Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Melihat "patah hati bekerja" dari tembang-tembang yang dibawakan Didi Kempot di penghujung hari pertama Synchronize Fest 2019 menjadi legitimasi bahwa persona Lord Didi terbukti membius lintas generasi.
Penyanyi campur sari tersebut menjadi fenomena pada belakangan ini. Muncul basis-basis fan yang menamai diri mereka sebagai sadboy dan sadgirl. Namun, para pendengar loyal Didi Kempot kebanyakan terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Paling tidak, begitulah awalnya.
Antusiasme akan kehadiran Didi Kempot di panggung Synchronize Fest 2019 tadi malam membuktikan bahwa musiknya telah menghanyutkan pula para penikmat musik di pusat industri. Ia menutup gelaran hari perdana SyncFest tahun ini di Dynamic Stage, bisa dikatakan sebagai panggung terbesar dari total empat panggung yang ada di Gambir JI Expo, Kemayoran, Jakarta.
Didi membawakan hit-hitnya, seperti Cidro, Pamer Bojo, Banyu Langit, dan Kalung Emas. Sejak awal, sekitar pukul 23:45 WIB ia naik ke panggung hingga pukul 01:00, para pengunjung Synchronize Fest setia mengikuti aksinya, joget ala campursari.
Ini merupakan debut Didi di ajang Synchronize Fest. Menurut pengakuan Program Director SyncFest Kiky Aulia Ucup, pihaknya sudah mendekati Didi sejak April tahun ini. Panggung ini sekaligus jadi panggung perdananya di helatan festival musik yang prestisius di kalender nasional.
Tahun ini bukan hanya tahun perdana Didi di Synchronize, solois pop Raisa Andriana juga baru pertama kalinya tampil. Ia sekaligus mengenalkan artwork karya terbarunya, berjudul You, yang bisa dipesan per 9 Oktober.
Selain Didi dan Raisa, pada hari pertama SyncFest ini, kelompok musik yang juga mendapat atensi besar dari pengunjung ialah band legendaris Jamrud. Setelah pada tahun lalu mereka menjadi band yang paling banyak ditonton sepanjang Synchronize dihelat, kali ini mereka tetap memberi magnet mayor. Hit-hit seperti Surti-Tejo, Pelangi Di Matamu Putri, Waktuku Mandi, dan Selamat Ulang Tahun-- yang sekaligus jadi national anthem masyarakat Indonesia untuk merayakan hari lahir, selalu diikuti sing a long oleh pengunjung yang menyemut di depan District Stage.
Kejutan di panggung XYZ yang lebih menerapkan konsep keintiman, juga membawa histeria massa dengan hadirnya kelompok musik elektronik asal Yogyakarta, Prontaxan. Prontaxan seketika mengingatkan kita pada salah satu legenda funkot Barakatak. Terdiri dari empat orang, Rangga Sang Eshayoga dan Lana Pranaya yang bertindak sebagai peramu irama musik, dan duo Uji Hahan Handoko-Yahya Dwi Kurniawan yang mengambil alih keriuhan penonton dan menyematkan diri mereka dengan istilah dirigen, membawa musik khas sopir angkot masuk ke festival yang mayoritas didatangi kalangan anak muda ini.
Prontaxan me-remix lagu-lagu milik Efek Rumah Kaca, Payung Teduh, menjadi suatu eksperimen rekreasi yang merilekskan kita dari tekanan sehari-hari. Membawa sesuatu yang mungkin kerap dianggap norak dan kampungan, menerabas batas musik yang universal dan patut untuk dinikmati sebagi cara untuk bersenang-senang.
Synchronize Fest 2019 masih akan berlangsung hingga Minggu, 6 Oktober. Pada hari kedua ini, Sabtu (5/10), akan tampil di Dynamic Stage ialah Humania, kelompok hip hop asal Yogyakarta NDX AKA, konsep karaoke pop indo 2000 bersama Oom Leo yang memboyong Andika Kangen Band, Ian Kasela Radja, Wali, dan Setia Band. Sementara, untuk kali perdana Superglad juga bakal manggung setelah lama ditinggal sang vokalis Luks Laksmana (Buluk) dan hengkangnya sang gitaris Dady. Di hari kedua ini, jangan pula dilewatkan penampilan epik dari Feel Koplo yang sempat tampil di ajang Soundrenaline lalu. (M-2)
Untuk pemenang lomba makan otak-otak, bakal diambil tiga tercepat total hadiah pemenang hingga Rp3,7 juta.
Tema festival tahun ini menggambarkan kerukuran dan toleransi di Bangka Belitung yakni "Thong Ngin Fam Ngin jit Jong yang artinya Cina Melayu Sama Saja.
Dunia streetwear dan budaya urban kembali menjadi sorotan di Indonesia dengan hadirnya DRP Jakarta
Sebanyak 400 peserta ambil bagian lomba makan otak-otak ini. Uniknya para peserta mengenakan beragam kostum unik untuk menarik perhatian para juri.
Makan Bajamba digelar sebagai bentuk penghormatan kepada para raja dan sultan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved