Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Hijab untuk Perawat

Hilda Julaika
02/2/2019 23:00
Hijab untuk Perawat
(DOK PRIBADI)

MENJADI perawat tentunya harus berinteraksi dengan pasien di rumah sakit, salah satunya harus memeriksa detak jantung menggunakan stetoskop. Bagi perawat yang tidak menggunakan hijab bukan masalah, tapi yang mengenakan hijab akan sulit. Kesulitan dan keresahan hijab yang akan terkena darah pasien memunculkan kehadiran hijab khusus perawat bermerek Hijabners. Sebenarnya bagaimana ide hijab ini? Berikut wawancara Muda dengan Raudha Ilmi Farid, perawat di Rumah Sakit Universitas Indonesia (UI), Depok, yang juga founder Hijabners, pada Rabu (23/1).

     
Bisa dijelaskan apa itu Hijabners?

Hijabners memiliki model dengan dua lubang telinga di sisi kanan dan kiri, serta tali di bagian depan. Tali itu dapat ditarik ke belakang untuk menaikkan hijab saat memeriksa sehingga tidak menyentuh pasien. Kami membuat dua layer di hijab. Satu untuk lubang di bagian telinga, layer kedua berfungsi sebagai penutup lubang di layer pertama. Saat menggunakan stetoskop, kita tinggal memasukkan alat itu melalui lubang pada hijab.

Tali ini seperti apron saat masak, tapi ada di bagian depan hijab. Penggunanya cukup mengikat ke belakang saat akan menunduk memeriksa pasien sehingga hijab tidak bersentuhan dengan kuman dari pasien. Namun, hijab tetap menutupi bagian dada. Jadi, tujuan­nya bagaimana bisa menggunakan hijab yang menutupi dada, tetapi tetap bisa bekerja secara profesional sebagai perawat.
     
Bagaimana latar pendirian Hijabners?

Hijabners ini lahir dari keresahan waktu kuliah sebenarnya. Kita punya seragam khusus dari kampus kalau praktek dan kerudung. Waktu kuliah sarjana (akademik) belum ada praktek, tapi sering dengar dari senior-senior kalau kerudung mahasiswi yang berhijab kurang ramah pasien. Pakai stetoskop harus masukin dari dalam kerudung, jadi riwueh. Kalau pasien satu, mungkin aman. Kalau lebih dari satu, terasa sulit sekali.

Selain itu, kita tidak boleh menggunakan pakaian dan hijab selama dua hari. Takut infeksi dari pasien bisa pindah ke pasien lain saat memeriksa atau mengganti perban. Semua permasalahn itu dikumpulkan dan kami berlima mencari ide membuat hijab ramah perawatan.

Kami lalu membuat proposal saat mata kuliah kewirausahaan. Pada 2015, kami meng­ikuti program bisnis UI bernama Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) dan kami lolos serta mendapatkan dana hibah dari Dikti. Setelah itu, pada 2017 mulai mencari penjahit dan membuat prototype. Kami memulai menjalankan bisnis pada 2018.
     
Bagaimana ceritanya sehingga Hijabners menjadi bisnis?

Di program PMW itu kami diakomodasi untuk berkembang. Kalau Hijabners ini bisa dibilang dari nol karena kita berangkat dari konsep dasar. Selain dana Dikti, kami juga diikutkan magang di beberapa perusahaan brand hijab. Kami juga diberikan pelatihan bisnis untuk meneruskan ide kita. Melalui Direktorat Inkubator Bisnis UI juga mengharapkan kalau mahasiswa UI ini bisa menciptakan lapangan kerja.

Dari dukungan itu, saya melihat Hijabners berpeluang menjadi salah satu merek hijab yang menutupi dada dan membuka lapangan pekerjaan. Akhirya, kami lanjutkan pada 2018 untuk menjadi bisnis. Meskipun sudah tidak dalam pengawasan PMW.

Saat ini Hijabners melakukan ide, desain hijab, hingga mengelola penjualan sendiri, produksi berkolaborasi dengan penjahit dari luar. Ke depannya, Hijabners ingin mengembangkan sistem yang melibatkan pihak-pihak terkait sesuai kebutuhan. Misalnya, dosen kami sempat memberikan masukan membuat hijab antikuman, maka perlu kolaborasi dengan profesi yang berkaitan dengan kuman ini hingga berkolaborasi dengan stakeholder dari rumah sakit.
     
Bagaimana respons dari pasar akan Hijabners?

Kita pertama kali launching saat seminar dan workshop keperawatan di UI bertajuk International Symposium and Festival Nursing (Insimfo) pada 2018. Kami mengambil peran di bagian inovasi praktek keperawatan. Di sana kami diberi ruang membuka bazar khusus Hijabners. Kami resmi launching sekaligus preorder untuk pertama kalinya di Insimfo itu.

Saat itu yang datang kebanyakan mahasiswa kesehatan, yang pertama beli produk kami ialah mahasiswa keperawatan. Setelah itu, kami terus  promo lewat media sosial untuk melakukan pengenalan produk. Saat preorder kedua baru pembelinya lebih luas tidak hanya mahasiswa keperawatan. Pembelinya paling jauh dari Medan dan Sumatra Barat.

Sebenarnya, kami juga memberikan fitur-fitur di hijabnya yang bisa digunakan nonmahasiswa keperawatan. Menurut saya, hijabnya bisa untuk joging atau saat menggunakan headset.
     
Ada berapa model yang ditawarkan Hijabners?

Kami mengeluarkan tiga model hijab, yakni model pasmina, segi empat, dan bergo. Ki­saran harganya untuk model pasmina dan segi empat Rp80 ribu. Model bergo lebih mahal, sekitar Rp100 ribu.

Kalau mahasiswa-mahasiswa keperawatan yang masih kuliah (akademik/belum praktek) kebanyakan membeli model bergo karena mirip  hijab profesi keperawatan. Teman-teman yang suka bakti sosial (baksos) dengan terjun ke masyarakat, seperti melakukan cek kesehatan, lebih menyukai model pasmina yang stylist. Desainnya kami buat sendiri dan konsultasi dengan beberapa desainer hijab.
     
Bagaimana dengan sistem penjualan yang diterapkan?

Sejauh ini masih preorder (PO) dari Insta­gram, kami produksi sesuai jumlah pesananan. Kami berlima sebagai perintis sudah membagi divisi seperti pemasaran, produksi, desain, hingga keuangan. Setelah produk jadi, kami tinggal melakukan pengiriman. Kami masih baru dan akan terus mengembangkan sistem penjualan. Kami juga pernah melakukan kerja sama dengan start-up bidang keperawatan mengenai modul perawatan. Mereka membuat semacam kuis, lalu ketika ada peserta yang berhasil menjawab dan benar, mendapatkan hadiah dari Hijabners.
     
Harapan ke depan dari Hijabners?

Ke depannya kami ingin menjadi mediator bagi teman-teman, terutama perawat yang memakai hijab menutupi dada atau syari dalam melakukan pelayanan. Namun, kami juga tidak mau memberikan dampak buruk bagi pasien. Dengan seminimal mungkin tidak memberikan infeksi kepada pasien lewat desain hijab kami. Hijabners hadir menjadi mediator. Perawat tetap bisa mempertahankan nilai-nilainya serta pasien juga aman dan nyaman. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya