Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Shibori di Tangan Label Lokal

Putri Rosmalia
11/10/2020 00:55
Shibori di Tangan Label Lokal
Muda Mudi the Label(Dok. Maudy Khusnia)

RAGAM pakaian berbahan dasar shibori semakin banyak dijumpai sepanjang 2020 ini. Namun, bagi sebagian orang kata shibori mungkin masih terdengar asing.

Shibori merupakan sebuah teknik pewarnaan kain yang berasal dari negara Jepang. Shibori dipercaya sebagai teknik pewarnaan pakaian yang tertua di Jepang, dipekirakan sudah ada sejak abad ke-18.

Selayaknya batik di Indonesia, shibori merupakan salah satu teknik penciptaan pakaian secara tradisional yang kental dengan nilai-nilai budaya. Ada beberapa motif shibori yang terkenal dan banyak diaplikasikan. 

Di antaranya teknik kanoko atau motif lingkaran, itajime atau motif kotak-kotak, dan kumo atau menyerupai jaring laba-laba. Di dunia, tren shibori mulai muncul beberapa waktu belakangan. 

Di mulai tren pembuatan tie dye atau teknik celup ikat secara mandiri selama pandemi, tren pakaian dengan motif shibori juga mulai bermunculan. Dion Lee, label mewah asal Australia merilis koleksi musim gugurnya bertema shibori pada Agustus 2020. 

Di Indonesia, busana berbahan dasar shibori juga semakin banyak bermunculan dengan ditampilkan sebagai busana harian maupun yang berbentuk luaran. Ini pula yang terlihat dari dua label Tanah Air, Waiki Tekstil dan Muda Mudi the Label. 

Oleh mereka, shibori diolah menjadi busana santai hingga semiformal yang chic. Pemilik Waiki Tekstil, Ningsihwulan, dan pemilik Muda Mudi the Label, Maudy Khusnia, menjelaskan shibori memiliki kesamaan dengan batik dan jumputan. 

Ketiga kain tersebut diwarnai dengan teknik haling rintang. Jika batik menggunakan penghalang malam (lilin), sedangkan shibori dan jumputan menggunakan penghalang berupa tekanan yang dihasilkan dari melipat, mengikat, dan jahitan manual.

“Kalau batik dihalanginya dengan malam, kalau shibori dengan tekanan, seperti lipat, ikat, dan jahit manual,” ujar Ningsihwulan, ketika dihubungi Media Indonesia, Kamis (8/10).

Dalam soal motif, shibori dinilai bisa menghasilkan motif yang lebih beragam dari jumputan. Maudy menilai dengan kemiripan teknik shibori dengan batik dan jumputan maka menjadi potensi untuk dikembangkan di dalam negeri.

“Walaupun berasal dari Jepang, teknik shibori miliki proses pembuatan yang mirip dengan kain batik sehingga dapat dikembangkan juga oleh para perajin tradisional kami,” ujar Maudy, ketika dihubungi Media Indonesia, Jumat (9/10).


Asli vs printing

Sama halnya dengan batik, meningkatnya minat akan shibori juga membuat kain bermotif shibori dengan teknik cetak atau printing juga banyak bermunculan. 

Untuk mengetahui bahwa shibori yang akan dibeli ialah asli atau sepenuhnya handmade, pembeli dapat melihat dari perbedaan warna di bagian luar dan dalam pakaian. Pada shibori yang asli, bagian dalam pakaian akan memiliki warna yang lebih pudar. 

Pada shibori hasil cetak, warna biasanya cenderung sama dan tembus hingga ke bagian dalam. Perbedaan juga dapat dilihat dari sisi variasi motif. Teknik pewarnaan alami akan membuat warna yang ada di kain shibori cenderung bergradasi dan tidak monoton.

Di akun Instagram @waikitekstil, terlihat ragam jenis pakaian bermodel simpel dengan bahan kain shibori. Motif yang dibuat dengan teknik shibori beragam, mulai garisgaris atau gradasi warna, hingga motif ala batik Indonesia, seperti kawung.

Ningsihwulan menjelaskan jika kain yang digunakan ialah yang berbahan serat alami seperti katun atau linen. Jenis kain itu dianggap paling cocok disandingkan dengan bahan pewarna alami yang digunakan untuk membuat shibori.

“Pewarna alaminya dari beberapa jenis. Misalnya dari daun indigo itu diproses menjadi bentuk pasta dengan proses fermentasi. Ada juga yang dari serat kayu untuk warna cokelat, misalnya dari kulit kayu mahoni dan akasi. Lalu, ada dari kulit buah itu yang dibuat dengan proses perebusan. Pewarnanya juga handmade. Sumber bahan dapat dari petani setempat,” ujar Ningsihwulan yang mendirikan Waiki sejak 2017.

Dibutuhkan waktu sekitar satu sampai dua minggu untuk menghasilkan satu produk pakaian dari proses shibori secara tradisional. Lama pengerjaan tergantung pada motif dan kepekatan warna yang diinginkan.

Sementara itu, Maudy Khusnia, mengungkapkan jika shibori diminati sejak tahun lalu. Melalui toko daring di Instagram @mudamudithelabel, ragam produk yang dijual terus mengalami peningkatan signifikan sepanjang 2020.

Jika Waiki lebih menonjolkan garis kasual, Muda Mudi the Label lebih menawarkan siluet yang feminin, elegan, dan juga seksi. Contoh koleksinya ialah modifikasi kimono atau kemeja panjang yang dipadankan dengan atasan crop. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik