Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
GAMIS dengan gradasi warna biru itu mengingatkan pada gelombang laut. Aksen layer biru terang pada salah satu sisi pundak dan panel abu-abu pada salah satu tepi rok berhasil memberikan kesan bagian-bagian laut yang berbeda kedalaman. Saat model melangkah, gerakan kain pun menguatkan metafora itu.
Gamis itu menjadi bagian koleksi terbaru Aninda Nazmi yang diperagakan di Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang berlangsung pertengahan bulan ini di Jakarta. Sesuai dengan tampilannya, koleksi itu diberi tajuk Deep Portray, yang terinspirasi topografi laut.
Daya tarik koleksi itu bukan hanya pada desain, melainkan juga pada materi yang digunakan. Menyesuaikan dengan tema Sustainable & ethical fashion dalam ajang peragaan yang merupakan kerja sama Bank Indonesia, Indonesian Fashion Chamber (IFC), dan Indonesia Halal Lifestyle Centre (IHLC) itu, Aninda menggunakan material serat alam yang dipadu dengan aksesori dari bahan sisa.
Desainer asal Bandung itu menggunakan bahan lyocell yang merupakan serat alam. Sementara itu, untuk aksesoris, ia menggunakan akrilik sisa produksi industri periklanan.
Memanfaatkan bahan tidak terpakai juga digunakan Anggiasari yang mengusung label AM. Meski begitu, sesungguhnya kain denim yang ia gunakan bukanlah sisa, melainkan kain yang tidak laku.
“Kainnya diambil dari toko denim yang tidak laku dijual. Daripada dihancurkan, saya pakai untuk koleksi ini,” kata Anggiasari yang label barunya itu sengaja diperuntukkan bagi desain yang berkelanjutan atau lebih ramah lingkungan.
Untuk garis desainnya sendiri, Anggiasari memilih memadukan karakter feminin dan maskulin. Wujudnya ialah busana-busana modis bergaya streetwear, termasuk dengan celana pallazo dan jumpsuit.
Echoprint
Ina Priyono lebih menonjolkan konsep ramah lingkungan lewat teknik pewarnaan yang berbahan dasar daun. “Kami pilih daun anag yang sudah jatuh, tapi tak sepenuhnya kering sehingga sama sekali tak merusak pohon. Hal ini terinspirasi dari sebuah pemikiran bahwa jika bumi ini lama-kelamaan menua dan perlu kita jaga,” kata Ina Priyono dalam preskon sebelum show dimulai.
Ia menjelaskan, echoprint ini membutuhkan proses yang cukup lama hingga menghasilkan warna yang diinginkan, yaitu hingga 3 kali pencelupan. Untuk bahan, ia memilih katun madina yang dianggap lebih lembut. Dengan begitu, desainnya yang bertumpuk tetap akan tampil luwes dan tidak terkesan berat.
Aksen tumpuk juga ditampilkan dalam koleksi Itang Yunasz yang bernuansa oranye. Seperti celana pallazo yang berpadu dengan atasan agak panjang dan diberi outer lebih pendek, ada pula gaun bawahan lebar yang minim potongan.
Menurutnya, sisi sustainable berada pada teknik pengerjaan yang lebih sederhana dan ringkas. “Koleksinya memang romantik dengan aksen tumpuk dan bagian bawah tak jahit, tetapi hanya dilipat,” kata Itang.
Itang mengeluarkan 8 set busana yang terdiri atas rok, blus, dan juga atasan bergaya kimono. Hal yang semakin membuat koleksinya ini cantik ialah penggunaan songket yang berpadu dengan sulaman.
Barli Asmara
Setelah sempat dipresentasikan secara singkat dalam perhelatan fesyen tahunan Jakarta Fashion Week 2019, desainer kenamaan Barli Asmara kembali menampilkan kolaborasi terbarunya dengan Sorabel.
Bertemakan Femine monochrome dengan sedikit sentuhan klasik dan elegan, koleksi Asmara by Barli Asmara itu menonjolkan keterjangkauan, baik dalam segi harga maupun ukuran. Harga yang ditawarkan dari Rp169 ribu hingga Rp329 ribu. Sementara itu, untuk ukuran disediakan hingga untuk mereka yang bertubuh besar.
Desainer kelahiran Bandung, 3 Maret 1978, itu pun mengaku butuh banyak penyesuaian hingga akhirnya dapat memangkas ongkos produksi dan memunculkan harga yang fantastis tersebut.
“Ada satu hal yang sempat menjadi obrolan panjang kami, misalnya, membuat baju dengan bahan yang disediakan sendiri-sendiri. Di saat aku membuat koleksi yang punya aku, lalu mereka membuat koleksi mereka, mereka bisa menciptakan bahan yang harganya mungkin di bawah 15 ribu, sementara aku belum tentu bisa menciptakan itu. Untuk baju 150 ribu gimana? Pusing mikir ongkos produksinya,” terang Barli.
Oci ambrosia selaku Head of marketing dari Sorabel menjelaskan bahwa desain koleksi Asmara by Barli Asmara terinspirasi dari keindahan keberagaman perempuan Indonesia. Ia juga mengatakan, “Kami sangat bangga dapat bekerja sama dengan Barli Asmara untuk meluncurkan sebuah koleksi bersama. Sambil tetap membawa ciri khas Barli dalam setiap desain, dari awal kami sadar dan sepakat bahwa koleksi ini kami hadirkan untuk mendukung perempuan Indonesia tampil percaya diri luar dan dalam,” pungkasnya. (*/M-1)
Sapto Djojokartiko mengambil inspirasi dari kehidupan di Canggu dan Uluwatu, sementara label Biasa mengangkat konsep kain poleng Khas Bali.
Koleksi Dara Baro di JMFW 2025 menggunakan teknik boro (tambalan) Jepang dengan menggunakan kain-kain Nusantara sisa produksi mereka sebelumnya.
The Langham Fashion Soiree digelar oleh Ikatan Perancang Mode Indonesia dan diikuti sejumlah desainer, di antaranya Rama Dauhan, Ghea Panggabean, serta Andreas Odang.
Perusahaan perhiasan asal Bali, John Hardy, mengeluarkan koleksi bergaya maskulin yang dimaksudkan untuk menambah karisma pria, setara jas dan dasi.
Momen berpakaian terburu-buru diolah menjadi seni oleh label Sean Sheila dalam koleksi pakaian pria terbarunya. Ada aksen robek dan jahitan tidak kelar.
Pada 7 September di Paris, Prancis, desainer-desainer Indonesia menampilkan koleksi di dua ajang, yakni Front Row Paris dan Indonesia International Modest Fashion Festival (In2mf) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved