Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Studi: Senyum yang Terpaksa Pun Berdampak Positif di Otak

Galih Agus Saputra
26/9/2020 19:10
Studi: Senyum yang Terpaksa Pun Berdampak Positif di Otak
Senyum akan merangsang pusat emosi di otak untuk menjaga emosi tetap positif.(Unsplash/ Allef Vinicus)

SUDAH banyak yang mengatakan tentang pentingnya senyum. Musikus Legendaris asal Inggris, John Lennon, misalnya, mengatakan, "hitunglah hidupmu dari senyum bukan air mata". Bintang film papan atas, Will Smith juga pernah berkata, "jangan biarkan dunia mengubah senyum anda".

Baru-baru ini kajian para ahli di University of South Australia mengungkap tentang dampak lain dari. Para ahli di universitas itu mengawali penelitian dengan asumsi, senyum adalah sesuatu yang sangat penting terutama di tengah kondisi dunia yang dilanda pandemi.

Penelitian dipimpin oleh pakar kognitif, Fernando Marmolejo-Ramos. Ia pertama kali mempublikasikan hasil eksperimennya atas senyum melalui jurnal 'Experimental Psychology'. Menurut Fernando, senyum dapat dimanipulasi untuk mengetahui korelasi antara otot wajah, gestur tubuh, dan rangsangan terhadap otak dari senyum itu sendiri.

Manipulasi senyum dilakukan Fernando dan tim terhadap sejumlah peserta penelitian. Para peserta diminta untuk menjaga senyumnya masing-masing dengan cara menggigit pensil. Hasil amatan kemudian menunjukan bahwa senyum tidak hanya memicu aktivitas otot di wajah tapi juga gestur tubuh, yang mana dari keduanya dapat menghasilkan rangsangan positif bagi peserta.

"Ketika otot-otot Anda mengatakan Anda bahagia, Anda lebih cenderung melihat dunia sekitar dengan cara yang positif. Dalam penelitian, kami menemukan bahwa ketika seseorang dapat 'memaksa' dirinya untuk tersenyum, maka ia dapat merangsang pusat emosi dalam otak yakni amigdala untuk melepaskan neurotransmiter, yang menjaga keadaan emosional seseorang tetap positif," kata Fernando, seperti dilansir Sciencedaily, beberapa waktu lalu.

Fernando mengatakan eksperimen bernama 'Pen in Teeth' ini menjadi implikasi yang menarik untuk kesehatan mental. Jika seseorang bisa 'menipu' otaknya sendiri dengan dengan senyum, maka ia dapat memanfaatkan mekanisme ini untuk memicu rasa 'bahagia'.

"Singkatnya, sistem persepsi dan motorik saling terkait saat kita memproses rangsangan emosional. Pendekatan 'pura-pura tersenyum', saat berhasil dapat menghasilkan sesuatu yang berharga yang kita harapkan," imbuh Fernando. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya