Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Membalikan Nasib Tragis

BAGUS PRADANA
05/7/2020 06:10
Membalikan Nasib Tragis
(MI/SUMARYANTO BRONTO)

MENYIMAK kisah perjalanan hidup Tommy Wong tidak ubahnya menonton film drama. Sebelum menjadi CEO Victorindo Group yang merupakan distributor resmi gawai terkenal asal Korea Selatan, Tommy menapaki hidup yang keras sejak kanak-kanak.

Hadir di acara Kick Andy episode Menolak Menyerah yang tayang hari ini, Tommy menjadi salah satu narasumber yang menuturkan kisah kekuatan mental. Nasib yang keras bahkan bisa dibilang tragis tidak membuat ia menjadi pecundang.

Justru membuatnya bisa bangkit dan semakin sukses. Berbicara kepada Andy F Noya, Tommy mengungkapkan sejak kecil ia harus hidup di jalanan akibat konflik keluarga setelah sang ayah meninggal dunia. "Itu terjadi saat umur saya baru menginjak tujuh tahun, ayah saya meninggal sehingga saya bersama ibu pontang-panting melanjutkan hidup. Lalu kami terseret dalam konflik perebutan warisan dari keluarga ayah saya. Paman saya tak terima karena saya adalah pewaris dari harta kakek dan ayah, akhirnya saya sempat ingin dibunuh. Kemudian saya lari ke jalanan," kenangnya.

Tommy kecil sempat menjalani hidup gelandangan di Surabaya selama beberapa waktu karena sang ibu juga tidak dapat merawatnya. Stres akibat ditinggal suami dan terlibat dalam konflik warisan, ibu Tommy dirawat oleh keluarganya di kampung. Setelah sang ibu sembuh, mereka pun memutuskan merantau ke Jakarta.

Di Ibu Kota, Tommy bekerja serabutan hingga akhirnya berhasil meyakinkan seorang pemilik gerai ponsel untuk mempekerjakannya. Tertempa mental sejak kecil, Tommy membuktikan dirinya sebagai pekerja keras dan berhasil naik hingga posisi manajer. Sayangnya, konflik pada 1998 kembali membuatnya jatuh karena harus kehilangan pekerjaan.

Namun, bekal pengalaman di bisnis gawai itu meyakinkannya untuk merintis bisnis sejenis. Lagi-lagi ia berhasil bangkit hingga mendapat kepercayaan dari jenama gawai terkenal dunia sebagai distributor. Merasa perlu mengembangkan usaha, Tommy kemudian mencari mitra.

Tidak disangka, kerja samanya dengan mitra yang tampak tepercaya itu menjadi awal keterpurukan yang lebih hebat. Lantaran percaya sepenuhnya, Tommy memberikan hak penuh pada sang mitra untuk mengelola seluruh aset usaha yang ia miliki. Namun, balasannya, sang mitra membawa kabur seluruh aset Tommy hingga ia menanggung utang puluhan miliyar pada supplier dan terancam dipenjarakan.

Berpikir mati

"Saya mengalami down yang luar biasa bahkan untuk berdiri saja saya sering kali seperti ingin jatuh. Bagi saya, waktu itu sepertinya sudah tak ada pilihan lain, mungkin mati adalah jalan keluar terakhir yang paling baik. Saya kira tiga tahun bekerja sama dengan mitra saya itu sudah bisa menimbulkan trust, ternyata perkiraan saya meleset," ujar Tommy soal masa-masa gelap itu.

Pengusaha muda yang biasanya pantang menyerah itu mengaku sempat menjadi pribadi yang kehilangan pengharapan. Ia kemudian berpaling kepada Tuhan dan memasrahkan diri sepenuhnya. Tidak disangka, jawaban pertolongan dari Tuhan datang di saat saat genting. Menjelang detik-detik sebelum dipenjarakan, Tommy mendapat pertolongan dari ayah angkatnya yang juga merupakan pelanggan setianya. Ayah angkatnya mencari sosok yang telah menipu Tommy.

"Saya masih ingat, suatu malam saya berdoa 'Tuhan, kalau memang Engkau mau melakukan sesuatu pada saya, lakukan saja, ambil saja nyawa saya ini' karena esok paginya saya terancam dipenjarakan. Namun, ketika kita angkat tangan, di situlah Tuhan turun tangan. Detik-detik sebelum saya akan dipenjarakan, ayah saya telepon dan selesailah semua badai dalam hidup saya seketika itu juga," ungkap Tommy.

Tidak ingin berlama-lama terpuruk dengan penderitaannya, Tommy pun bangkit atas dukungan penuh dari keluarga dan mengandalkan sisa aset yang tersisa. Perlahan ia mulai melunasi utangnya. Belajar dari pengalaman hidup itu, Tommy kini memiliki prinsip bahwa hidup harus berguna untuk orang lain. Pria yang menjabat sebagai Ketua Umum Komunitas Billionaire Mindset Indonesia, komunitas yang beranggotakan para pengusaha, kini semakin gencar melakukan kegiatan sosial. Ia pun menuliskan perjalanan hidupnya dalam sebuah buku yang berjudul Ting.

Ia percaya bahwa selain harus bermental teguh, orang harus berpasrah kepada Tuhan. Dengan begitu, barulah setiap kesulitan akan teratasi. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya