Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Gim Kalem dengan Tantangan tidak Terbatas

Bagus Pradana
12/1/2020 01:00
Gim Kalem dengan Tantangan tidak Terbatas
Acara kumpul rutin komunitas Nusantara Speedcube Association (NSA) di Central Park Mall, Jakarta, Sabtu (4/1).(MI/ADAM DWI )

TIGA hari setelah banjir besar Jabodetabek, sebuah komunitas anak muda di Jakarta tetap menggelar acara kumpul rutin. Sabtu (4/1) itu, mereka memilih sebuah resto di Central Park Mall, Jakarta, dan segera saja setelah peserta berkumpul, kubus-kubus warna-warni memenuhi meja.

Kedelapan anak muda itu kemudian dengan cekatan memainkan kubus-kubus sehingga pola warna yang ada pada keenam sisinya menjadi terkelompok. Mereka juga saling adu cepat untuk membuat pola warna itu. Kemampuan mereka yang begitu cepat dalam memainkan kubus itu benar-benar mengagumkan. Seolah masih kurang menantang, ada pula yang bermain dengan ditutup matanya (blindfolded).

“Saya memang spesialisasinya di menyelesaikan rubik dengan mata tertutup. Saya sudah memecahkan rekor nasional tiga kali dan sekarang saya memegang rekor nasional untuk kategori blindfolded ini, yaitu 21,52 detik,” ucap Leonardo Pranadyar kepada Media Indonesia.

Pria yang akrab disapa Leo serta ketujuh orang rekannya tergabung dalam komunitas Nusantara Speedcube Association (NSA). Di Indonesia, speedcube lebih akrab disebut sebagai kubus rubik atau ada pula yang cukup menyebut sebagai rubik.

Puzzle tiga dimensi tersebut memiliki 43 quintillion kombinasi pola susunan. Rata-rata seorang pemain yang telah akrab dengan konsep dan rumus dalam permainan ini mampu menyelesaikan kombinasi susunan rubik dalam 26 langkah atau putaran.

Seiring perkembangan, permainan yang diciptakan oleh profesor asal Hongaria, Erno Rubik, itu, memiliki jenis gaya pula. Salah satunya ialah seperti yang dimainkan Leo, dengan mata tertutup.

Leo mengaku telah mengenal permainan rubik ini sejak kecil, tapi ia mulai serius mendalami permainan ini pada 2017, ketika melihat teman sekelasnya menyelesaikan rubik dengan catatan waktu yang relatif singkat. Tak berhenti sampai di situ, keterampilan khusus dalam permainan itu ia eksplorasi hingga ia mantap untuk memperdalam blindfolded.

“Blindfolded atau tutup mata ini berbeda dengan cara main rubik yang biasa karena di sini ada fase memorisasi. Itu perlu latihan agar terbiasa. Untuk pemula, memorisasi­nya kadang agak susah, jadi kesannya di mata masyarakat yang main blindfolded ini adalah orang genius, padahal enggak juga, asal tekun saja pasti bisa,” terang Leo.

Tambah teman

Daya tarik permainan rubik buat sebagian orang bahkan lebih tinggi dari gim gawai atau daring. Hal itu pula yang dirasakan Leo.

“Dulu saya terbiasa main game melulu. Nah sejak kenal rubik kebiasaan saya itu mulai berkurang karena rubik ini kan enggak jauh beda dari game ya, bahkan lebih menantang,” tambahnya. Ia pun mengaku permainan rubik membuatnya lebih betah di rumah.

“Rubik ini membuat saya lebih kalem di rumah,” sambungnya.

Selain Leonardo yang memegang rekor nasional untuk blindfolded, aksi memukau pada hari itu juga ditampilkan oleh Firstian Fushada. Cuber asal Medan ini ialah pemegang juara dunia WCA World Championship 2019 untuk kategori fewest move atau menyelesaikan rubik dengan langkah paling sedikit.

Firstian berhasil membubuhkan 24 langkah dalam gelaran WCA World Championship 2019 di Melbourne, Australia, pada 11 hingga 14 Juni 2019 lalu. Firstian mempertontonkan kemampuannya menyusun square one, rubik khusus yang memiliki bentuk dan pola acakan yang abstrak, dengan kecepatan tangan di atas rata-rata. Tiap bagian dari square one yang teracak tak beraturan ditangannya itu mulai tersusun membentuk kubus yang memiliki warna sama pada tiap sisinya.

“Speedcubing itu tidak ada ba­tas­nya. Ada banyak sekali tipe-tipenya, kita enggak akan bosen, apalagi kalau kita punya motivasi untuk memecahkan rekor gitu,” aku Firstian sembari memperlihatkan kelihaian­nya menyusun square one cube kepada Media Indonesia.

Pemuda 17 tahun itu menambahkan jika permainan rubik sebenarnya tidak seperti stigma selama ini. “Orang-orang kadang memersepsikan rubik itu sebagai suatu permainan yang susah, tetapi sebenarnya rubik itu bisa dipelajari, kuncinya adalah tekun untuk belajar,” tambahnya.

Fristian pun merasakan efek sosialisasi dengan bergabung ke komunitas penggemar rubik. Sejak kecil berdomisili di Singapura, ia mengaku kurang fasih berbahasa Indonesia. Namun, hal itu tidak menjadi kendala pergaulan di komunitas NSA.

Segudang prestasi telah Fristian sumbangkan pada Indonesia, di antaranya ialah juara dunia untuk kategori fewest moves pada 2019 dan pemegang rekor untuk nilai rata-rata tertinggi kategori square one se-Asia, yaitu dengan 8,1 detik.

“Speedcubing itu merupakan hobi bagi saya, tapi saya juga senang karena ada komunitasnya. Saya bisa memiliki banyak teman dari rubik yang saya mainkan. Salah satunya adalah teman-teman Nusantara Speedcubing yang dulu saya temui saat ikut kompetisi WCA World Championship tahun 2015,” terangnya.

Firstian mengaku jauh-jauh datang dari Malaysia untuk mengha­diri gathering Nusantara Speed­cubing Association  (NSA) di Jakarta pada hari itu. Ia baru selesai berlaga di Selangor Cube Open 2019 dan berhasil menyabet kemenangan di tiga kategori, yaitu 3x3 cube, fewest moves, dan square one.  

Minim apresiasi

Meskipun banyak talenta berprestasi di Indonesia, tapi apresiasi pemerintah terhadap speedcubing dirasa masih minim. Media Communication Officer dari Nusantara Speedcubing Association (NSA), Yusuf Abdul Qohar, berharap jika speedcubing bisa setara catur dan e-sport, yakni menjadi cabang olahraga yang diakui pemerintah.

“Kalau pengakuan sebagai cabang olahraga resmi belum ada sih dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Tapi kalau dari teman-teman komunitas sendiri, mereka diakui oleh World Cube Association (WCA) sehingga siap bersaing dengan para cuber internasional,” terang Yusuf Abdul Qohar.

Yusuf bahkan tak ragu untuk menyebut speedcubing sebagai olahraga daripada menyebutnya sebagai permainan. “Menurut saya speedcubing ini sudah layak untuk disebut olahraga seperti catur dan e-sport. Ia bisa dikelompokkan sebagai olahraga yang melatih kemampuan otak.”

Pada 2010, NSA pernah diundang Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) saat itu, Andi Mallarangeng, untuk membicarakan mengenai rencana penetapan speedcubing sebagai salah satu cabang olahraga di Indonesia. Namun, tindak lanjut dari pembicaraan tersebut masih belum ada.

Meskipun belum mendapatkan pengakuan secara resmi pemerintah Indonesia, seluruh kompetisi yang diselenggarakan NSA tetap dinyatakan sebagai kompetisi resmi oleh World Cube Association (WCA). Hingga hari ini NSA telah menyelenggarakan sebanyak 106 kompetisi di lebih dari 15 provinsi di Indonesia. Seluruh rekor yang tercipta dalam kompetisi tersebut tersimpan dalam catatan rekor World Cube Association.

“Sejak didirian pada tahun 2009, Nusantara Speedcubing Association (NSA) berkomitmen untuk mendam­pingi rekan-rekan komunitas menyeleng­garakan kompetisi speedcubing yang tidak terpaut dengan umur, gender, dan ras,” pungkas Yusuf. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya