Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
TAK bisa dimungkiri, teknologi memang mempermudah kegiatan keseharian kita. Tidak hanya itu, muncul pula berbagai bidang pekerjaan baru, seperti technopreneur atau wirausahaha dibidang teknologi. Ya, semakin berkembang teknologi berpadu jiwa kreatif anak muda, kini semakin banyak pula jumlah startup yang makin berkembang.
Mereka bukan hanya berbondong-bondong menciptakan bisnis untuk mendapatkan laba. Lebih dari itu, mereka memberdayakan masyarakat untuk mempermudah kehidupan sehari-hari, termasuk bidang pendidikan.
Seperti yang dilakukan Muhammad Rangga, Muhammad Arifin Hakim, dan Muhammad Taha Alwi saat mempresentasikan karya ilmiah remaja (KIR) berjudul Pemanfaatan Gawai sebagai Media Belajar alternatif untuk
meningkatkan Minat Baca Ilmu Pengetahuan di Kalangan Pelajar. Dalam lomba KIR Tingkat SMA di Festival Universitas Mercu Buana, Selasa (19/11), mereka memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan minat baca para pelajar menggunakan aplikasi bernama Read Me.
"Kami melakukan survei kepada 100 responden. Hasil survei hampir setengahnya, 45% menggunakan gawai untuk media sosial, belum dimanfaatkan maksimal untuk pendidikan," kata Muhammad Alvin Hakim saat presentasi.
Menurut Alvin, aplikasi Read Me akan menghadirkan konten pendidikan, seperti kuis dan materi-materi yang mempermudah pelajar mendapatkan ilmu pengetahuan. Tak hanya itu, ada pula pilihan novel dan komik sebagai alternatif hiburan.
Ide mereka merupakan satu dari berbagai ide lain dalam lomba yang mengangkat isu penggunaan gadget dalam memberikan nilai positif bagi generasi muda di era technopreneur 4.0.
Ada pula penelitian yang dilakukan SMAN 101 Jakarta, yang berpendapat situs Simak yang dimiliki Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk ujian daring ini sangat efisien dan berdampak positif bagi siswa. "Salah satu dampak positifnya, mengurangi penggunaan kertas, juga lebih hemat waktu karena tak perlu hitamin lingkaran jawaban," kata Sofi Suhaimah, siswa SMAN 101 Jakarta.
Namun, masih ada kekurangan dalam pemanfaatan situs tersebut, yakni lemahnya proteksi. Pasalnya, siswa masih dapat membuka windows lain saat ujian berlangsung.
"Solusi dari kami bisa menjadi masukan kepada pemerintah adalah menggunakan aplikasi bernama Exambro untuk memproteksi dan menghindari kesalahan server yang masih sering terjadi, apalagi pada iOS," lanjutnya.
Lain halnya dengan kelompok SMAN Cahaya Madani Banten Boarding School Banten, yang memanfaatkan fitur pada aplikasi ojek daring untuk promosi mitra produsen makanan, khususnya pada Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, yang masih belum dimaksimalkan. Promosi itu, kata Benazhir Saninah Annasya, kelas 11 SMAN Cahaya Madani Banten, memengaruhi nilai beli masyarakat. Apalagi harga dan produk menarik tidak terlalu signifikan.
"Solusi dari kami sih agar cara pemasarannya ditambah seperti inovasi-inovasi dalam poster, melakukan iklan, memberikan tester, atau digratiskan dulu agar masyarakat bisa kenal dengan produknya," kata Benazhir.
Semua ide itu diuji para juri dengan melihat dari kematangan isu hingga realilasasinya di masa depan.
Beradu Hitungan Fisika
Kemeriahan UMB pun tampak saat kompetisi fisika. Para peserta berebut menjawab pertanyaan guna meraih urutan juara. Pada tes pertama, mereka harus menjawab 20 pertanyaan pilihan ganda dalam kurun waktu 1 jam.
Pada tes berikutnya, mereka harus mempertaruhkan poin dan rela dikurangi poin jika pertanyaan tidak dijawab dengan benar. Di tahap final, mereka harus memilih pertanyaan dalam amplop.
Untuk tes pertama, beruntung kita hanya salah satu nomor. Tak sia-sia kami belajar semalaman meski hanya H-1," kata Muhammad Rizal Rizqillah, siswa kelas 11 SMAN Cahaya Madani Banten.
Beradu secara berkelompok, Rizal mengaku sempat panik ketika mendapati beberapa soal yang tidak sempat dipelajarinya. Meski begitu ia bersyukur bisa sama-sama mengerjakan soal dengan maksimal bersama dua orang rekannya, Izma Alhazmi Herdian dan Oriex Mawan Junnior. Kuncinya fokus sekaligus dapat berbagi tugas, kemudian optimis dapat memenangi kompetisi hari itu.
Ketiga siswa ini mengaku memiliki ketertarikan khusus pada pelajaran mengenai materi, energi, dan fenomena atau kejadian alam ini. Ia pun mengaku di sekolahnya dibentuk tim khusus untuk mengikuti olimpiade, seperti matematika, kimia, dan biologi.
Selain lomba KIR, beragam kegiatan diselenggarakan di Festival UMB ke-12 ini. Beragam kompetisi disediakan dari tingkat SD, SMP, dan SMA, seperti kompetisi seni, olahraga, pidato dalam bahasa Inggris, fisika, hingga matematika sebagai bentuk relasi antara pihak kampus dan berbagai pihak.
"Kegiatan ini menjadi ajang bertemu ratusan sekolah dalam sebuah kompetisi multi event, sekaligus bertemunya puluhan guru untuk bersama meningkatkan pemahaman terhadap perkembangan perguruan tinggi saat ini," kata Wakil Rektor UMB, Hadri Mulya, saat pembukaan festival UMB 12, Kamis (7/11).
Kompetisi yang berlangsung 2-21 November itu dihadirkan guna menumbuhkan semangat berkompetisi yang sehat pada diri pelajar, mengasah keterampilan diri pelajar, dan meningkatkan kesadaran pelajar SD, SMP, SMA/SMK pada keberagaman budaya, kreativitas, dan mencintai lingkungan.
Hal itu menurutnya sejalan dengan tema tahun ini yang bertajuk Diversity, Creativity, Technopreneur, and Green Living yang mana bukan menciptakan suasana kreatif dari bertanding, tetapi bersama menciptakan suasana sehat dan cinta lingkungan dari penanaman bibit pohon di area kampus. UMB pun membagikan bibit pohon kepada seluruh sekolah yang ikut serta dalam festival ini.
Penanaman pohon ini telah menjadi fokus dan konsistensi dari UMB sejak penyelenggaraan Festival UMB. Universitas Mercu Buana mendorong gerakan cinta lingkungan dengan giat menanam pohon, bahkan dengan kegiatan rutin ini UMB menjadi kampus hijau dan kerap kali mendapatkan perhargaan Green Campus. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved