Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Ini yang Akan Tampil di IFW 2020

Fetry Wuryasti
24/2/2020 09:00
Ini yang Akan Tampil di IFW 2020
Beberapa rancangan dengan kekayaan budaya Kalimantan, yang akan ditampilkan di indonesia Fashion Week 2020.(MI/ Adam Dwi)

INDONESIA Fashion Week (IFW) 2020 akan digelar untuk kesembilan kalinya pada 1-5 April mendatang di Jakarta Convention Center. Dengan meneruskan konsep kekayaan eksotis Borneo atau Kalimantan, Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ingin mengenalkan budaya kepada segmen anak muda hingga generasi Z.

Dalam menuju gelaran tersebut, IFW menggelar acara yang menampilkan cuplikan koleksi dari para desainer yang terlibat, Rabu (12/2), di Jakarta. Karya yang dihadirkan dalam mini trunk show bertajuk Road to IFW 2020 Friends & Media Gathering, itu, di antaranya ialah karya dari Naniek Rachmat, Misan Kopaka, Warwick Purser, Julie Kaimuddin, Hattaco by Rani Hatta, Wahyo Abraham, Merah Chumaero, Ilda Royani, Dana Duriyatna, Vini Alya Hapsari, Katherine Sumanto, Aam Hamada, dan tidak ketinggalan karya dari Presiden IFW, Poppy Dharsono.

Pada acara itu Poppy Dharsono menjelaskan tema Kalimantan kembali dipilih, tepatnya Tales of the equator treasure of the magnificent Borneo. "Kalimantan adalah wilayah yang budayanya sangat kaya, seolah tak pernah habis untuk dijadikan inspirasi industri fesyen," ujar Poppy.

Alasan diangkatnya kembali Kalimatan Borneo, dikatakan Poppy, karena masih banyak yang bisa dieksplorasi. Kali ini budaya yang menjadi fokus ialah dari suku Dayak, Kutai, dan Banjar.

"Dengan begitu, bisa terus menggali hasil budaya nenek moyang sehingga dijadikan nilai fesyen yang terus dilestarikan. Anak muda pun terpaksa harus research tentang Borneo, suku Dayak, Kutai, dan lainnya," kata Poppy.

Dia menjelaskan bahwa busana yang akan tampil pada IFW 2020 merupakan busana siap pakai, konvensional, kontemporer, hingga busana santun (modest fashion) yang tetap mempertahankan budaya dan menyematkan sentuhan identitas modern.

Untuk mendukung gerakan fesyen yang berkelanjutan atau ramah lingkungan, APPMI sebagai penyelenggara IFW bekerja sama dengan Indonesia Global Compact Network (IGCN), yang merupakan aliansi dari United Nations (UN). Mereka akan mengampanyekan gerakan ramah lingkungan yang kini juga menjadi salah satu komitmen industri fesyen di Tanah Air.

Aam Hamada, dari Kekean Galeri sekaligus pegiat fesyen keberlanjutan, mengatakan bahwa ia memahami batasan menjadi yang terpenting diterapkan oleh industri fesyen. Industri harus menyadari tiap produksi mereka akan memberi dampak pada lingkungan, SDM, dan ekonomi.

Keseimbangan harga dari hulu ke hilir juga harus dipahami oleh pelaku industri. "Selain tahu batasan, produksi juga harus ramah lingkungan. Perlu diketahui, dampak fesyen industri penyumbang 20% limbah di dunia, terutama penggunaan industri produk dari katun. Satu katun membutuhkan 2.700 liter air. Bayangkan dampaknya bila membuat satu bulan hingga satu juta lembar," tukas Aam.

Bukan hanya perancang dari Indonesia, IFW juga diikuti perancang dari Malaysia, Italia, Slovakia, Rumania, Peru, hingga Kazakhstan. (M-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik