Headline
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.
Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.
DALAM bisnis, kerap kali dirumitkan persoalan komunikasi antara customer service (CS) dan pelanggan. Jumlah potensi pelanggan dan pelanggan tetap yang lebih banyak daripada CS di perusahaan membuat sistem kerja menjadi kurang efisien dan efektif.
Ketidaklancaran ini kemudian berisiko dan berdampak bagi perusahaan. Atas dasar inilah Irzan Raditya selaku CEO dan Co-founder bersama rekan-rekannya berkomitmen untuk memberikan jalan keluar atas persoalan tersebut lewat mendirikan Kata.ai.
Sebelum membentuk Kata.ai, platform ini melayani aplikasi chatbot dengan sistem bisnis b to c atau dari bisnis langsung ke konsumen, bernama Yes Boss pada 2015. Berbentuk asisten virtual dengan 50 customer support untuk menangani berbagai kebutuhan, seperti tiket pesawat, pesan makanan, reservasi restoran, hingga kendaraan.
Platform ini menghubungan antara pelanggan dan service provider yang sesuai. Melalui Yes Boss ini diperoleh jutaan pesan dan data yang memperlihatkan bagaimana kebiasaan orang Indonesia dalam mengonsumsi suatu hal.
Data-data yang sudah dikumpulkan ini dipelajari, lalu dibuatkan algoritme dalam bahasa Indonesia untuk aplikasi pesan singkat. Setelah itu, terpikirkan teknologi ini akan lebih memiliki banyak dampak dan berkelanjutan secara bisnis apabila dilibatkan juga dalam industri karena banyak perusahaan di luar yang membutuhkan teknologi ini seperti untuk marketing dan bot sales.
Akhirnya pada 2016 terbentuk Kata.ai dengan model bisnis b to b atau bisnis ke bisnis. “Kami ingin membuat hidup orang menjadi lebih mudah melalui teknologi,” ujar pria lulusan Berlin, Jerman ini.
Pendirian startup ini oleh empat orang dengan Irzan Raditya yang dipercaya menjadi CEO. Dengan memiliki pengalaman di bidang Teknologi Informasi (TI) selama 8 tahun di Jerman, Irzan menggaet rekan-rekannya yang juga bertemu di Jerman saat itu. Selama mendirikan startup ini pun sudah didukung para pemodal ternama dari berbagai dunia, seperti Taiwan, Amerika, Korea Selatan, hingga Indonesia.
Sebagai salah satu perusahaan chatbot pertama di Indonesia, startup ini sangat mengandalkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Chatbot yang dihadirkan bisa diaplikasikan untuk berbagai kebutuhan, seperti kebutuhan bisnis. Mulai layanan konsumen, transaksi jual-beli, hingga kampanye pemasaran interaktif. Dilengkapi dengan fitur natural learning process (NLP) untuk dapat memahami kebutuhan pasar.
Beberapa teknologi yang digunakan yakni, teknologi NLP digunakan untuk membantu mesin memahami bahasa manusia. Teknik-teknik yang ada seperti technic classification mengenai bagaimana teknologi AI ini bisa mengklasifikasi topik apa yang sedang dibicarakan. Selain itu, ada pula Semantic Pro Levelling, teknologi yang bisa mengetahui dalam kalimat mana yang predikat, subjek, atau objek. Ada juga Named Entity Recognition (NER) yang berfungsi agar mesin bisa memahami dalam satu kalimat entitas seperti apa yang terkandung di dalamnya.
“Misalnya, dia tahu entitas saat ada pelanggan yang mau membeli pulsa Rp100 ribu. Maka, di klasifikasi topik adalah beli pulsa atau top up. Entitasnya ada apa aja, pulsa. Pulsa itu sebagai produk. Rp100 ribu sebagai value, itu contohnya,” jelasnya.
Untuk layanan bisnis, Kata.ai menyebutnya dengan layanan jenis enterprise solution. Layanan ini memberikan sejumlah solusi bagi perusahaan yang ingin memanfaatkan teknologi chatbot. “Kita memastikan solusi bagi perusahaan mulai dari penambahan fitur, kampanye pemasaran, hingga diskusi mengenai optimasi chatbot,” tambah Irzan.
Sementara itu, jenis layanan kedua khusus untuk developer. Baik developer perusahaan, komunitas, maupun mereka yang masih kuliah dan belajar. Dalam hal ini, Kata.ai memiliki misi untuk mendemokratisasi teknologi Ai. Kata platform menyediakan semua elemen yang dibutuhkan developer untuk menciptakan chatbot dalam satu platform yang terintegrasi.
Dalam pengalaman Irzan membuat teknologi Ai terbilang tidak mudah. Untuk menciptakannya bukan hanya dibutuhkan talenta-talenta yang memahami IT, melainkan juga memahami dengan baik machine learning, data science, hingga NLP yang cukup langka.
Di dalam internal Kata.ai untuk bisa menghasilkan teknologi chatbot ini dibutuhkan data yang masif. Hingga sejauh ini sudah terdapat 400 juta data pesan yang diproses melalui platform Kata.ai. “Jadi, daripada kita simpan sendiri. Kita punya misi agar teman-teman developer itu bisa membuat aplikasi asisten virtual berbahasa Indonesia di mana kita yang menyediakan infrastrukturnya,” kata pria yang menghabiskan masa kecilnya di Jakarta ini. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved