Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Gaya tidak Terduga Batik dan Denim

Suryani Wandari
07/10/2018 03:00
Gaya tidak Terduga Batik dan Denim
(DOK MEN’S FASHION WEEK)

DENGAN celana selutut yang pas badan, jaket gantung (cropped jacket) atau cape di atas blus; dan bentuk topi yang mirip kenop, koleksi itu pun sangat mencirikan busana matador. Meski begitu nuansa ke-Indonesia juga terasa.

Hal itu muncul dari motif yang menghias di berbagai bidang busananya. Motif-motif tersebut terasa akrab. Terlihat bentuk bunga-bungaan serta bentuk lengkung-lengkung yang kerap terdapat pada batik.

Tidak salah, koleksi yang diperagakan di Plaza Indonesia Men's Fashion Week (PIMFW) 2018, Senin (24/9). Rumah busana Parang Kencana memilih tema Torero-- kata lain matador, untuk koleksi terbaru mereka.

Parang Kencana menjelaskan jika tema khas negara Spanyol itu sengaja dipilih untuk menyuguhkan tampilan berbeda pada batik. Dengan begitu pula terlihat jika batik pantas dipadukan dengan kultur budaya lain. Sementara lewat adaptasi gaya matador yang lebih modern sekaligus modern, diperlihatkan jika batik dapat dikenakan di berbagai suasana dan selalu bisa membuat tampilan beda.

Koleksi seperti yang disuguhkan Parang Kencana ini memang yang pula diharapkan dalam momen Hari Batik Nasional yang jatuh 2 Oktober. Lewat koleksi mereka terlihat wajah batik yang terus berkembang.

Jiwa batik yang terus muda juga terlihat pada koleksi Bateeq. Sedikit berbeda dengan Parang Kencana, koleksi label ini lebih kasual dan rileks.

Potongan busananya berupa kemeja dan jaket dengan karet di pergelangan tangan. Motif yang dipilih juga sangat muda dan modern. Contohnya ialah motif-motif manusia dalam bentuk yang lebih geometris dan warna-warna yang cerah.

Denim Androgini

Di hari terakhir, PIMFW 2018 menampilkan label-label yang mengangkat koleksi denim dengan gaya jalanan dan androgini. Salah satu yang menarik adalah koleksi Rama Dauhan.

Desainer muda yang namanya terus meroket ini banyak menyuguhkan double denim atau keseluruhan denim untuk atasan maupun bawahan. Meski sama sekali tidak membosankan atau juga terlihat berlebihan meski tetap unik dan berkarakter.

Contohnya celana dengan siluet semi baggy dan dengan ban pinggang serut. Padanannya ialah kemeja yang dikenakan dengan cara dimasukkan ke celana.

Banyaknya celana semi baggy juga mengingatkan pada era akhir 80-an dan awal90-an. Rama menjelaskan ia memadukan konsep street food atau kedai pinggir jalan untuk memasukkan kesan streat wear. Nama-nama khas kedai pun bertengger di beberapa bagian busananya seperti pada blus denim yang bertuliskan Tiga Saudara dan tulisan bordir Sudi Mampir pada kaos putih yang merupakan paduan ciamik dengan denim biru.

"Koleksi ini bertajuk Maitreya yang berarti ramah dan bersahabat dalam bahasa Sansekerta karena memberikan kesan sederhana dan terasa dekat dengan keseharian," ujarnya tentang koleksi yang diperagakan Jumat (28/9).

Untuk material denim, Rama menggunakan bahan dari Lee Cooper yang diolah dengan beragam teknik washing seperti ice wash, enzyme wash, garment wash, hingga bleacing. Selain teknik warna, Rama pun mengaku mengolahnya dengan teknik jahitan berbeda seperti jaket dengan list bertekstur tebal seperti tambang, ia sengaja menambahkan sumbu kompor agar kainnya terlihat menonjol. "Percaya atau tidak, list tambang ini memang dimasukan sumbu kompor, lalu pakai teknik ice wash yang dihilangkan warna aslinya," kata Rama sebelum peragaan busana malam itu digelar.

Sementara itu, desain kekinian dari denim tercipta pula dari enam desainer lainnya, termasuk Amotsyamsurimuda dan Danjyo Hiyoji setelah sebelumnya melalui kurasi langsung dari Plaza Indonesia untuk acara puncak bertajuk Denim Culture.

Amotsyamsuri menghadirkan ragam jaket denim yang androgini. Contohnya adalah jaket panjang yang mirip jubah dan celana palazzo superlebar. Dengan cutting dan teknik warnanya, Amot, demikian panggilan akrabnya, menggambarkan koleksi yang penuh energi, individual, dan positif. "Kami lebih berkonsentrasi pada permainan volume dan bentuk untuk dapat menarik dan lebih kontemporer. Kami bekerja dengan apa yang bisa dilakukan materi untuk kami, bukan sebaliknya," kata Amot.

Yang tak kalah mengejutkan dalam mengolah denim ialah Danjyo Hiyoji. Ia memilih gaya popart dengan gambar-gambar monster yang lucu dalam warna-warna neon seperti hijau dan pink.

Hip hop, begitulah judul koleksi dari label yang dibawakan dua desainer Dana Maulana dan Liza Masitha ini. Busana mereka semakin heboh dengan terjalinnya kolaborasi bersama Muchlis Fachri alias Muklay yang merupakan seorang visual art yang nyentrik karena warna dan karyanya yang abstrak, namun terlihat segar. "Ini baru pertama kali berkolaborasi dengan desainer, rupanya sulit. Tidak hanya di atas denim, karya saya pun hadir di atas beberapa kain lain yang tak terduga," kata Muchlis yang juga mendesain kostum grup musik RAN di penutupan Asian Games 2018. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya