Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
POKOKE maknyus. Masih ingatkah kita dengan jargon tersebut? Jargon khas dari pakar kuliner Nusantara almarhum Pak Bondan. Identik dilontarkan ketika mengungkapkan lezatnya makanan. Jargon yang meresap di benak setiap orang yang menyaksikan.
Ulasan kulinernya pun jauh dari kata mengecewakan. Rasa, aroma, tekstur, dan porsi secara detail ia jelaskan. Rupanya tak hanya almarhum Pak Bondan yang doyan mengulas makanan, para selebgram pun ternyata tak mau ketinggalan.
Belakangan ini para selebgram ramai dipercaya untuk bekerja sama mempromosikan makanan oleh para pengusaha di bidang kuliner. Promosi tersebut biasanya dalam bentuk ulasan di Instagram Stroies.
Ulasan dari selebgram pun sering kali menjadi acuan warganet dalam membeli makanan. Akan tetapi, banyak selebgram yang mengulas makanan dengan kalimat yang terkesan lebai meskipun kalimat yang digunakan itu bertujuan meyakinkan para pengikut (followers) mereka agar membeli makanan yang mereka promosikan.
Berikut ini contoh kalimat-kalimat yang sering dilontarkan selebgram saat sedang mengulas makanan. Yang pertama ialah kalimat ‘rasanya enak banget sampai kayak mau meninggal’. Netizen dibuat heran bagaimana rasa makanan itu sehingga yang mengulas kayak mau meninggal, seperti cicitan dari akun @Incognito889, ‘rasanya kayak mau meninggal tuh selebgram pernah sakratulmaut sambil review makanan?’
Kalimat yang kedua ialah ‘enggak ngerti lagi, enak banget sampai mau nangis’. Kenapa harus sampai mau menangis? Makanan enak yang dicicip seharusnya membuat bahagia, bukan sedih, terharu, atau kecewa sampai mau menangis.
Yang ketiga ialah kalimat ‘rasanya benar-benar seenak itu’. Kalimat yang begitu membingungkan. Seenak apa sebenarnya? Warganet jadi tidak tahu bagaimana tolok ukur rasanya. Berapa nilai makanannya, misalnya, nilai delapan dari 10.
Contoh keempat yang tidak kalah anehnya ialah kalimat ‘ini ayam gorengnya rasanya ayam banget’. Sungguh ulasan yang memprihatinkan untuk didengar.
Meski maksud kalimat-kalimat lebai tersebut menggambarkan betapa enaknya makanan yang diulas, deskripsi soal rasa itu terlampau hiperbol, sukar dimengerti, dan luput dari menjabarkan bumbu apa yang terkandung di dalam makanan. Cara promosi yang terlalu textbook, itu-itu saja, dan miskin kosakata. Menjalar dari satu selebgram ke selebgram lainnya.
Untuk meyakinkan warganet sebaiknya para selebgram memberikan penjelasan tekstur, aroma, dan rasa makanan lewat bahasa sederhana yang mudah diterima sehingga informasi tentang makanan yang diulas bisa sampai ke warganet. Saya pun mengharapkan ulasan dari para selebgram yang lebih dari kata ‘enak’ saja dan lebih variatif.
Kasus serupa lainnya juga terjadi pada penamaan makanan dan minum an. Misalnya, seblak jahanam, ceker ayam setan, mi jablay, es genderuwo, martabak horor, dan nasi goreng jancuk. Terdengar lebai, seram, dan heboh. Padahal, kenyataannya bentuknya sama seperti biasa, tanpa variasi yang berarti.
Fenomena memberi nama yang lebai untuk suatu produk memang sah-sah saja. Hal itu dilakukan penjual dengan tujuan menarik minat calon pembeli. Dengan begitu, calon pembeli penasaran dan datang menikmati santapan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved