Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Menjajaki Kajian Multidisiplin dalam Tradisi Lisan

Bagus Pradana
26/7/2020 19:05
Menjajaki Kajian Multidisiplin dalam Tradisi Lisan
Kesenian Gandrung Banyuwangi. Cerita di balik tarian ini menjadi bagian tradisi lisan yang mesti dilestarikan(Antara/Menjajaki Kajian Multidisiplin dalam Tradisi Lisan )

PANDEMI covid 19 tak menyurutkan Asosiasi Tradisi Lisan Indonesia untuk menggelar Loka Karya Nasional Tradisi Lisan yang menjadi agenda tahunannya. Format daring dipilih dalam pelaksanaan Loka Karya Tradisi Lisan tahun ini, rencananya loka karya 'daring' ini akan dihelat dalam lima seri diskusi selama bulan Juli hingga pertengahan Agustus.

Sebagai salah satu upaya untuk memajukan tradisi lisan di Indonesia, maka pengkajian multidisiplin terhadap tradisi lisan menjadi penting untuk dijajaki. Kebutuhan ini yang kemudian melandasi Asosiasi Tradisi Lisan untuk menyepakati metodologi serta format kajian seperti apa yang cocok untuk mendekati tradisi lisan di Indonesia.

"Kajian multidisipliner tentang tradisi lisan itu menjadi penting di sini karena untuk memetakan secara lebih lanjut pengetahuan-pengetahuan yang terkandung di dalamnya, karena pengetahuan dalam tradisi lisan ini adalah pengetahuan-pengetahuan yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi," terang Prof. Heddhy Shri Ahimsa-Putra, peneliti tradisi lisan yang juga  Guru Besar Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, dalam loka karya tersebut.

"Ini adalah pengetahuan yang sangat berharga karena sudah teruji dari waktu ke waktu, orang sudah sangat paham dengan pengetahuan itu dan ia menjadi pedoman hidup pada masyarakat tersebut," sambungnya.

Lebih lanjut Prof. Heddhy memberikan batasan mengenai definisi tradisi lisan, agar dapat didekati secara multidisiplin oleh berbagai bidang keilmuan lain.

"Tradisi lisan itu adalah sebuah narasi yang penyampaiannya tidak ditulis, karena kalau ditulis namanya sudah menjadi sastra. Nah ini fenomena yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam masyarakat tradisional, bentuknya bisa berupa mantra, doa, syair, pantun, cerita tutur dan lain sebagainya" ungkapnya.

Namun tawaran tersebut sempat mendapat koreksi dari Dr. Ruhaliah. Sebab, menurutnya, tradisi lisan juga dapat berhubungan dengan tradisi tulisan, namun karena akses terhadap tulisan itu terbatas maka dipilihlah cara penyampaian dengan menuturkannya yang menjadi cikal bakal munculnya tradisi lisan.

"Tapi tidak menutup kemungkinan asal dari tradisi lisan ini bisa saja dari tulisan, karena rapal-rapal mantra atau doa, bahkan mungkin cerita yang biasanya dituturkan dalam keseharian kita itu bisa jadi ada naskahnya, tapi karena aksesnya terbatas akhirnya pilihannya adalah dituturkan. Nah menurut saya tradisi lisan ini sangat berkaitan dengan metode untuk merawat tradisi tersebut yaitu melalui penuturan, terutama untuk masyarakat yang tidak mengenal budaya tulis menulis," tambah Dr. Ruhaliah, selaku ketua ATL Jabar.

Menurut Profesor Robert Sibarani, salah seorang pembicara lainnya dalam loka karya ini, dalam tradisi lisan seringkali informasi yang muncul dari penuturan pelaku tradisi lisan masih sangat terbatas untuk dijadikan sumber primer. Namun,  kata dia, jjika peneliti cukup jeli sebenarnya justru banyak informasi tersirat yang muncul ketika penuturan mulai melantunkan kisah atau rapalan mantranya. Oleh karena itu prof. Robert menghimbau agar setiap peneliti memiliki sensitivitas untuk mendokumentasikan data-data yang ia cari dalam penelitian tradisi lisan. 

"Nah dalam tradisi lisan, informasi itu tidak hanya tersirat dari apa yang mereka ucapkan, sebagai peneliti kita juga harus sensitif terhadap informasi yang tidak tersirat, maka pendokumentasian menjadi penting dalam penelitian tradisi lisan," tukas pria yang juga menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas Sumatra Utara tersebut. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya