Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
TELAH 13 tahun ini ledakan gelombang yang misterius terjadi di galaksi kita, Bima Sakti. Namun selama ini ledakan itu hanya mampu dideteksi dengan gelombang radio.
Beberpa kelompok ilmuwan yang mengamati fenomena ledakan itu, termasuk astronom dari Institut Teknologi California dan Universitas MCGill, Amerika Serikat. Identifikasi awal para astronom merujuk pada Bintang Magnetar yang berjarak 32.000 tahun cahaya dari Bumi.
Bintang tersebut merupakan bintang mati dengan medan magnet yang sangat kuat, yang telah lama dicurigai oleh para astronom sebagai sumber ledakan di kejauhan. Bintang eutron itu memiliki massa yang sangat padat, yakni 1,5 kali massa Matahari kita namun ke dalam ruang seukuran kota Manhattan.
Bintang ini memiliki medan magnet yang sangat besar yang berdengung dan berderak karena tekanan energinya. Terkadang bintang ini menyemburkan sinar-X dan gelombang radio.
"Medan magnet di sekitar Bintang Magnetar ini begitu kuat sehingga setiap atom yang ada di dekatnya akan terkoyak ," ujar astronom, Casey Law dari Institut Teknologi California, seperti dilansir dari dailymail.co.uk, Jumat (6/11).
Akhirnya setelah cukup lama mengamati, citra dari salah satu rangkaian ledakan itu mampu ditangkap pada April lalu. Uniknya tidak hanya ditangkap oleh teleskop senilai $ 20 juta (atau sekitar Rp.283 miliar) di observatorium Kanada, ledakan yang lebih lemah dari biasanya itu juga berhasil direkam oleh sebuah antena buatan tangan karya seorang mahasiswa doktoral.
Christopher Bochenek sang mahasiswa doktoral California Institute of Technology (CalTech) membuat antenanya dari kaleng kue dan pipa logam. Ia menamakan perangkat temuannya: 'DIY STARE2' dan menghabiskan biaya pembuatan U$15.000 (sekitar Rp212 juta).
"Kami masih belum tahu betapa beruntungnya kami," ungkap Christopher Bochenek. "Ini bisa terjadi sekali dalam lima tahun atau mungkin ada beberapa peristiwa yang terjadi setiap tahun," imbuhnya.
Antena Bochenek ini memiliki ukuran sebesar ember dan terbuat dari pipa logam setinggi 15,2 centimeter dengan dua lempengan logam berbentuk loyang di atas dan bawahnya yang berfungsi sebagai sensor.
Bochenek memperkirakan bahwa ia mungkin memiliki peluang sepersepuluh untuk melihat ledakan gelombang radio langka tersebut dalam beberapa tahun lagi. Para ilmuwan mengakui jika sistem antena yang dibangun oleh Bochenek ini cukup efektif untuk mendeteksi ledakan gelombang radio tersebut, namun perlu identifikasi lanjutan untuk menentukan asal dari ledakan tersebut. Dengan menganalisis ledakan gelombang radio para astronom mengungkapkan kemungkinan untuk menggunakannya dalam eksplorasi antara galaksi. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved