Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
Yoga telah menjadi olah raga yang populer dewasa ini di pelbagai belahan dunia. Bahkann, kini ada Hari Yoga Internasional saban 21 Juni.
Popularitas yoga saat ini juga tidak lain karena banyaknya unggahan foto pose yoga di media sosial seperti Instagram. Namun, melakukan pose yoga tanpa pengawasan instruktur bisa menyebabkan cedera bagi pelakunya.
Suatu studi di AS baru-baru ini menemukan bahwa pasien cedera akibat yoga yang dirawat di rumah sakit meningkat dari 9,5 untuk setiap 100 ribu peserta yoga menjadi 17 per 100 ribu hanya dalam 13 tahun.
Beberapa cedera yang diderita akibat yoga bisa sangat parah. Pada 2018, perempuan berusia 23 tahun di Meksiko mengalami cedera patah tulang setelah mencoba pose yoga di balkonnya dan jatuh dari ketinggian 24 meter. Tahun sebelumnya, seorang perempuan di Maryland AS menderita stroke setelah merobek pembuluh darahnya, saat merekam tutorial advanced headstand untuk unggahan Instagram.
Manajer yoga di Triyoga, sebuah studio yoga yang berbasis di Inggris, Genny Wilkinson Priest, menjelaskan bahwa mereka yang bukan praktisi berpengalaman, dalam melakukan yoga sebaiknya harus selalu diawasi instruktur berlisensi, baik di kelas atau di rumah. Ini tidak hanya akan mencegah cedera, tetapi juga memastikan bahwa aspek spiritual yoga tidak hilang, tambahnya.
"Munculnya Instagram telah menyebabkan penekanan pada yoga sebagai latihan fisik dan kurang spiritual. Yoga menjadi disalahpahami dan direduksi menjadi suatu acara Instagram 'yoga-lebrities,' tidak lebih dari hiburan bagi publik yang menonton,” kata Priest dikutip dari The Independent.
Menurut Priest, media sosial menjadi salah satu platform yang turut melibatkan generasi muda dengan yoga, dan membuatnya lebih mudah diakses oleh mereka yang tidak mampu mengikuti kelas, tetapi mendorong banyak orang berlatih yoga karena alasan yang salah.
"Orang-orang yang tidak terlatih secara profesional pada akhirnya melakukan yoga di Instagram sebagian besar karena untuk pamer, dan dengan melakukan hal itu mungkin akan melukai diri mereka sendiri ketika mereka berusaha meniru postur tubuh yang tidak siap untuk mereka.”
"Situasi memburuk ketika praktisi gagal memperhitungkan fakta bahwa tubuh memiliki keunikan masing-masing,” kata Priest.
Misalnya, ia mencontohkan Priest dapat berpose dengan kakinya di belakang kepalanya, itu bisa dilakukannya karena struktur kerangkanya memungkinkan.
"Jika orang lain mencoba postur yang sama, seseorang yang struktur pinggulnya sangat berbeda dengan diriku, itu bisa menyebabkan cedera dan menjadi bencana. Tidak ada orang di Instagram yang pernah memberitahu Anda untuk tidak mencoba ini di rumah, tetapi mungkin mereka harus melakukannya,” lanjut Priest.
Pada November tahun lalu, fisioterapis terkemuka Benoy Mathew mengatakan kepada The Telegraph bahwa media sosial telah ‘benar-benar berkontribusi’ kepada orang-orang yang mencoba untuk membawa latihan yoga mereka ke tingkat berikutnya, ‘murni karena alasan estetika.’
"Hanya karena Anda bisa membuat kepala Anda menyentuh lantai, Anda mungkin bisa mendapatkan dorongan ego, tetapi itu tidak berarti Anda akan memiliki peningkatan kesehatan yang besar," tambahnya sebelum mengkritik mereka yang mengaku sebagai instruktur, tetapi memiliki sedikit atau bahkan tanpa pengetahuan fisiologis.
“Ada variasi besar dalam pengalaman instruktur yoga. Beberapa orang yang mengajarkan olahraga punya latar belakang fitness dengan banyak pengetahuan tentang tubuh, sedangkan yang lain berasal dari latar belakang estetika murni. Ini sudah terlalu dikomersialkan, dan saya pikir itulah yang menyebabkan banyak masalah," katanya.
Instruktur yoga independen Farah Shafiq menambahkan bahwa ketika Anda memilih untuk berlatih yoga secara daring, pastikan untuk memeriksa dari mana panduan itu berasal. "Cari tahu apakah guru yang memberikan instruksi memenuhi syarat dan memprioritaskan bentuk yang baik. Banyaknya pengikut di media sosial tidak mencerminkan kualitas." (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved