Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Kecintaan merawat tanaman dalam ruang (indoor plants) kini rupanya kembali menjadi kegiatan yang cukup digemari oleh banyak orang. Selain membuat hunian tampak lebih asri, kegiatan seperti ini dirasa baik untuk menjaga kesehatan mental seseorang, terlebih di masa isolasi atau pembatasan fisik dan sosial.
Salah satu jenis tanaman yang tak kalah fenomenal di Tanah Air saat ini adalah Monstera, khususnya jenis variegata. Orang biasa melihat kecantikan tanaman ini dari bentuk daun yang melebar dan berlubang-lubang, maupun komposisi warnanya yang terdiri dari hijau, putih, atau hijau kekuningan bak corak marmer.
Tak tanggung-tanggung, seorang 'plant addict' bahkan rela merogoh kocek cukup dalam untuk mendapatkan tanaman yang satu ini. Sebagaimana diberitakan Dailymail, Januari lalu, lelang tanaman monstera variegata yang dikenal dengan 'Swiss Cheese Plant' pernah mencapai angka $4930 (Rp71 juta) di sebuah laman, Trade Me.
Harga Monstera di dalam negeri tak kalah beragam. Ratusan pedagang di toko daring mematok harga dari Rp300 ribu hingga Rp 95 juta.
Lantas, apa yang membuat harga tanaman ini begitu luar biasa?
Monstera sempat tergolong tanaman yang susah dicari. Proses pertumbuhannya begitu lambat sementara peminatnya selalu meningkat. Fotosintesisnya tidak terlalu tinggi, atau juga dapat terlihat dari sebagian warna daunnya yaitu krem. Melalui warna ini dapat diketahui bahwa tumbuhan tersebut tidak banyak memiliki klorofil atau zat hijau daun yang berperan dalam sebuah fotosintesis. Selama tiga bulan, tumbuhan ini barangkali baru hanya terlihat tunasnya saja.
Monstera pada dasarnya dapat tumbuh dengan baik bila si pemilik dapat mengenal karakteristik, media tanam, maupun habitat asli tanaman tersebut.
Sebagaimana dilansir dari laman monsteraplantsource.com, monstera termasuk dalam suku talas-talasan (araceae). Mereka juga sekerabat dengan Sirih Gading (Devil's Ivy/Pothos) dan sering diasosiasikan dengan split-leaf Philodendron.
Secara keseluruhan, ada 22 spesies monstera yang berbeda dengan varietas yang tak kalah beragam. Monstera deliciosa adalah varietas yang paling umum di pembibitan lokal atau ornamen yang paling populer di pasaran.
Nama monstera yang berarti 'monster' digunakan untuk menyebut tanaman ini karena mengacu pada ukuran mauapun bentuk daunnya. Sementara deliciosa yang berarti 'lezat' mengacu pada buah atau tongkol yang dihasilkan. Meski lezat penyajian buah tanaman ini tidak mudah bahkan dapat beracun karena mengandung asam oksalat.
Monstera berasal dari daerah tropis di Amerika Tengah, mulai dari bagian paling selatan Meksiko hingga Panama. Ia juga dapat ditemukan di Hawai, dan pertama dibudidayakan sebagai tanaman hias di Inggris pada akhir 1700-an. Sebagai tanaman hias ia tidak bertongkol kecuali dibudidayakan di rumah kaca.
Monstera tumbuh subur di hutan hujan. Dalam habitat seperti itu mereka menggunakan akarnya untuk 'memanjat' pohon ke arah cahaya. Tingginya dapat mencapai 20 meter dengan daun sepanjang satu meter. Sebagai tanaman hias atau di dalam ruang tingginya barangkali hanya mencapai 10 kaki (3 meter).
Meski tergolong lambat pertumbuhannya, Monstera cukup sulit untuk dimusnahkan ketika sudah lebat dan dewasa. Sebelum dewasa daunnya juga tidak memiliki lubang atau saat inilah mereka terlihat mirip dengan pothos atau philodendron. Pada umumnya monstera deliciosa sendiri baru dapat berbuah saat berusia kurang lebih 3 tahun. (Berbagai sumber/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved