Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Dato' Sri Kembali dari Hiatus

Fathurrozak
23/2/2019 08:45
Dato' Sri Kembali dari Hiatus
(ANTARA FOTO/Teresia May)

Siti Nurhaliza barangkali merupakan salah satu nama yang jadi representasi musik Malaysia. Perempuan yang kini telah menerabas dua dekade karier bermusiknya, pekan ini hadir di panggung Indonesia, setelah enam tahun hiatus. Istora Senayan Jakarta jadi saksi dirinya kembali ke rumah keduanya; Indonesia.

Dengan setelan biru cerulean berpayet bak merak lengkap dengan mahkota perak metaliknya, Siti tampak ingin tampil elegan untuk konser pertama kalinya di Indonesia setelah melahirkan Siti Aafiyah, yang Kamis (21/1) malam itu ia boyong bersama sang suami.

Video mapping wayang beriring musik bernuansa etnik menjadi pembuka konser sang diva, sebelum ia kemudian melantunkan hit-hit Melayunya seperti Badarsila, Joget Berhibur, Nirmala, hingga Cindai. Ada maksud di balik pemilihan lagu-lagu bernuansa etnik pada awal konser. Siti tampaknya ingin menggamit hubungan persaudaraan serumpun Indonesia-Malaysia. Lewat musiklah ia ingin menjembatani bahasa yang kadang terlalu sukar didebatkan. Musik jadi jalan Siti bersama para Sitizoner, sebutan, penggemarnya merayakan keserumpunan yang cair.

Usai berjingkrak penuh rampak, Siti beralih pada nomor-nomor baladanya. Saksofon lebih dominan di sini, melatari nada liris Siti. Ketika ia membawakan Purnama Merindu diiringi gitaris Andre Dinuth, nuansa terasa lebih mengiris dengan seorang penari beraksi dengan sling dan ring yang menggantung di atas penonton. Kejutan tidak hanya berhenti di situ. Siti kemudian mendaulat solois Tulus naik panggung untuk menemaninya menyanyikan hit Seindah Biasa yang sepertinya jadi 'lagu kebangsaan' para fan Siti Nurhaliza di Indonesia.

Sebagai bukti bahwa ia penyanyi yang eksis di beberapa era, musik-musik yang lebih bernuansa disko, funk, dan rock jadi potongan akhir musikalitasnya. Serasa melengkapi diskografinya, etnik, balad, dan modern, bahkan akustik, seperti ketika membawakan Comel Pipi Merah, lagu yang ia persembahkan khusus untuk Siti Aafiyah.

Para penggemar bukan hanya disuguhi nostalgia, Anta Permana, yang baru empat bulan rilis juga ia lantunkan. Cindai, Bukan Cinta Biasa, dan Betapa Ku Cinta Padamu punya dimensi lain pada konser ini. Bukan Cinta Biasa memang masuk sesi unplugged (akustik), sementara Cindai terdengar punya gubahan yang lebih modern oleh Aubrey Suwito.

Indonesia jadi negara pembuka tur tiga negara tetangga bertajuk Dato' Sri Siti Nurhaliza On Tour. Strategi ini boleh dikatakan manjur, ketika kelak Malaysia, tanah kelahirannya, jadi penutup konser pada 16 Maret, yang didahului dengan Singapura pada 2 Maret. Fan yang datang ke Indonesia pun, bahkan ada yang berasal dari Brunei Darussalam.
Siti sudah tak lagi sekadar milik Malaysia. Ialah diva Asia yang melintasi zaman. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra
Berita Lainnya