Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
Terbuat dari bahan PVC board yang datar dan tentu memiliki karakter 2 dimensi (2D), karya Feransis berjudul On Shadow ini membentuk ilusi tokoh Disney, yakni Putri Aurora atau yang dikenal dengan Sleeping Beauty dari garis-garis bentukannya. Tampak wajah sang Putri, apel, serta tangan, dan kuku panjang penyihir.
Meski berbahan datar, rupanya karya ini masuk pada 2D dan 3 dimensi (3D). Ferancis membengkokkan karyanya membentuk huruf L. Saat dipertontonkan pada khalayak, tidak lupa dia membiarkan bayang-bayang dari lampu sorot meningkahi karyanya lewat siluet gambar. Artinya, ada ruang di tengah karyanya yang bisa diklasifikasikan menjadi 3D yang memiliki dimensi panjang, lebar, dan tinggi.
Istilah 2D dan 3D sebenarnya sudah menjadi istilah umum digunakan dalam seni rupa. “Kedua istilah ini menjadi dasar dalam ilmu seni rupa untuk membangun fondasi mereka dalam memahami komponen dasar seni. Karya seni 2D misalnya gambar dan lukisan. Beda lagi dengan 3D yang lebih mengacu pada patung,” kata Asmudjo J Irianto, kurator 2D|3D: Interaction|Intersection di Ruci Art Space di Senopati, Jakarta.
Ia menambahkan, kedua kategori inilah yang kemudian mengawali perkembangan seni modern dengan beragam media yang dipakai. Bahkan, menurutnya, karya seni 2D dan 3D bisa sangat tumpang-tindih.
Dengan dasar itulah, tujuan diadakannya pameran ini untuk memeriksa ulang karya seni 2D dan 3D dan memicu minat setiap seniman untuk mengeksplorasi kecenderungan 2D dan 3D yang tak lagi didikotomisasi dan tak lagi memiliki paradigma yang kaku.
Seperti karya Made Wiguna Valasara, ia menghilangkan batas antara kanvas dan pewarna. Ya, kanvasnya hampir tidak pernah disentuh sapuan kuas, sebagian tampak bersih tetapi ia membangun beragam bentuk geometris yang diambil dari tradisi khazanah Bali dilengkapi unsur-unsur alam, seperti gunung, arah udara, air, api, bunga, dan mandala. Karya di atas permukaan kanvas itu kemudian mirip sebuah relief.
Tak hanya di sebuah kanvas yang menempel di dinding, ia juga menciptakan karya yang lebih menunjukkan keeksistensian 3D dengan membentuk kubus, prisma segitiga, ataupun silang dengan menampilkannya dengan cara digantung sehingga menciptakan instalasi yang cukup apik di dalam ruangan.
Mikrokosmos
Hal unik juga ditampilkan Rega Ayundya Putri yang menggambar mikrokosmos dari lapisan kulit manusia. “Jika dilihat lebih detail kan di kulit kita ada sel-sel aku gambarkan ke sebuah kertas dengan ballpoint, spidol, maupun pensil,” kata Rega.
Tidak hanya itu, sebagian gambar bahkan diwarnai secara abstrak. Baginya, ini ialah cara untuk membangun kontras antara karakter otomatis mesin yang mendominasi produksi saat ini agar semakin hidup ia pun mengaplikasikan manik-manik menjadi sebuah bentuk baru.
Beda lagi dengan karya Agung Prabowo. Dia menampilkan linocut dengan tema fear atau ketakutan. Komponen 2D dan 3D muncul dengan karakter dasar masing-masing.
Linocut yang datar dengan gambar abstak, lalu garis-garis pada gambar linocut itu ia terapkan pada objek yang terbuat dari keramik yang ditempatkan pas di atasnya. “Kedua komponen ini memberikan kontribusi visual dan narasi yang saling melengkapi dan menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan,” kata Asmudjo. Ya, linocut menjadi semacam latar belakang naratif. (Wan/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved