Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Menikmati Seni kala Pandemi

Abdillah Marzuki
29/3/2020 00:30
Menikmati Seni kala Pandemi
Karya Piero della Francesca berjudul Madonna dan Anak dengan Orang Suci, Malaikat dan Federico da Montefeltro (1472).(DOK BRERA ART GALLERY)

Merebaknya wabah korona membuat sejumlah museum ditutup. Namun, Anda dapat menjelajahnya secara virtual, menikmati benda seni di dalamnya.

Seorang perempuan duduk di tengah dikelilingi 10 orang. Ada pula seorang laki-laki dengan jubah perang berada di bawah sembari melipat lutut untuk dijadikan tumpuan. Dari pakaian yang dikenakan, tampak sebagian besar dari mereka tidak berasal dari era sekarang. Lima orang berada di sisi kanan dan lima di sisi kiri. Di tiap sisi ada dua perempuan dan tiga laki-laki. Perempuan itu menelungkupkan kedua telapak tangan di depan dada. Di pangkuannya, seorang bayi laki-laki beralaskan kain putih. Lukisan itu tampak simetris tanpa menyisakan ruang kosong.

Begitulah karya Piero della Francesca berjudul Madonna dan Anak dengan Orang Suci, Malaikat dan Federico da Montefeltro. Karya itu dibuat pada 1472. Figur dalam lukisan tersebut ternyata punya nama. Dari kiri, St Yohanes Pembaptis, St Bernardine, St Jerome memegang batu di depan dada, St Fransiskus memperlihatkan stigmata, St Petrus Martir dengan luka di kepalanya, dan St Yohanes Penginjil. Adapun perempuan di belakang ialah para malaikat. Yang berlutut di depan dan mengenakan seragam militer ialah Federico da Montefeltro.

Lukisan itu merupakan salah satu karya yang tersimpan di The Pinacoteca di Brera (Brera Art Gallery) yang terletak di Milan, Italia. Kendati saat ini masih tutup akibat wabah virus korona, galeri itu membuka ruang untuk pengunjung tetap dekat dengan karya seni koleksi galeri tersebut. Tak kurang dari 11 karya dengan kategori masterpiece yang bisa dinikmati secara virtual, salah satunya berjudul Madonna dan Anak dengan Orang Suci, Malaikat dan Federico da Montefeltro. Selain itu, masih ada koleksi daring.

Dengan bantuan kamera, mata pengunjung akan diajak menyusuri lorong dan sudut galeri menikmati karya-karya besar yang berasal dari abad 2000-4000 SM hingga abad ke-19. Salah satunya karya Umberto Boccioni berjudul Self-Portrait (1908).

Boccioni ialah seorang pelukis sekaligus pematung asal Italia. Ia dikenal berpengaruh dalam gerakan seni 'futurisme' yang muncul sebelum Perang Dunia I.

Salah satu keuntungan dari kunjungan daring ialah tidak perlu beranjak untuk menuju lokasi lain. Dari Italia ke Belanda hanya segerakan jari kelingking. Museum Van Gogh Amsterdam juga menawarkan kunjungan daring. Museum itu menyimpan koleksi 200 lukisan, 500 gambar, dan lebih 750 surat pribadi.

Museum menyediakan tujuh program untuk lebih mengenal pelukis yang dikenal tragis itu, di antaranya mewarnai untuk anak-anak, studi untuk pelajar menengah, cerita kehidupan Van Gogh, membaca surat Van Gogh, film, menikmati karya, hingga jelajah ruang museum.

Khusus untuk jelajah ruang museum, pengunjung akan dibawa menuju ruang pamer yang berada dalam museum. Dengan tampilan antarmuka yang ciamik, pengunjung serasa menggerakkan kaki lewat jemari. Pengunjung bisa menyusuri ruang yang diisi dengan lukisan-lukisan.

Karya lukisan yang terkenal dari Vincent van Gogh juga bisa dinikmati, seperti Pemakan Kentang (1885). Selain itu, masih ada Almond Blossom (1890), Sunflowers (1889), Sepatu (1886), Potret Diri sebagai Pelukis (1887-1888).

Lukisan Pemakan Kentang dibuat pada 1885. Dalam deskripsi karya disebut Vincent sengaja memilih komposisi yang sulit. Ia ingin menunjukkan proses menjadi seorang pelukis sosok. Lukisan itu menggambarkan kenyataan pahit kehidupan desa.

Ia melukis jamuan makan para petani. Mereka digambarkan dengan wajah kasar, tubuh kurus, dan tangan khas kaum pekerja. Melakui karyanya, Vincent ingin menunjukkan para petani telah menggarap bumi dengan tangan-tangan untuk isi piring mereka. Hal itu menjadi simbol kejujuran dalam usaha mendapatkan makanan.

Vincent melukis lima sosok petani dengan warna bumi selayaknya warna kentang. Bagi Vincent, pesan lukisan itu lebih penting daripada kesempurnaan anatomi ataupun teknis. Ia sangat senang dengan hasil karyanya meski banyak dikritik karena warna gelap dan anatomi figur yang dianggap tidak sesuai.

Masih ada Galleria Degli Uffizi di Firenze, Italia, yang menawarkan kunjungan berbasis daring bagi para penikmat seni. Tur daring juga menyajikan gambar dengan kualitas HD.

"Temukan karya koleksi kami dan sejarahnya. Penjelajahan dengan deskripsi menawan dan gambar HD," begitu visi yang digaungkan galeri tersebut.

Selain museum tersebut, banyak juga museum di dunia yang menawarkan tur daring. Mereka menggemakan gerakan Museum from Home terkait dengan pandemi covid-19. Adapun di Indonesia, tercatat beberapa museum dan galeri yang mendaringkan koleksi mereka, seperti Museum Nasional Indonesia, Galeri Nasional Indonesia, dan Museum Macan.

Museum Macan tidak hanya mendaringkan koleksi, tetapi juga berturut dalam gerakan Museum from Home. Museum itu sudah memulai sejak seminggu belakangan. Ada banyak program seperti melihat koleksi museum, aktivitas seni untuk anak-anak, tur virtual, dan aktivitas terkait seni lainnya. "Sejak minggu lalu kita baru launching di media sosial, tapi segera akan ada di website. Jadi di website akan jadi sumber yang paling lengkap dan akan kita informasikan secara berkala di media sosial," terang Head Of Communications Museum Macan, Nina Hidayat.

Menurut Nina, saat ini program tur vitual sedang diproses, yakni pameran Melati Suryodarmo bertajuk Melati Suryodarmo: Why Let the Chicken Run? Pemeran itu menyajikan karya performatif yang berkisar 3 sampai 12 jam, seperti I'm A Ghost in My Own House (2012) yang disajikan 12 jam dan The Black Ball (2005) yang disajikan 8-10 jam dengan siklus empat hari. Seniman itu menantang tubuhnya secara fisik dan psikologis untuk mendapatkan pemahaman spiritual yang lebih dalam tentang diri. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya