Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
TIAP kali menjelang perayaan Imlek, desainer Tanah Air tidak ketinggalan menghadirkan koleksi terbaru yang mengadopsi busana tradisional Tiongkok. Tahun ini koleksi menarik, di antaranya ada label Ghea dari Ghea Panggabean dan Votum dari Sebastian Gunawan.
Diperagakan di Galeries Lafayette dalam acara trunk show Fashiontastic Lunar New Year di Jakarta, Kamis (16/1), koleksi dari kedua desainer itu menampilkan busana-busana dengan akulturasi beberapa budaya.
Akulturasi budaya yang begitu kuat terlihat pada koleksi Ghea. Contohnya ialah dress tunik berkerah shanghai dengan detail simpul ala sarung di bagian depan.
Busana ini dikenakan dengan padanan celana legging, baik baju maupun celananya, bermotif buketan (rangkaian bunga) dengan pola dan warna yang identik dengan batik. Di sisi lain, padanan busana itu juga mengingatkan gaya pakaian tradisional pria India yang disebut achkan.
Kemudian, ada pula dress sebetis dengan bukaan depan. Pada dress ini, kesan Tiongkok bahkan lebih minim lagi selain pada tata rias maupun rambut sang model.
Dalam rilis yang diterima Media Indonesia, dijelaskan bahwa koleksi itu mengambil inspirasi dari perpaduan budaya Eropa dan Tiongkok.
Budaya Jawa kemudian dimasukkan lewat teknik batik dengan motif pesisiran yang banyak menampilkan flora dan fauna dalam ukuran besar dan warna berani.
Lewat koleksinya itu, Ghea berusaha memperkenalkan pakaian yang dulu dikenakan wanita keturunan Belanda dan Tionghoa yang dikenal dengan istilah buketan. Model busana Ghea yang dipamerkan itu seolah memberi angin dan warna segar dalam fesyen busana Imlek.
Sementara itu, koleksi busana Imlek dari Votum tampil lebih modern, feminin dengan potongan khas busana koktail Barat. Gaun cheongsam atau qipao dimodifikasi dengan potongan rok lebih pendek dan lengan bervolume. Garis busananya sendiri tetap ramping dan membentuk tubuh.
Seperti Ghea, Votum juga beranjak dari warna Imlek yang monoton dengan merah dan emas. Meski masih juga memunculkan warna merah, dalam koleksi Votum itu dipadankan dengan warna biru ataupun warna-warna gelap lainnya. Selain itu, banyak pula penggunaan warna pastel yang menciptakan nuansa elegan dan feminin. (Uca/M-1)
Sapto Djojokartiko mengambil inspirasi dari kehidupan di Canggu dan Uluwatu, sementara label Biasa mengangkat konsep kain poleng Khas Bali.
Koleksi Dara Baro di JMFW 2025 menggunakan teknik boro (tambalan) Jepang dengan menggunakan kain-kain Nusantara sisa produksi mereka sebelumnya.
The Langham Fashion Soiree digelar oleh Ikatan Perancang Mode Indonesia dan diikuti sejumlah desainer, di antaranya Rama Dauhan, Ghea Panggabean, serta Andreas Odang.
Perusahaan perhiasan asal Bali, John Hardy, mengeluarkan koleksi bergaya maskulin yang dimaksudkan untuk menambah karisma pria, setara jas dan dasi.
Momen berpakaian terburu-buru diolah menjadi seni oleh label Sean Sheila dalam koleksi pakaian pria terbarunya. Ada aksen robek dan jahitan tidak kelar.
Pada 7 September di Paris, Prancis, desainer-desainer Indonesia menampilkan koleksi di dua ajang, yakni Front Row Paris dan Indonesia International Modest Fashion Festival (In2mf) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved