Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
DI tengah berbagai bencana alam yang melanda Bumi sekarang ini, bicara tren fesyen yang sekadar soal penampilan memang tidak etis. Terlebih dari berbagai studi disebutkan jika industri fesyen menghasilkan emisi karbon setara emisi yang dihasilkan dari gabungan lalu lintas pesawat dan kapal.
Menyadari urgensi permasalahan lingkungan, organisasi desainer Indonesia, Indonesian Fashion Chamber (IFC), memasukkan hal tersebut dalam tren fesyen 2020. Dalam ajang 23 Fashion District 2019 yang berlangsung di Bandung, Jawa Barat, Jumat (6/12), para desainer menampilkan koleksi di bawah tema 23 Fashion district towards sustainable fashion trend forecasting 2020/2021.
“23 Fashion District tahun ini berupaya memberikan edukasi dan lebih memperkenalkan tentang fesyen berkelanjutan kepada para pelaku industri fesyen maupun masyarakat luas. Dengan memperhatikan dan menerapkan konsep fesyen berkelanjutan, dapat menjadi nilai tambah produk fesyen Indonesia sehingga lebih unggul dalam bersaing dengan produk fesyen di pasar dunia,” papar Ali Charisma, National Chairman IFC, dalam rilis yang diterima Media Indonesia.
Tema sustainability dijabarkan lagi dalam empat subtema, yakni essentiality yang mengutamakan kesederhanaan dan kualitas; exploitation yang mengeksplorasi teknik kamuflase; spirituality yang mengedepankan elemen tradisi dan kultur; dan exploration yang menekankan pada permainan warna natural hingga metalik.
Salah satu koleksi menarik dihadirkan Deden Siswanto. Dalam koleksinya yang berpotongan oversized dan serbatumpuk, Deden mengungkapkan jika ia mengartikan keberlangsungan dengan fesyen yang sederhana dan berkualitas. Karena itu pula ia membuat busana-busana yang dapat diterapkan dalam beragam gaya serta mudah dirawat.
Untuk menyempurnakan tampilan koleksi, ia menggunakan aksesori berbahan jerami yang dipakaikan untuk menutup kepala. “Kalau diteliti, aksesori jerami yang dipakai sebagai penutup kepala merupakan penggambaran semangat tukang kebun dan manusia dalam memulihkan hutan Indonesia,” ungkap Deden.
Antibasi
Mengartikan fesyen berkelanjutan dengan usia pakai yang panjang dipilih Stella Lewis. Terinspirasi dari mitologi klasik Ramayana, Stella mengeluarkan koleksi bermaterial batik berpotongan serbabesar, seperti handkerchief dress dan padanan celana palazzo serta cropped blouse dengan garis tangan ala kimono, tapi ekstra panjang.
Stella mengungkapkan, material batik dipilih karena dinilai abadi sepanjang masa. Dengan begitu koleksi itu akan tetap tren meski zaman berganti. Selain itu, batik tulis diangkat untuk mempertahankan pamornya yang mulai banyak disaingi batik print.
Koleksi menarik lainnya datang dari Raegitazoro yang mengeluarkan koleksi bernama Moefakat. Sebagaimana karakter desainnya, gaya sporty, edgy, seksi, dan elemen warna neon hadir dalam koleksi ini.
Kali ini palet warna yang digunakan desainer asal Bandung itu ialah cokelat dan hijau neon.
Koleksi ini juga mengadopsi gaya yang dapat dikenakan di beragam kesempatan.
Desainer lain yang ambil bagian ialah desainer senior Lenny Agustin. Ia masih tetap dengan ciri khasnya, yakni paduan gaya adati, playful, dan warna-warni cerah.
Kali ini ia menyatukan gaya Jawa dan Kalimantan. “Potongan dasarnya adalah busana adat Jawa seperti kebaya, yaitu blus berpotongan lancip di bagian bawah depan dengan detail bordir bunga-bungaan dan busana adat suku Dayak Kalimantan bulan kurung yang bersiluet H dengan sulaman tangan warna-warni, tapi dipresentasikan dalam koleksi busana yang bergaya urban,” kata Lenny.
Menurutnya, busana yang dibuatnya dari bahan, seperti katun, batik, tenun, dan detail sulaman tangan beragam teknik ini memang diperuntukkan untuk wanita pencinta seni yang memang ingin selalu tampil beda.
Selain itu, ada pula koleksi dari Pricilla Saputro dan Agus Sunandar. (M-1)
Sapto Djojokartiko mengambil inspirasi dari kehidupan di Canggu dan Uluwatu, sementara label Biasa mengangkat konsep kain poleng Khas Bali.
Koleksi Dara Baro di JMFW 2025 menggunakan teknik boro (tambalan) Jepang dengan menggunakan kain-kain Nusantara sisa produksi mereka sebelumnya.
The Langham Fashion Soiree digelar oleh Ikatan Perancang Mode Indonesia dan diikuti sejumlah desainer, di antaranya Rama Dauhan, Ghea Panggabean, serta Andreas Odang.
Perusahaan perhiasan asal Bali, John Hardy, mengeluarkan koleksi bergaya maskulin yang dimaksudkan untuk menambah karisma pria, setara jas dan dasi.
Momen berpakaian terburu-buru diolah menjadi seni oleh label Sean Sheila dalam koleksi pakaian pria terbarunya. Ada aksen robek dan jahitan tidak kelar.
Pada 7 September di Paris, Prancis, desainer-desainer Indonesia menampilkan koleksi di dua ajang, yakni Front Row Paris dan Indonesia International Modest Fashion Festival (In2mf) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved