Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Jelang Setengah Abad Serat Biranul Anas

MI
06/4/2019 23:20
Jelang Setengah Abad Serat Biranul Anas
Proporsi karya yang ditampilkan dalam pameran Serat Jiwa ini agaknya lebih berat pada nuansa abstrak jika dibandingkan dengan karya bercorak(MI/FATHURROZAK JEK)

LEBIH dari empat dekade seniman Biranul Anas Zaman mengalami empat periodisasi berkeseniannya, yakni tapestri, embroidery, makrame, dan kolase. Seni yang bertumpu pada tradisi tenun di Nusantara.

Jago Pesisir yang bermaterialkan bulu-bulu bernuansa hijau keabuan, bisa menjadi salah satu cara melacak karya pada periode awal Anas. Jago Pesisir boleh jadi satu dari sekian figur fauna yang realistis, di antara abstraksi figur lain, seperti elang, murai, burung dara, dan gelatik, yang masuk dalam karya terbaru Anas.

Proporsi karya yang ditampilkan dalam pameran Serat Jiwa di ­Galeri Nasional sejak 25 Maret 2019 dan berakhir pada 7 April 2019 itu agaknya memang lebih berat pada nuansa abstrak jika dibandingkan dengan karya bercorak realistis.
Selain muncul pada Jago Pesisir, karya bercorak realistis lebih kentara pada dua karya figur sosok. Karya Tokoh menampilkan tiga wajah sosok Timur Tengah yang ditempuh Anas dengan teknik tapestri, embroidery, dan kolase. Sementara itu, satu karya berjudul My 3 Princesses menampilkan tiga wajah sosok perempuan Lady Diana, Mother Teresa, dan Aung San Suu Kyi yang dibuat pada 2014 menggunakan tapestri dan embroidery.

Sisanya, karya yang ditampilkan memiliki garis tegas bahwa pendekatan yang digunakan Anas dengan puitis-estetis memang mampu diterjemahkan Anas ke dalam warna-warna tenunan yang saling merajut antarjalinan benang dan material pendukungnya. Sebut saja, trilogi karya Rembulan, Anas menawarkan tiga rupa rembulan pada lini masa berbeda, Rembulan di Ufuk Subuh, Rembulan di Ufuk Petang, dan karya gigantik Rembulan di Balik Belukar.
Ketiganya memiliki dimensi estetikanya secara personal. Menjadikan keindahan datang dari berbagai sisi.


Tradisi dan simbolisme suci

Di Barat, tapestri lekat dengan pergerakan perempuan. Sementara itu, menurut kurator pameran Serat Jiwa Rizki A Zaelani, tapestri atau seni serat lebih dilekatkan pada seni tradisi. Ini pula yang menurut Anas bahwa sebenarnya tenun hampir ada di setiap wilayah di Indonesia. Namun, pusatnya ada di Indonesia bagian Timur.

“Di Indonesia mencapai puncaknya, hampir setiap kampung punya tradisi kain, Sumatra Barat dengan songket, Lampung punya kain tapis, Bali ada tenun ikat.
Namun, Indonesia Timur yang jadi ‘­kerajaan tenun,’ sentra tenun terbesar, ada di NTT, enggak habis-habisnya, dari Maumere, Larantuka, Adonara, Alor, penuh dengan ekspresi tenun tradisi. Yang paling mengesankan untuk saya, tenun Sumba,” ungkap Anas saat Wicara Seniman di Galeri Nasional, Kamis (28/3).

Selain tema bernuansa figur, fabel, dan abstraksi puitis, karya-karya Anas juga muncul dengan simbol-simbol suci keagamaan. Bukan saja soal yang tercetak seperti ayat Alquran, melainkan juga bagaimana Anas mengeksplorasi romansa waktu yang dianggap sakral, seperti karya Subuh di Qum (kota di Iran), atau Maghrib di Agra (kota kuno di Sungai Yamuna India). Kedua karya yang lahir pada 1997 itu menjadi representasi, tema simbolisme suci bertautan dengan pendekatan puitis-estetis.

Ini juga bisa jadi karena Anas mendapat pengaruhnya ketika ia melakukan perjalanan ke beberapa negara di Eropa Timur, seperti Ceko atau Rusia, yang memang dikenal kental dengan tradisi kain dan bertautan dengan abad pertengahan, yang memvisualkan tokoh atau sesuatu yang dianggap suci di atas kain.

“Mungkin ini terinspirasi ketika Pak Anas ke Eropa Timur. Dia me­ngeluarkan ide dari yang ia lihat di sana. Ketika yang biasanya digambarkan adalah orang-orang yang dianggap suci, jadi itu memengaruhi ide berkaryanya, yang muncul dari ingatannya itu,” ungkap kurator Rizki A Zaelani. (Jek/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya