Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
DI masa ‘kenormalan baru’ ini, pemerintah Indonesia dan Singapura pada 26 Oktober 2020 akan mengimplementasikan penuh Travel Corridor Arrangement (TCA) atau juga dikenal dengan Reciprocal Green Lane (RGL). Skema ini khusus diperuntukkan bagi WNI dan warga negara Singapura yang ingin melakukan perjalanan bisnis mendesak, perjalanan diplomatik dan kedinasan. Sejumlah ketentuan yang disepakati kedua negara akan diterapkan sebagai suatu prosedur keberangkatan dan kedatangan.
Pemerintah kedua negara mengatakan kesepakatan itu akan memberi dampak positif di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi covid-19. Kerja sama itu sekaligus menjadi simbol kedekatan Indonesia-Singapura yang sudah berlangsung lama. Ini membuktikan komitmen dua negara sahabat untuk saling mendukung di tengah krisis.
Media Indonesia berbincang dengan Duta Besar RI untuk Singapura periode 2020-2023, Suryopratomo, perihal persiapan atas kesepakatan tersebut. Duta besar yang baru dilantik Presiden Joko Widodo pada September silam itu juga mengemukakan rencananya agar Kedutaan Besar RI di Singapura bisa membantu peningkatan ekonomi nasional di tengah krisis akibat pandemi. Berikut petikan wawancara yang dilakukan pada Rabu (21/10), di Jakarta.
Apa latar belakang kesepakatan TCA ini?
Memang itu kesepakatan yang dibuat antara dua pemerintahan, khususnya Menlu RI dengan Singapura. Jadi, kedua negara sepakat dan melihat bahwa kegiatan bisnis dan perjalanan dinas itu tidak boleh terhenti. Apalagi, Indonesia dan Singapura di bidang politik itu sejak 2014 ada pertemuan yang namanya pertemuan para pemimpin, ada leadership retreat sejak zaman Pak SBY. Itu selalu dilakukan setahun sekali.
Tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah. Jadi, perlu ada kemudahan untuk perjalanan dinas. Apalagi, pertemuan Menlu itu setahun dua kali minimal. Belum ada juga ada 6 working group untuk membahas isu kerja sama perhubungan, pertanian, tenaga kerja, pariwisata, investasi, keuangan. Jadi, banyak sekali hubungan antara Singapura-Indonesia yang membutuhkan pertemuan dan perjalanan. Karena itu, disepakati TCA ini harus dibuat.
Bagaimana TCA akan berjalan pada 26 Oktober 2020?
Saat ini TCA akan dibuat dibatasi pintu masuk dan keluarnya. Di Indonesia hanya dari Batam untuk angkutan laut dan Bandara Soekarno-Hatta untuk penerbangan udara. Singapura juga hanya dua pintu. Kita buat lebih terkontrol karena kedua negara sama-sama menyadari situasi masih belum aman betul dari terjadinya penularan sehingga dibuat semacam aturan dari mulai pembatasan jumlah pintu masuk-keluar.
Kedua, bagaimana prosedur pemeriksaannya. Kesepakatannya itu harus dilakukan (tes) PCR 72 jam sebelum keberangkatan dan ketika mendarat. Jadi, misalnya, orang Singapura datang ke Indonesia, mereka harus bawa surat PCR negatif dan harus PCR lagi ketika sampai di Indonesia.
Siapa saja yang berhak mengajukan izin kedatangan ke Singapura dan Indonesia?
Karena ini aturannya untuk perjalanan dinas dan bisnis, harus ada pengundangnya. Jadi, misalnya, saya mau ke Singapura sebagai pejabat negara, saya harus mendapatkan surat undangan dari lembaga pengundangnya. Begitu juga pebisnis, harus ada surat dari perusahaannya. Harus dirinci kegiatannya nanti selama kunjungan. Surat itu yang harus lebih dulu di-apply melalui sistem online ke kedutaan besar negara tujuan di masing-masing negara. Jadi orang Indonesia harus ajukan surat penugasan itu ke kedutaan besar Singapura di Indonesia dulu, begitu juga sebaliknya. Kalau sudah dapat izin, baru bisa berangkat.
Bagaimana persiapan implementasi TCA?
Sejak kesepakatan tanggal 12 Oktober 2020 dilakukan, kita diberi 14 hari supaya kemudian kedua negara betul-betul siap dengan sistemnya. Karena kan misalnya di Bandara Soekarno-Hatta harus sudah siap ada layanan PCR, begitu juga di Changi. Halhal teknis seperti itu yang masih dilakukan. Karena itu, ini bukan hanya pekerjaan Kementerian Luar Negeri saja, ketika membahas TCA itu melibatkan imigrasi, melibatkan kesehatan, perhubungan, jadi ini harus dibuat sebagai kerja bersama. Singapura juga melakukan hal yang sama.
Apa yang mendasari Singapura mau melakukan TCA dengan Indonesia, mengingat banyak negara menutup akses penuh untuk WNI?
Sekarang ini semua negara memproteksi dirinya sendiri. Indonesia juga menutup pintu untuk 192 negara. Kita hanya memiliki 4 TCA: dengan UEA, Korea Selatan, RRC, dan Singapura. Jadi, negara di luar itu tidak boleh datang ke Indonesia. Banyak negara melarang WNI masuk ke negaranya itu karena memang semua negara saat ini menyadari bahwa covid-19 ini harus diatasi dengan pembatasan perjalanan manusia.
Seberapa signifikan TCA dengan Singapura akan berdampak pada ekonomi Indonesia?
Kalau melihat secara proporsional, investasi Singapura ke Indonesia itu 34% dari total investasi asing yang masuk ke Indonesia. Jadi, sepertiga itu datang dari Singapura. Maka, bisa dibayangkan Singapura itu memang sangat penting untuk Indonesia. Itu yang membuat akhirnya kedua negara bersepakat. Kedua negara melihat bahwa memang hubungan Singapura Indonesia ini harus di-maintain. Namun, memang kewaspadaan tetap harus ada dan dijaga, tetapi bisnis tetap harus berjalan. Karena bukan hanya Indonesia yang suffer ekonominya karena covid-19. Singapura bahkan kontraksi pertumbuhan ekonominya jauh lebih dalam dari Indonesia. Mereka hampir 43% kontraksinya, kita kan hanya 5,4%.
Ada sektor bisnis prioritas yang akan diutamakan untuk mendapat izin melalui TCA ini?
Tergantung, ibaratnya tidak perlu ajari bebek berenang, pengusaha pasti akan tahu mana yang punya potensi dan harus diprioritaskan. Karena saat ini banyak sekali juga orang Singapura yang ingin tetap menanamkan modal di Indonesia. apakah itu di sektor pertanian, kehutananan, ketenagalistrikan. Jadi, kita tidak membatasi.
Bagaimana dengan kesiapan dari KBRI di Singapura?
Kalau WNI datang ke Singapura, mereka apply ke Singapura dan pihak Singapura yang menentukan. Mereka yang datang juga harus ada pihak pengundang yang bertanggung jawab penuh menyiapkan akomodasi bagi WNI, termasuk penginapan untuk isolasi mandiri yang harus dilakukan ketika menunggu hasil PCR pascakedatangan. Jadi, KBRI tidak perlu menyiapkan hal-hal seperti tempat isolasi, itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengundang. KBRI akan berjalan normal seperti biasa, kecuali ada laporan-laporan tertentu tentang kondisi WNI, akan kami tidak lanjuti.
Untuk kesehariannya selama di Singapura, nanti setiap yang datang akan dimonitor dengan sistem tracing melalui teknologi yang dimiliki pemerintahnya. Di Indonesia, warga Singapura yang datang juga akan dipantau pergerakannya lewat aplikasi Peduli Lindungi. Mereka harus download itu. Itu supaya kalau terjadi sesuatu, sistem tracing-nya bisa lebih mudah.
Apa ini bisa meningkatkan juga kerja sama kesehatan dengan Singapura?
Kerja sama kesehatan antara kedua negara ini sebenarnya sudah cukup intensif dilakukan sejak sebelum kesepakatan TCA. Bahkan Singapura sudah cukup banyak membantu Indonesia dalam penanganan covid-19.
Secara umum bagaimana kondisi WNI di Singapura?
WNI sangat terkontrol baik. Aturan di sana sangat ketat dan orang Indonesia juga sangat patuh. Kemudian KBRI selalu mengingatkan untuk menjalani protokol kesehatan. Mereka yang bergejala segera mendapat perawatan. Alhamdulillah tingkat kesembuhannya tinggi. Sampai saat ini WNI yang sudah terkonfirmasi positif covid-19 di Singapura 76 orang, sebanyak 68 dinyatakan sembuh, 2 orang meninggal dunia, dan kasus aktif ada 6 orang.
Setelah dilantik sebagai Dubes Singapura pada 14 September, apa program yang akan Anda jalankan?
Tugas yang diberikan Presiden ini 80% kan sekarang diplomasi ekonomi. Karena itu, saya sebelum berangkat bertemu dengan teman-teman dari Kadin dan pengusaha. Teman-teman Kadin berharap, kalau yang pengusaha besar kan selama ini sudah punya bisnis berjalan di Singapura. Jadi, yang harus difasilitasi ialah kelompok menengah. Begitu juga dengan pengusaha yang dari Singapura. Banyak pengusaha kelas menengah yang sebenarnya ingin masuk ke Indonesia. Ini yang akan kami coba fasilitasi.
KBRI akan mempertemukan dua kepentingan orang-orang bisnis ini agar kemudian bisa terjadi kerja sama yang menguntungkan kedua negara. Itu yang akan menjadi fokus KBRI, agar bisa semakin banyak kerja sama yang dilakukan, tidak hanya pada level pengusaha besar, tetapi kelas menengah, mereka juga harus terfasilitasi.
Target spesifik apa yang Anda harapkan?
Kemarin Pak Airlangga (Menko Perekonomian Airlangga Hartarto) sudah menyampaikan pada pihak Singapura, agar (kerja sama) terutama di bidang pertanian, perikanan, buah-buahan, itu kan stok kita ke sana relatif masih kecil. Kita hanya menguasai sekitar 6% dari total impor Singapura untuk kebutuhan pokok seperti sayuran dan buah-buahan. Padahal, ( total) nilainya bisa 20 miliar dolar Singa pura, kita hanya 6%.
Jadi, kita ingin membuat pola kerja samanya untuk 2021-2025 agar lebih banyak memberi kesempatan kepada segmen kelompok pengusaha yang lebih beragam, seperti sayur dan buah itu misalnya, untuk bisa masuk ke Singapura. Begitu juga sebaliknya, agar investasi yang masuk ke Indonesia lebih banyak dan beragam. Karena saya berpandangan investasi itu tidak harus besar yang nilainya mencapai 10, 20 miliar dolar. Investasi yang ratusan ribu dolar juga harus diberi jalan. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved