masker, menjaga jarak aman minimal satu meter, serta mencuci tangan dengan sabun di air mengalir minimal 20 detik.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid- 19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, mengatakan slogan ini diambil dari peran seorang ibu. Ibu, kata Wiku, ialah sosok penting dalam keluarga. Ia berpengaruh besar dan mampu mengajak anggota keluarga menjalankan pesan-pesan penting. “Setiap orang pasti dilahirkan dari seorang ibu. Maka dari itu, kita menempelkan pesan itu, betul-betul dari ibu, agar bisa mengingatkan anak-anaknya,” ujarnya kala me-launching program tersebut.

Slogan, jargon, simbol, entah apa pun sebutannya, penting apalagi bertujuan baik. Namun, apakah itu efektif, tergantung bagaimana penerima pesan tersebut. Apakah ia akan mengolah pesan persuasi itu untuk diproses lebih lanjut menjadi tindakan, tergantung pada wacana, ideologi, dan nilai yang terkandung dalam komunikasi tersebut. Di Jepang, kebiasaan orang memakai masker telah menjadi hal lumrah, bahkan jauh sebelum pandemi. Hal ini lantaran kebiasaan mereka yang sering menggunakan kendaraan umum. Mereka sadar dalam transportasi publik, beragam manusia berhimpun, tidak diketahui mana yang sehat dan sakit.

Di negeri itu, simbol paling favorit selama pandemi ini justru ialah mitsu, sebuah huruf kanji yang artinya kurang lebih rapat/padat. Maksudnya, masyarakat diimbau jangan berkerumun atau sebisa mungkin menghindari kerumunan. Menurut AFP, tidak seperti di negara lain yang memberlakukan kebijakan pembatasan sosial/fisik secara ketat, di Jepang tidak ada kebijakan semacam itu. Bioskop dan restoran tetap buka, meski dengan penerapan protokol kesehatan. Menurut kantor berita Prancis tersebut, kasus covid-19 di Jepang juga relatif kecil. Berdasarkan data Worldometer, per 19 Desember 2020, ada 191.000 kasus covid-19 di ‘Negeri Matahari Terbit’ itu, dengan 2.783 kematian.

Dari data ini, saya tidak bermaksud membandingkan Jepang dengan Indonesia. Selain jumlah penduduk sangat jomplang, tingkat kedisiplinan masyarakat di kedua negara juga berbeda. Hal yang ingin saya tekankan di sini ialah slogan yang sudah tepat dipilih Tim Satgas Penanganan Covid-19 itu, tidak bisa berdiri sendiri. Ia perlu terus-menerus disosialisasikan, kalau perlu dengan penerapan sanksi. Di negeri +62 ini, jangankan imbauan, meski sudah jelas-jelas ada gambar larangan parkir atau memutar jalan saja, masih ada pihak yang melanggar. Di sini pentingnya keterlibatan dan ketegasan aparatus negara. Jangan membiarkan atau malah ikut-ikutan berkerumun.

Selain itu, kita, masyarakat, termasuk saya, semestinya juga sadar kalau angka korban yang diumumkan Tim Satgas Penanganan Covid-19 setiap hari itu, bukan statistik belaka. Selama kurang lebih setahun pandemi ini berlangsung, mungkin dari angka itu ada saudara, kerabat, suami/istri, anak, atau malah barangkali ibu kita, yang telah jadi korban virus mematikan tersebut. Makanya, mulai sekarang, mari patuhi protokol kesehatan. Sayangi diri dan juga orang-orang tercinta di sekitar Anda. Oh iya, lusa kita juga akan memperingati Hari Ibu, jangan lupa selalu ingat pesan-pesannya, terutama jangan korupsi, apalagi di tengah pandemi. Tabik.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik