Saat Musikus Menyintas dalam Normal Baru

FATHURROZAK
12/4/2020 10:05
Saat Musikus Menyintas dalam Normal Baru
Efek Rumah Kaca tampil dalam konser online di kanal Youtube dan Instagram @kokbisa pada Sabtu, (11/4/2020).(DOK. INSTAGRAM KOKBISA)

KEMUNCULAN virus korona baru (covid-19) telah mengubah paksa rutinitas hidup warga dunia, termasuk para musisi.

Melakukan hal-hal yang barangkali tak terpikir untuk diakrabi agar dapat terus berkarya, dan bertahan. Apakah perubahan ini hanya temporer dalam hitungan bulan atau menjadi ‘the new normal’, itu masih jadi tanda tanya.

Album Changes milik Justin Bieber ialah salah satu yang terdampak pandemi covid-19. Tur promo album baru yang sedianya mulai pertengahan Mei harus ditunda.

Changes dirilis pada medio Februari silam dengan lagu tunggal Yummy sebagai hit. Rangkaian konser biasanya menjadi aksi lanjutan untuk mempromosikan album. Namun, situasi saat ini tak memungkinkan untuk konser konvensional.

Malah, banyak orang awam yang menangguhkan musik untuk hal lain. Dalam laporan Alpha Data, disebutkan pendengar layanan streaming musik seperti Spotify, Apple Music, dan Amazon Music pada bulan lalu saja turun hingga 7,3%.

Hal tersebut diamini Daniel Ives, direktur pelaksana Wedbush Securities, firma keuangan di Los Angeles, AS. Menurutnya, pada masa pandemi ini, ketika orang-orang terpaksa berdiam di rumah, mereka malah mengurangi intensitas mendengarkan musik dan beralih ke hiburan audio visual. Ives menyebut pelanggan layanan streaming video meningkat 10%-12%.

Situasi itu lalu diantisipasi para musikus. Lady Gaga, contohnya. Ia memutuskan menunda peluncuran album barunya, Chromatica, yang semula dijadwalkan pada awal April.

Sikap Mother Monster mendapat berbagai respons dari para penggemar. Ada yang kesal, tetapi juga ada yang mendukungnya.

Senada dengan Gaga, trio pop rock di Los Angeles Amerika Serikat, Haim, juga memutuskan untuk menunda rilis album mereka yang semula dijadwalkan pada Jumat (24/4).

Namun, tak semua memilih wait and see. Meski dilanda kecemasan sebelum rilis, Dua Lipa tetap mengorbitkan album sophomore-nya. Future Nostalgia rilis pada 27 Maret, sepekan lebih awal dari jadwal semula dan tidak jauh setelah Abel Tesfaye (The Weeknd) merilis After Hours.

Namun, dalam perilisan Future Nostalgia, semacam ada normal baru bagi Lipa. Begitu diamini sang manajer, Ben Mawson. Mawson mengungkapkan, untuk promo album baru, papan iklan sangat penting fungsinya. Namun, dalam situasi seperti ini, sia-sia bila menggunakan strategi tersebut. Mawson mengungkapkan, iklan trek per trek di tayangan Youtube akan menjadi salah satu strategi esensial saat ini.

Sementara itu, Lipa harus merangkap semuanya sendiri dalam promo album di tengah swakarantina. Menjadi stylist, teknisi TI, sekaligus penata kamera saat live streaming. “Aku tidak pernah menggunakan laptop lebih dari saat ini. Aku mengunduh banyak aplikasi untuk melakukan banyak panggilan telepon dan meet up yang berbeda,” kata Lipa kepada The New York Times. Dengan menjadikan rumah sebagai kantornya, mantan model itu juga harus terbiasa untuk tidak ‘dandan berlebihan’ untuk rangkaian promo yang ia lakukan di depan laptop.

Penyanyi lain yang juga berbasis di Inggris, Charli XCX, telah mengumumkan proses pembuatan album baru yang ia jadwalkan rilis 15 Mei. Ia bahkan langsung memperkenalkan materi lagu pertama untuk album barunya yang ia beri judul Forever. Hal itu menjadi pola Charli dalam pembuatan proses baru agar para penggemarnya ikut berpartisipasi.

Dalam unggahan di media sosialnya, Selasa (7/4), ia menyebutkan akan menjangkau orang-orang secara daring untuk berkolaborasi. “Aku akan menjaga seluruh proses superterbuka sehingga siapapun bisa menonton. Aku akan mengunggah demo, acappella, percakap an teks dengan kolaborator manapun. Aku akan membuat film sendiri di studio, melakukan konferensi Zoom untuk meminta penggemar atau siapapun yang menonton memberi pendapat atau ide mereka. Aku akan mengatur alamat surel sehingga penggemar atau siapapun dapat mengirimi ketukan atau referensi.”

Pola agak serupa juga diterapkan solois dalam negeri, Andien Aisyah. Baru-baru ini, ia merilis lagu tunggal Jendela Waktu dan mengajak partisipasi penggemar untuk memproduksi video musik. Setiap penggemar diberi kesempatan untuk mengirimkan video berdurasi maksimal 1 menit dengan tenggat pengiriman hingga 10 April pukul 21.00 WIB.

Giring Ganesha, eks vokalis band Nidji, juga tak mundur untuk merilis single Sendiri. Lagu lawas ciptaan Guruh Soekarno Putra itu ia perkenalkan kembali pada publik pada 27 Maret lalu. Sendiri tayang di beberapa platform musik streaming. Untuk promosi, selain live di Instagram-nya, Giring pun rajin muncul live di akun-akun Instagram lain.

Pandemi juga memancing musikus untuk merespons dengan karya spesifi k. Dengan merangkul sejumlah musisi, Yovie Widianto memproduseri lagu Teguhkan Hati Indonesia yang rilis pada 7 April kemarin. Adapun pekan lalu, raja dangdut Rhoma Irama meluncurkan lagu berjudul Virus Corona di kanal Youtube, yang hingga kemarin telah disaksikan lebih dari 3,2 juta kali.


 

Menjaga ekosistem

Normal baru juga dialami trio indie pop Efek Rumah Kaca (ERK). Vokalis Cholil Mahmud yang biasanya di panggung konser minim bicara, kini makin rajin tampil di depan layar seluler dan bertindak sebagai pewawancara.

ERK rutin mengadakan siaran langsung di Instagram melalui akun salah satu ekosistem mereka, Kios Ojo Keos --semacam kedai, toko buku, dan ruang alternatif bagi komunitas musik dan fi lm. Selama masa pandemi, selain berhenti manggung, ERK juga menutup Kios. Semua kegiatan beralih ke kanal daring.

Cholil menyebut, pada masa ini, ekosistem ERK tengah berdaptasi dengan cara-cara baru. Ia mengaku, ERK memang mendapat tawaran untuk ‘manggung’ via Instagram live. Namun, keajek an koneksi internet masing-masing personel masih jadi kendala.

Mereka terpikir mengikuti metode Barasuara. Saat mereka melangsungkan prarekaman untuk kemudian ditayangkan secara digital. “Kami mencoba, sudah mulai. Masing-masing rekaman, lalu nanti akan ditampilkan prerecorded. Ada lagi perkembangan tawaran, karena walau bagaimanapun tampil secara langsung punya greget tersendiri. Ada usulan, beberapa orang prerecorded, sementara vokal dan gitar tetap live. Ini kami masih mau tes,” papar Cholil dalam Bincang Kamis (Bingkis) Inisiatif-Inisiatif Seniman di Instagram Goethe Institut Indonesien, Kamis (9/4) .

Ia menegaskan, setiap personel dalam ekosistem ERK kini harus berkomitmen gaya hidup sederhana. Sebagai band indie yang cukup punya nama besar di Tanah Air, ERK yang awal tahun ini meluncurkan mini album Jalan Enam Tiga itu mempertimbangkan setiap pemasukan band agar semua yang ada dalam eksosistem mereka dapat bertahan. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya