Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
DI balik tampilan busana-busana yang gaya dan cantik bisa jadi ada dampak buruk lingkungan. Hal inilah yang kini jadi perhatian para pelaku fesyen.
Dalam konfrensi pers Muslim Fashion Festival (Muffest) 2020 yang berlangsung Senin (27/1) di Jakarta, Ketua Dewan Serat Indonesia, Euis Saedah, mengungkapkan jika tekstil dan logam merupakan sektor yang sangat menyerap energi besar. Konsumsi energi itu makin besar ketika material-material pokok bagi industri fesyen itu berasal dari impor.
“Indonesia sampai hari ini impor tekstilnya masih tinggi. Untuk menciptakan sustainable fashion, pola pikirnya harus perlahan mulai diubah. Indonesia bisa menjadi bagian yang memberi supply bahan baku, bukan lagi impor,” ujar Euis.
Bahan kain bisa berasal dari sutra yang ulatnya mengonsumsi daun singkong. Kulonprogo salah satu kota yang mengembangkannya. Selain itu, di Subang, kain juga bisa dibuat dari serat nanas. Sayangnya, karena persoalan teknologi, memang kain serat nanas ini belum bisa diproduksi massal.
“Jadi memang ada dua jenis sumber bahan baku kain. Ada produksi massal untuk pakaian siap pakai. Namun juga ada pakaian untuk segmen tertentu. Ini bagi mereka yang ingin memakai baju dari bahan-bahan ramah lingkungan dan memberikan dampak perekonomian berkeadilan kepada petaninya. Itulah gambaran sustainable untuk feysen Indonesia, kalau kita juga bisa memproduksi sustainable fashion,” tambahnya. Selain itu, fesyen lestari juga bisa dilakukan lewat penggunaan material hasil daur ulang.
Konsep-konsep itulah yang dikampanyekan lewat Muffest yang akan berlangsung 20-23 Februari 2020.
Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Semarang sebagai salah satu pusat pengembangan fesyen teknologi di Indonesia mengajukan tema besar untuk Muffest, yaitu Return to Indonesian culture.
Kepala Seksi Pemberdayaan Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Semarang Purwatiningsih, melihat fenomena anak-anak muda kayaknya sudah meninggalkan yang bersifat tradisional. Hal itu menjadi tantangan bagi fesyen teknologi melawan arus, dari tradisional menjadi sesuatu yang digemari anak muda.
“Kain-kain kekayaan Nusantara, seperti batik, lurik, tenun troso akan dirancang sedemikian rupa untuk bisa ditampilkan di berbagai situasi sehingga anak muda bisa kembali ke budaya kita lagi,” kata Purwatiningsih.
Kemudian, untuk tema culture for better future, pihaknya menjaga sustainable fashion dengan merancang potongan-potongan kain menjadi pakaian yang memiliki nilai jual dan tidak menambah limbah.
Daur ulang
Ali charisma, National Chairman Indonesian Fashion Chamber, menjelaskan konsumsi fesyen muslim di Indonesia setiap tahunnya bertumbuh sekitar 18% per tahun.
lni merupakan peluang yang harus dimanfaatkan para pemain industri untuk terus menghasilkan produk fesyen yang bisa memenuhi kebutuhan pasar lokal dan internasional.
Maka itu, dia mengajak industri fesyen muslim untuk menghasilkan produk yang menjalankan prinsip recycling, redesign, dan zero waste.
“Kami mengajak para partisipan untuk paling tidak menyadari dan peduli atas keberlangsungan kehidupan, keselarasan lingkungan, melalui berbagai upaya, baik berupa penyampaian informasi dan ajakan maupun mengusung produk cycle (daur ulang),” kata Ali.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, menurutnya, Indonesia seharusnya bisa menjadi pemain penting di industri pakaian muslim dunia. Jangan sampai ketika tren busana muslim merebak, justru berasal dari negara-negara yang selama ini besar dengan industri fesyennya.
“Indonesia memiliki potensi baik dari segi kualitas, kuantitas, inovasi, teknologi, tren dan lain-lain untuk menjadikan Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dan pameran fesyen muslim dunia,” ujar Ali Charisma.
Vice President Dauky Tika Mulya mengatakan dalam kegiatannya nanti mereka akan mengundang influencer asal New York AS, yaitu Summer Albarcha. Selama kegiatan, Summer akan mengenakan pakaian merek Dauky. Tujuannya agar menggambarkan bahwa perempuan muslimat memiliki tempat dan bisa berkegiatan di mana pun.
Selain merek Dauky, berbagai perancang busana muslim Indonesia juga akan berpartisipasi dalam Muffest 2020 yang berlangsung pada 20-23 Februari 2020. Mereka ialah Ria Miranda, Nuniek Mawardi, Monika Jufry, Sofie, Barli Asmara, Ayu Dyah Andari, ETU, KAMI, Deden Siswanto, Rani Hatta, Irna Mutiara, Wignyo Rahadi, Lisa Fitria, Raegitazoro, Hannie Hananto, Itang Yunasz, dan Ivan Gunawan. (M-1)
Sapto Djojokartiko mengambil inspirasi dari kehidupan di Canggu dan Uluwatu, sementara label Biasa mengangkat konsep kain poleng Khas Bali.
Koleksi Dara Baro di JMFW 2025 menggunakan teknik boro (tambalan) Jepang dengan menggunakan kain-kain Nusantara sisa produksi mereka sebelumnya.
The Langham Fashion Soiree digelar oleh Ikatan Perancang Mode Indonesia dan diikuti sejumlah desainer, di antaranya Rama Dauhan, Ghea Panggabean, serta Andreas Odang.
Perusahaan perhiasan asal Bali, John Hardy, mengeluarkan koleksi bergaya maskulin yang dimaksudkan untuk menambah karisma pria, setara jas dan dasi.
Momen berpakaian terburu-buru diolah menjadi seni oleh label Sean Sheila dalam koleksi pakaian pria terbarunya. Ada aksen robek dan jahitan tidak kelar.
Pada 7 September di Paris, Prancis, desainer-desainer Indonesia menampilkan koleksi di dua ajang, yakni Front Row Paris dan Indonesia International Modest Fashion Festival (In2mf) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved