Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Awal tahun ini, layar bioskop nasional dipanaskan oleh film horror-thriller adaptasi game DreadOut. Film ini merupakan prekuel dari gim yang dibesut Rachmad Imron.
Di tangan Kimo Stamboel yang menjadi sutradara sekaligus penulis dan produser, film DreadOut memberikan sensasi peralihan dari dunia gim menuju dunia film. Apalagi Kimo Stamboel dari The Mo Brothers dikenal sebagai sutradara yang piawai dengan garapan horor dan brutal.
Film DreadOut terinspirasi dari gim ciptaan Digital Happiness berjudul sama yang berhasil menjadi gim indie horor populer di platform internasional STEAM.
Film DreadOut mengambil latar cerita sebelum rangkaian dalam gim atau kerap disebut prekuel. Cerita dimulai dari kondisi kehidupan Linda (Caitlin Halderman). Sepotong demi sepotong kejadian tebersit di ingatan Linda dan mengganggu aktivitasnya. Ini menjadi awal mula kisah Linda mendapat kemampuan spesial dalam hal gaib.
Cerita berlanjut pada sekelompok siswa SMA yang berharap mendapatkan popularitas di media sosial. Mereka ialah Jessica (Marsha Aruan), Beni (Muhammad Riza Irsyadillah), Dian (Suzana Sameh), Alex (Ciccio Manassero) dan Erik (Jefri Nichol). Kelimanya kemudian menantang diri demi meraup jumlah follower. Alur kisah ini sedikit berkaca pada fenomena media sosial dewasa ini yang menjadi sarang konten viral.
Mereka lalu pergi ke apartemen kosong nan angker pada malam hari dan merekam kegiatan mereka. Linda pun dipaksa ikut. Tidak sengaja, mereka membuka portal misterius dan membangunkan setan yang menyeret mereka ke dunia lain penuh dengan makhluk atau sosok mengerikan. Mereka harus berjuang untuk keluar dengan selamat dari dunia itu.
Unik
Terdapat beberapa keunikan dalam film berdurasi 95 menit ini. Pertama, jika pada film horor banyak senjata tajam dan benda-benda sakral menjadi alat melawan, Linda justru menggunakan kamera dan lampu kilat pada ponsel untuk melawan energi jahat dari hantu berkebaya merah dan makhluk gaib lain.
Menariknya, sepanjang cerita dalam film, daya baterai ponsel Linda tetap awet tanpa perlu mengulang pengisian daya. Tentu dalam dunia gim itu tidak masalah, namun ketika dalam dunia film, menjadi tak logis.
Film DreadOut juga mencerminkan budaya anak muda zaman sekarang. Banyak hal dilakukan oleh anak muda demi popularitas di media sosial. Mulai dari hal-hal konyol, hingga hal ekstrem. Hal tersebut membuat film ini akan terasa terhubung dan dekat.
Cerita dibuat linier dengan alur maju. Cukup mudah untuk diikuti. Kemudian, meski didominasi unsur ketegangan, film ini tetap memberi ruang bagi romansa antara Linda (Caitlin Halderman) dan Eryk (Jefri Nichol). Dua pemain tersebut sempat adu peran dalam film remaja Surat Cinta untuk Starla. Tidak terlalu kuat memang, tapi cukuplah untuk sekadar jadi pembenar bahwa selalu ada asmara dalam pertemanan.
Karakter para pemain juga cukup bisa dinikmati dengan ragam karakter dari 6 remaja SMA yang berbeda. Para aktor sukses mendapati karakternya masing-masing. Hal itu menjadikan dialog dan latar suasana menjadi hidup. Tidak hanya scene horor yang hidup, tetapi juga tingkah jenaka dan umpatan lokal sebagai bumbu humor pun menjadi lebih kentara.
Dari awal, belum terlihat aroma horor dari film ini. Adegan masih berputar pada pengantar. Barulah setelah masuk dalam sesi seram, jumpscare yang menjadi ciri khas Timo muncul. Jumpscare adalah kemunculan gambar yang secara tiba-tiba dengan iringan suara keras yang mengagetkan.
Kebaya Merah
Film itu dibuat menakutkan dengan hadirnya banyak hantu, mulai pocong, wanita kebaya merah, hingga wanita kebaya putih. Beberapa aksi brutal khas film-film besutan Kimo Stamboel juga hadir, namun memang tidak sebrutal film Kimo yang lain seperti pada Rumah Dara dan Killers.
Pengambilan gambar dilakukan selama 33 hari di beberapa lokasi di Jakarta, Ciawi, dan Cibodas. Para pemain tidak menggunakan pemeran pengganti dalam memperagakan adegan berbahaya sehingga persiapan yang matang pun dibutuhkan dalam memproduksi film DreadOut. Bahkan salah satu pemain, Caitlin Halderman pun sempat terkena terluka karena terkena celurit. Akibatnya, proses pengambilan gambar sempat berhenti beberapa saat.
Keunikan lain adalah makhluk supranatural seperti Hantu Kebaya Merah, Pocong, Kuntilanak, Tuyul, Sundel Bolong sampai dengan Babi Ngepet. Makhluk horor itu sangat akrab dengan kontruksi budaya Indonesia.
Hantu Kebaya Merah (Rima Melati Adams) merupakan karakter hantu utama di Film DreadOut. Hantu Kebaya Merah diciptakan berdasarkan pengalaman nyata Risa Saraswati yang menjadi pengisi suara Hantu Kebaya Merah versi gim.
Dalam tingkatan hantu, Hantu Kebaya Merah merupakan hantu yang paling kuat. Kekuatannya ini dibuktikan dengan sangat mudahnya ia memengaruhi dan muncul di hadapan manusia. Dengan kebaya merah lengkap dan sanggul, Hantu Kebaya Merah semakin tampak bak hantu sejak zaman dulu. Hantu Kebaya Merah akan menjadi semakin kuat dan menampakkan sosok aslinya apabila diganggu.
Saat syuting, karakter Kebaya Merah membutuhkan waktu make up berjam-jam untuk membuat detail seram. Karakter itu ditampilkan dengan gigi runcing, lensa mata putih yang membuat pemain susah melihat sekitar. Saking susahnya, Rima, sang pemeran sampai sempat terantuk kamera ketika syuting.
Dengan detail yang mengagumkan, karakter itu tampak sangat meyakinkan. Apalagi ketika wajah seramnya muncul memenuhi layar secara tiba-tiba. Nampaknya karakter Hantu Kebaya Merah memang layak dijadikan ikon film DreadOut, seperti banyak film horor lain yang punya karakter khasnya untuk dikoleksi. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved