Merah dan hijau menjadi warna-warna yang akrab dengan Natal. Pohon, hiasan dan pernak-pernik Natal lekat dengan warna tersebut. Tetapi, kisah tentang bagaimana merah dan hijau mewakili suasana Natal, tidak semua orang tahu.
Jawaban sederhana ialah warna tersebut lekat dengan tradisi liburan tertentu, seperti hijau untuk hiasan dan merah untuk pakaian Santa. Namun, menurut penulis Arielle Eckstut, tidak sesederhana itu, karena tidak ada riwayat yang sahih tentang sejarah kedua warna itu dalam perayaan Natal. "Tidak ada riwayat yang pasti," kata Eckstut seperti dilansir dari TIME (25/12).
Penelitian Eckstut menemukan bahwa holly, semak dengan daun hijau dan buah merah, telah lama berperan dalam perayaan Winter Solstice yang jauh ada sebelum Natal. Walakin, terlepas dari akar yang dalam itu, dibutuhkan waktu berabad-abad untuk hubungan antara Natal dan warna-warna itu menjadi sekokoh hari ini dalam budaya Amerika.
Meski demikian, terdapat sedikit titik terang yang menjelaskan, yakni iklan. "Ini seperti banyak hal yang berkaitan dengan budaya dan warna. Itu adalah kombinasi dari fenomena alam yang dicampur dengan kekuatan budaya lainnya," lanjut penulis The Secret Language of Color itu.
Sebagai contoh kekuatan budaya adalah iklan Coca-Cola mendapat penghargaan khusus pada 1930-an. Iklan tersebut menampilkan lukisan-lukisan Santa Claus seperti yang kini dikenal, yakni pria tua, gemuk, periang, berwajah merah, dan berambut putih, dengan pakaian merah untuk sepatu boot.
"Penggambaran Santa ini tidak benar-benar ada dalam kesadaran budaya kolektif sebelum iklan perusahaan soda," kata Eckstut.
Haddon Sundblom adalah sosok yang menggambar Santa Claus dalam iklan Coca-Cola 1935. Sundblom juga melukis St. Nick untuk merek Coca Cola selama beberapa dekade.
Direktur Arsip untuk Coca-Cola, Justine Fletcher, menjelaskan bahwa iklan pada 1930 menggunakan gambaran orang biasa dalam dalam kostum Santa. Lalu Archie Lee dari D'Arcy Advertising Agency menginginkan sesuatu yang lebih nyata dan asli. Perusahaan Coca Cola menugaskan seniman Haddon Sundblom untuk melukis Santa jenis baru pada 1931.
Model Santa Claus didasarkan pada gambaran dalam puisi A Visit From St. Nicholas oleh Clement Clarke Moore. Sundblom menciptakan Santo Nick yang ceria.
Sundblom bukan yang pertama membayangkan Santa seperti itu. Kartunis Thomas Nast juga pernah menggambar Santa untuk Harper's Weekly edisi 1862.
Meski kedua gambar sangat mirip, iklan Coca-Cola terbukti ajaib dan punya kekuatan. Sundblom terus melukis iklan Santa Claus tahunan untuk merek tersebut sampai 1964.
"Sinterklas ala Sundblom membekas dalam pikiran orang-orang seperti apa bentuk Santa," kata Fletcher.
Elemen lain dari gambar juga terbukti bertahan lama seperti warna merah dari pakaian Santa di samping pohon Natal hijau.
"Ini adalah keindahan alam yang dikombinasikan dengan kerasnya persaingan dagang yang menciptakan Natal merah dan hijau," kata Eckstut.
Bukan kebetulan bahwa musim diberi kode warna tertentu, atau cerita di balik warna putih dan biru. Penelitian Eckstut menunjukkan bahwa manusia secara biologis ingin belajar dan memahami dunia melalui warna. Mereka tahu waktu buah telah cukup matang untuk dimakan karena warnanya. Mereka tahu kapan rumput menjadi terlalu kering dari warnanya. "Warna selalu berfungsi sebagai peta," kata Eckstut.
"Secara budaya, kami juga menginginkan itu," imbuhnya.
Penjelasan tersebut bisa menjawab hijau dan merah menjadi khas Natal dan dikenal seluruh dunia. Dua warna itu pula menghasilkan paduan indah. "Secara alami, mata Anda tertarik pada buah beri merah yang indah dan daun hijau," pungkas Eckstut. (Zuq/M-2)