Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
DALAM hidup, menjadi dewasa ialah proses yang sangat kompleks pada setiap manusia. Saat itu adalah waktu yang penuh dengan kekhawatiran, kegelisahan, dan kegetiran, ada pula sisipan kemerdekaan yang menjadi sumber kebahagiaan. Dewasa pun tak memandang usia. Bisa jadi yang angka usianya sudah tinggi masih terjebak dalam pikiran kekanakan. Namun, ada pula mereka yang masih belia usianya dipaksa untuk menyikapi hidup dengan dewasa. Membaca serentetan peristiwa dan rumitnya manusia dengan jernih.
Memahami proses pendewasaan bisa pembaca nikmati lewat buku berjudul Lima Cerita. Karya buku ini digoreskan oleh jurnalis dengan segudang pengalaman, Desi Anwar. Lima Cerita merupakan buku yang baru dirilis pada 2 Maret 2019 ini. Buku ini sebelumnya sudah dirilis dalam bahasa Inggris dengan judul Growing Pains.
Terdiri dari 5 cerita sesuai dengan judul bukunya, di antaranya Kematian, Cerita Delia, Pedihnya Kedewasaan, Cinta Sempurna, dan Ibu yang Baik. Kelima cerita pendek ini dikemas sedemikian rupa sehingga mengungkapkan kisah-kisah yang memaparkan sebuah proses pendewasaan. Membaca buku ini seperti terbawa pada kisah-kisah nyata pada setiap tokoh yang diangkat pada ceritanya. Bahkan, setiap cerita seperti saling berkaitan dan menggambarkan satu sosok yang sama pada setiap fase dalam hidupnya.
Cerita pertama dibuka dengan kenyataan pahit dari seorang anak perempuan atas kepergian ayahnya untuk selama-lamanya. Uniknya kenyataan kehilangan ini dibangun dengan tidak biasa pada buku ini. Pasalnya, hubungan antara ayah dan anak perempuan di sini digambarkan tidak seperti hubungan intim di antara dua insan yang terikat dengan darah yang kental.
Menggunakan identitas tokoh utama aku, seolah menggambarkan rangkaian pertanda-pertanda yang sifatnya spiritual atas kepergian sang ayah. Akan tetapi, emosi yang terbangun pada teks justru bukan kehilangan, melainkan dampak atas kehilangan tersebut. Desi Anwar menjelaskannya setiap pertanda dengan detail dan jelas sehingga membuat pembaca betah dalam membacanya.
Mengaitkannya dengan kisah pendewasaan, sebetulnya sedikit membingungkan karena tokoh aku ini sama sekali tidak merasa sedih atas kepergian sang ayah sebagai dampak atas kekurangterlibatan peran ayah baginya. Hanya saja ia baru menyadari setiap pertanda sebelum ayahnya dijemput maut. Di akhir, ia hanya berasumsi atas pertanda-pertanda tersebut. Pembaca seolah dibebaskan untuk menyimpulkan sendiri proses pendewasaan yang dimaksudkan penulis.
Rahasia hidup
Tiga kisah lainnya, Cerita Delia, Pedihnya Pendewasaan, dan Cinta Sempurna menguak sebuah realitas yang dibangun oleh penulisnya mengenai bagaimana manusia selalu hidup dengan rahasianya masing-masing. Kita boleh saja terlihat pandai, menarik, sukses, ataupun bahagia di mata orang lain. Namun, setiap dari kita menyimpan kegetiran hidup pada diri masing-masing. Sedikit banyak dibiarkan terpendam atau diekspresikan hanya untuk diri sendiri.
Kesadaran ini tampaknya memang dekat dengan setiap orang. Namun, kadang keindahan dunia selalu membuat kita luput dan justru menimbulkan rasa iri. manusia memiliki kehidupan yang serupa dengan berbagai perasaan yang tumbuh dalam diri. Hanya saja apa yang menjadi rintangan mungkin berbeda tiap orang. Seperti itulah pesan yang ingin disampaikan penulis.
Sementara itu, kisah penutup dihadirkan melalui cerita kelima, Ibu yang Baik. Kisah ini bisa jadi menjadi proses pendewasaan yang paling dramatis. Memotret setiap peristiwa sedari belia yang terpatri dalam memori seorang anak manusia. May memaknai sosok sang ibu dalam hidupnya dengan berbeda. Ia gugah dengan pemahaman ini saat ibunya sedang sekarat dan menyapa kematian.
Nilai baik pada sosok ibu digambarkan berbeda oleh penulis. May sejak kecil sudah diperlakukan keras bahkan kerap merasakan penolakan-penolakan dari orang yang melahirkannya tersebut. Semakin tumbuh dewasa, ia mulai memahami dari mana tumbuhnya karakter sang ibu itu. Hingga pada suatu titik, ia mengakui dirinya saat ini yang kuat dan mandiri ialah bentukan dan didikan ibunya. Meski pahit, ia berani mengungkapkan bahwa ibunya adalah sosok ibu yang baik.
Secara keseluruhan buku ini memiliki kisah mendalam yang berhasil disampaikan oleh penulis dengan indah. Setiap penjelasan tokoh hingga peristiwa sangat jelas dan detail dipaparkan membuat pembaca memasuki dimensi lain kisah hidup para tokoh. Penulis pun tidak membuatnya menjadi kisah yang menye-menye. Namun, pesan mendalam tetap tersampaikan dengan baik.
Gaya bahasa yang digunakan pun mengalir. Meski latar belakang jurnalis yang melekat pada diri penulis, pada buku ini ia memunculkan sisi luwes dalam berbahasa. Penggunaan analogi pada isi cerita pun memiliki konteks yang sesuai dengan jalan cerita.
Saat membacanya, pembaca yang jeli akan melihat keterkaitan antara satu kisah dan kisah lainnya. Meski tidak dijabarkan dengan runtut. Tapi ada kekhasan tokoh yang serupa dengan kode-kode tertentu. Desi Anwar saat ditanya mengenai fakta pada kisah ini yang merupakanya nyata dan dari pengalaman pribadi menjawabnya dengan pandangan bahwa realitas bisa dibentuk manusia.
Bagi mereka yang sedang tumbuh dalam memahami hidup ataupun mereka yang dipaksa keadaan untuk tumbuh dewasa. Buku ini bisa menjadi pilihan referensi dalam memahami proses pendewasaan. Meski tidak disampaikan secara eksplisit, memahami setiap kisah pada buku setebal 307 halaman ini akan membuat kita paham makna pendewasaan yang sesungguhnya dan bahwa manusia hidup dengan rahasianya masing-masing. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved