Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
"'Sabar dan lapangkanlah dadamu. Jangan selalu mau cepat marah. Ambillah bumi ini sebagai contoh. Dia kita injak, kita ludahi, kita belah, kita tusuk dan kita lukai dengan berbagai alat. Tetapi dia selalu sabar dan diam, selalu memberikan kita makanan lezat dan berguna.'"
Penggalan paragraf dari buku berjudul Sebuah Lorong di Kotaku milik mendiang Nh Dini itu dibacakan Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dalam deklarasi Ibu Bangsa Membaca yang diinisiasi oleh Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) dan Ipusnas, Kamis (13/12) di Auditorium Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat.
Ia membacakannya dengan penuh penghayatan seperti seorang ibu yang membacakan dongeng kepada anaknya. Hal serupa kemudian dilakukan pula oleh 26 tokoh perempuan lainnya yang berasal dari berbagai profesi, generasi dan komunitas, termasuk di antaranya Mufidah Jusuf Kalla, Cut Mini, ataupun Prilly Latuconsina.
Satu demi satu membaca nukilan pilihan dari buku-buku karya para perempuan penulis Indonesia yang menjadi koleksi Ipusnas, Perpusnas versi digital. Kutipan-kutipan tersebut dirangkai menjadi sebuah kisah oleh penulis skenario Titien Watimena dan juga Ari Tulang yang mengkoreografer dan menata musik sehingga menjadikannya pertunjukan yang berkesan.
Pertunjukan dan deklarasi tersebut selain dimaksudkan untuk memperingati Hari Ibu ke-90 juga menggugah para ibu dan perempuan Indonesia untuk berperan aktif dalam kegiatan literasi. "Membaca melalui berbagai buku membantu setiap orang, bahkan yang sudah terkena paparan digital, agar bisa menepis berita bohong, ujaran kebencian dan narasi negatif yang bisa berdampak buruk bagi perkembangan psikologis anak," kata Muhammad Syarif Bando, Kepala Purpusnas, dalam kesempatan tersebut.
Menurutnya, sosok ibu ialah perpustakaan pertama bagi anak untuk mulai membaca dan belajar berbahasa, bahkan sedari ia janin di kandungan. "Kita tak pernah kursus, tapi dengan ajaran ibu, kita bisa berbahasa. Ia menjadi guru pertama mengenalkan suara, huruf bahkan kata," ucapnya. (Wan/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved