Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Cita-Cita Mendaki Everest? Simak Dulu Rutenya

Galih Agus Saputra
05/4/2019 14:15
Cita-Cita Mendaki Everest? Simak Dulu Rutenya
Camp IV Mount Everest(AFP PHOTO / Doma SHERPA)

Barangkali, sebagian besar dari Anda selama ini belum pernah mendaki gunung. Tetapi, ketika mendengar nama Everest, tentu sangat tidak asing di telinga Anda bukan? Ya, Everest adalah nama gunung tertinggi di dunia. Dalam Bahasa Sansekerta, gunung ini disebut Sagarmatha (Kepala Langit), atau dalam Bahasa Tibet juga disebut Chomolangma (Bunda Semesta). Puncaknya berada di ketinggian 8848 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang secara geografis terletak di Pegunungan Himalaya, atau lebih tepatnya berada di perbatasan antara Nepal dan Cina.

Menaklukan puncak Everest tentu menjadi impian, bahkan menjadi kebanggaan tersendiri bagi siapa saja yang gemar mendaki gunung. Tetapi perlu diketahui pula bahwa prosedur yang harus dilalui demi mendapat ijin untuk memenuhi misi pendakian ini cukup ketat, pun rute yang harus ditempuh juga tidak kalah dahsyat.

Baru-baru ini, Pemerhati Energi dan Perubahan Iklim, sekaligus Editor Outside, Svati Kirsten Narula telah menulis ringkasan rute pendakian gunung Everest. Sebagian teks tersebut awalnya muncul di What You Missed: Everest (2018 dan 2019) dimana di dalamnya berisi catatan sejarah, ekspedisi, hingga berbagai macam arsip cerita tentang Everest yang amat luar biasa.

Dalam ringkasan itu, Svati mula-mula mengatakan, jika anda hendak mendaki Everest dari sisi selatan, atau seperti yang selama ini dilakukan kebanyakan orang, anda mungkin akan berangkat dari Ibu Kota Nepal, di Kathmandu sebelum menempuh perjalanan selama tujuh hingga sepuluh hari menuju Base Camp.

Dari desa Lukla menuju Base Camp

Jalan setapak menuju Base Camp diawali dari desa Lukla, atau yang lebih tepatnya berada di ketinggian 9.334 kaki (lebih dari 2800 mdpl). Para pendaki biasanya juga dapat memanfaatkan jalur penerbangan helikopter yang menghabiskan waktu sekitar 45 menit dari Kathmandu untuk menuju desa tersebut. Perlu diketahui pula bahwa penerbangan tersebut sangat menantang karena landasan terbang di desa Lukla yang bernama Bandara Tenzing-Hillary itu adalah landasan terbang paling berbahaya di dunia. Meski demikian, kabar baiknya para pendaki yang gelisah pasca pendaratan dapat segera menikmati suguhan manis atau minuman berkafein di sekitaran bandara tersebut, dimana ada kedai bernama Germain Bakery Café yang menyajikan berbagai macam minuman hangat dan makanan lezat.

Selain itu, anda juga dapat beristirahat selama satu hari di Desa Lukla untuk membiasakan diri dengan ketinggian sebelum melanjutkan perjalanan. Atau jika anda langsung melanjutkan perjalanan, anda dapat menghabiskan satu hingga dua malam di desa Namche Bazaar yang berada di ketinggian 11.500 kaki (3500 mdpl). Setibanya di Namche, anda kembali dapat menemukan kedai kopi seperti The Khumbu Lodge, atau jika ingin mendapatkan bir, pemutaran film gratis, bahkan siaran pertandingan sepakbola, anda bisa datang ke The Irish Pub.

Usai menghabiskan waktu di Namce, anda kemudian melanjutkan perjalanan dan akan berhenti di Pangboche yang berada di ketinggian 13.000 kaki (3962 mdpl). Lokasi ini ialah tempat yang biasa digunakan Lama Geshe (yang meninggal pada Februari lalu) untuk menggelar pemberkatan demi keselamatan setiap orang yang hendak mendaki Everest. Beberapa hari setelah itu, anda kemudian akan tiba di Base Camp dengan ketinggian 17.500 kaki (5334 mdpl).

Suasana di Base Camp

Setibanya di Base Camp, anda lantas dapat melihat lima puncak Leviathans: Khumbutse, Nuptse, Lhotse, Pumori, dan Lingtren. Anda juga dapat melihat Everest di sini, tetapi puncaknya tidak terlihat karena terselip di balik gunung Ridge Barat. Apabila anda memperluas pandangan, anda bahkan dapat melihat Ridge Line yang tampak seperti kekaisaran di langit berwarna kobalt, atau yang terdapat pada permukaan gletser Khumbu yang berantakan. Platform ini agaknya kurang stabil karena setiap beberapa jam selalu ada celah baru yang terbuka, bahkan ada bongkahan batu yang meluncur ke kolam lelehan air dengan percikan yang membumbung tinggi.

Base Camp adalah tempat atau bisa dibilang sebuah kota kecil terakhir yang akan dijumpai pendaki. Anda dapat melihat bendera doa (prayer flag) yang berkibar ke segala arah karena tertiup angin di ketinggian 17.600 kaki (5364 mdpl) ini. Dari tempat ini pula, anda dapat melihat sebuah kota metropolitan Alpine yang berpenduduk lebih dari seribu orang menggunakan sekitar 250 tenda, dan diisi dengan peralatan, makanan, dan peralatan medis.

Tantangan pertama, Khumbu Icefall

Khumbu Icefall merupakan rintangan utama pertama yang harus dilewati pendaki apabila berangkat dari sisi selatan Everest. Lokasi ini tidak dapat diprediksi, bahkan orang-orang kerap menganggap seperti bermain "Roulette Rusia" ketika melewati tempat ini. Setiap musim semi, sebuah tim yang terdiri dari delapan hingga sepuluh pendaki dari Nepal, atau yang dikenal sebagai "Icefall Doctors" dikirim terlebih dahulu untuk meninjau lokasi ini. Mereka memetakan rute yang dapat dilalui pendaki, menggunakan tali dan tangga aluminium yang kemudian dapat digunakan ratusan pendaki lain agar dapat melanjutkan perjalanan dari Base Camp ke Camp I yang memakan waktu selama beberapa minggu.

Sebagai seorang pendaki, anda juga akan dipandu oleh seorang profesional ketika melewati kawasan ini. Anda akan melewati tumpukan balok, menara, dan ceruk es yang kacau, bahkan anda dapat mendengar deritan gletser Khumbu yang bergerak di sekitar anda. Migrasi es di Khumbu sendiri selama ini diprediksi dapat menurun atau longsor dari Camp I di ketinggian 19.900 kaki (6065 mdpl) ke Base Camp di ketinggian 17.600 (5364 mdpl) dengan kecepatan beberapa kaki per hari.

Perlu diketahui pula bahwa Khumbu Icefall merupakan tempat 16 orang Sherpa terbunuh pada 2014. Sherpa sendiri adalah sebutan suku di perbatasan Nepal dan Tibet yang dikenal memiliki keahlian dalam mendaki gunung. Nahasnya, dalam perjalanan menuju puncak, mereka tertimpa bongkahan es seukuran gedung apartemen sepuluh lantai, pada April 2014 di tempat ini. Editor Outside, Grayson Schaffer mencatat bahwa setidaknya, ada 100 orang Sherpa yang tengah melintas di lokasi tersebut pada saat itu. Hal tersebut kemudian menjadi pertanda bahwa Khumbu Icefall tidak mengenal kesenjangan terkait risiko yang harus ditanggung, baik untuk orang-orang Sherpa maupun pendaki lainnya.

Tiba di Cwm Barat

Setelah melalui air terjun Khumbu, anda akan tiba di tempat yang dikenal sebagai Cwm Barat Everest. Cwm adalah nama yang diberikan George Mallory pada 1921, atau yang berarti "lembah". Cwm juga sering disebut "malapetaka," tetapi bagian ini sebenarnya tidak terlalu menyeramkan, kecuali bagi pendaki yang tidak terlalu tahan dengan panas. Lembah seluas 2,5 mil yang relatif datar itu diapit tiga sisi lereng yaitu Everest, Lhotse, dan Nuptse.

Setibanya di tempat itu, pendaki akan melihat cahaya matahari yang memantul di setiap sayap lembah. Tidak jarang pula, para pendaki sering merasa perlu untuk melepas bajunya kala melewati tempat ini di siang hari. "Rasanya anda benar-benar perlu berdoa untuk memohon hembusan angin, atau awan bergerak untuk menutupi matahari agar dapat terus bergerak ke Advance Base Camp," kata Pendaki, David Breashears, seperti dilansir Outside.

Setelah melewati Cwm Barat, anda kemudian akan tiba di Camp I yang berada di ketinggian 19.500 kaki (5943 mdpl). Camp I berada di dekat air terjun Khumbu bagian atas, dimana dari tempat ini anda akan melanjutkan perjalanan menuju Camp II, atau yang juga dikenal sebagai Advanced Base Camp di ketinggian sekitar 21.000 kaki (6400 mdpl).

Mendaki Lothse

Setelah tiba dan cukup beristirahat di Camp II, perjalanan berlanjut ke Camp III. Apabila anda hendak melalui Ceruk Selatan (South Col) yang dewasa ini cukup populer, anda harus mendaki Lhotse lebih dahulu, atau yang selama ini dikenal sebagi gunung tertinggi keempat di dunia. "Lhotse Face" demikian sebutannya, sangat dingin dan berada di suhu 45 hingga 55 derajat.

Jalur pendakian Lhothse cukup curam, dimana anda akan sering terikat di tali sambil secara sistematis menancapkan crampon ke dalam es selama tiga hingga enam jam. Setiap tim pendaki biasanya juga memilih tempatnya sendiri untuk mendirikan tenda di Camp III. Daftar tempat untuk berkemah di lokasi ini sangat terbatas, sehingga pendaki harus memilih apakah mereka hendak mendirikan tenda di ketinggian 23.000 kaki (7010 mdpl) atau 25.000 kaki (7620 mdpl).

Zona Mematikan di Ceruk Selatan

Selepas dari Camp III, anda kemudian akan menempuh perjalanan menuju Ceruk Selatan (South Col). Jalur pendakian kali ini lebih curam dan dingin dari Lhotse, atau yang pada akhirnya akan menuntun anda ke daerah batu kapur yang dikenal sebagai Yellow Band. Setelah itu, anda juga harus menyeberangi area bebatuan atau yang disebut Geneva Spur di ketinggian sekitar 24.000 kaki (7315 mdpl). Putra Jim Whittaker (orang Amerika pertama yang mendaki Everest), Leif Whittaker yang juga mendaki Gunung Everest pada 2012 sempat menggambarkan perjalanan di bagian ini dalam memoarnya "My Old Man and the Mountain".

Batuan Geneva Spur, kata Leif, membentuk lembaran-lembaran yang saling bertautan, tampak setipis karton dan yang lain setebal tulang punggung buku kamus. "Seluruh Spur tampak seperti perpustakaan yang miring di setiap sisinya, bak buku-buku yang jatuh dari rak di sana sini. Lapisan es basi dan keriput menutupi ceruk seperti kulit tua yang menggantung. Dimana lusinan tenda cerah menempel di dataran es. Permukaan tenda mengepak dan tiang mereka melentur di bawah hembusan angin. Arloji saya menunjukan 26.013. Selamat datang di zona kematian," tulis Leif.

Istilah zona kematian sendiri berasal dari ungkapan seorang Dokter Swiss, Edouard Wyss-Dunant dalam The Mountain World edisi 1953. Jurnal penelitian itu ia sumbangkan setelah upayanya sendiri gagal untuk mendaki Everest pada 1952. Sejak saat itu pula, istilah tersebut selalu melekat dalam kosakata yang dikenal para pendaki gunung, dimana konsentrasi oksigen di daerah itu hanya sekitar 30 persen. Ceruk Selatan pada akhirnya juga menjadi tempat terakhir untuk istirahat para pendaki atau dikenal sebagai Camp IV. Ini adalah tempat terakhir anda untuk tidur, sekaligus terhubung ke mesin oksigen, sambil diterpa angin badai sebelum melanjutkan pendakian ke puncak Everest.

Menuju puncak Everest

Perjalanan menuju puncak biasanya dimulai kala hari masih gelap. Pendakian ini berawal dari Camp IV dengan ketinggian sekitar 26.000 kaki (7924 mdpl), dimana anda akan mulai merangkak keluar dari tenda dan berangkat menyusuri jalan panjang dengan lambat. Setelah beberapa jam menaiki lempengan curam yang dikenal sebagai Triangular Face atau Everest's South Face dengan berpegangan pada tali dan melangkahi campuran batu, es, dan salju, anda akan tiba di sebuah singkapan yang dikenal sebagai balkon.

Balkon merupakan sebuah tempat yang dewasa ini sangat populer untuk berhenti dan mengganti botol oksigen, termasuk menikmati persediaan makanan dan air. Jeda yang cukup lama berikutnya akan anda temukan di puncak selatan, yang berupa kubah es, hingga kemudian anda akan menuju ke bagian tenggara yang juga dikenal sebagai ujung pisau atau Cornice Traverse. Apa yang anda temukan selanjutnya adalah Hillary Step, sebuah lokasi ikonik yang sekarang hanyalah berupa cangkang karena telah runtuh pada tahun 2015.

Seperti yang dikatakan beberapa pendaki yang datang pasca 2017, batu utama atau terbesar dan tertinggi di lokasi itu sekarang sudah hilang, karena kemungkinan terguncang selama terjadi gempa besar di Nepal 2015 silam. Meski demikian, bagian ini akan sangat membutuhan kekuatan kerja saraf para pendaki, usai menempuh perjalanan selama 10 hingga 12 jam dari Camp IV. Setiap napas dan gerakan otot yang mereka lakukan di sini akan terasa sulit, meski puncak Everest sudah mulai terlihat.

Upaya terakhir yang harus anda lalui untuk mencapai puncak adalah menyusuri lereng sekitar 200 kaki. Setelah itu, anda akan tiba di puncak tertinggi di dunia, dimana anda dapat melihat puncak sejumlah gunung besar di Himalaya lainnya seperti Lhotse, Nuptse, Makalu, Cho Oyu, Ama Dablam, dan lain-lain. Anda perlu bangga ketika mencapai puncak tertinggi di dunia ini, karena nama anda akan selalu menjadi sorotoan pendaki lain yang tersebar di seluruh dunia.

Setelah mencapai puncak Everest, anda kemudian akan turun ke Basecamp. Setibanya di sana, beberapa staf ekspedisi akan membantu mengemas barang-barang, sekaligus mengantar anda pulang menuju Kathmandu. Keberhasilan anda menaklukan puncak Everest juga akan dirayakan oleh orang-orang di ibu kota Nepal itu.  Anda dapat tinggal selama dua malam di Hotel Yak & Yeti, sebuah tempat bersejarah yang selama ini menjadi tuan rumah bagi para pendaki yang telah berhasil memuncaki Everest dalam  beberapa dekade terakhir. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya