Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
ANAK muda Indonesia kembali bikin keren nama bangsa di kancah internasional. Dalam kompetisi pesawat nirawak Tubitak UAV (unmanned aerial vehicle) Turki beberapa waktu lalu, perwakilan Indonesia berhasil menjadi juara kedua dalam kategori fixed wing.
Mereka para mahasiswa yang tergabung dalam tim Gana Raksaka, yang juga menjadi nama pesawat nirawak mereka, dari Aksantara Institut Teknologi Bandung (ITB). Aksantara merupakan unit kegiatan mahasiswa di ITB dan terdiri atas tujuh mahasiswa Teknik Dirgantara, Teknik Telekomunikasi, dan Teknik Fisika, yaitu Raynald Masli (ketua tim), Edbert Ongko (manajer tim), M Ilman Nuryakusumah, Dewa Mahardika, Dimas Apeco Putra, Mileniawan Januar Ramadhani, dan Rama Rahardi.
Muda berkesempatan mewawancarai Raynald Masli dan Edbert Ongko melalui surat elektronik. Bagaimana persiapan juga pengalaman mereka memenangi kompetisi internasional itu dan apa kiat mereka untuk kita para anak muda yang tertarik pada pengembangan teknologi? Mari simak petikan wawancaranya!
Apa sih pesawat fixed wing itu?
Fixed wing merupakan model pesawat yang memiliki ciri khas sayap dan ekor luas. Pesawat ini dibuat dengan tujuan dapat terangkat walaupun hanya terkena sedikit angin.
Dalam aplikasinya di keseharian, pesawat ini dapat digunakan untuk mengirimkan dan menjatuhkan barang, tapi tentu saja terdapat batasan pada berat barang yang diangkut dengan ukuran pesawat.
Pesawat juga dapat digunakan untuk memantau dan memetakan suatu lahan, dengan waktu terbang mencapai 30 menit dan maksimal payload satu kilogram.
Pesawat kami bernama Gana Raksaka, artinya penjaga langit. Pesawat ini bisa mengakomodasi kebutuhan di sektor yang memerlukan mapping. Kalau nama Aksantara, berarti penjaga langit nusantara.
Bagaimana proses pengembangan ide dan konsepnya?
Proses pengembangan konsep memakan waktu delapan bulan, sejak Februari 2018. Untuk lini masa lomba, ada dua tahap, untuk desain konseptual selama tiga bulan (Februari hingga April), desain detail selama tiga bulan (Mei hingga Juli).
Pesawat ini memang dikhususkan untuk lomba ini, karena didesain menurut misi yang diberikan panitia, yaitu payload dropping dengan kecepatan rendah. Kami mendesain pesawat sesuai dengan DRO atau design, requirement, and objective lomba.
Dalam setiap lomba pesawat tanpa awak, kami membiasakan mendesain pesawat menurut misi yang diberi panitia sehingga memperoleh hasil maksimal sesuai ketentuan. Menurut kami, untuk mendesain suatu teknologi diperlukan filosofi untuk menjawab pertanyaan dan masalah yang ada.
Spesifikasi dari pesawat fixed wing Gana Raksaka itu seperti apa?
Panjang badan 1,35 meter, panjang sayap 2 meter, tinggi 30 sentimeter, dan berat 2,1 kilogram. Spesifikasi pesawatnya memiliki kamera first person view (FPV), ada mekanisme payload drop, modular (pesawat bisa dilepas pasang), dan berkecepatan rendah, yaitu 5 meter per detik.
Berapa biaya yang dibutuhkan?
Biaya yang dibutuhkan untuk membuat pesawat ini Rp16 juta, pemakaian dana terutama berasal dari sistem yang digunakan pada pesawat. Dana bersumber dari Lembaga Kemahasiswaan ITB, sponsor AGS (Aerogeosurvey), PN2002, Paragon, dan donatur, baik langsung maupun melalui platform kitabisa.com, serta dana pembiayaan riset oleh panitia sebesar 5.000 Turkish Lira.
Aksantara ITB itu berfokus pada riset dan pengembangan UAV karena berfokus pada RnD (Research and Development), ya fokusnya berinovasi. Jadi, kami tidak ada rencana produksi massal dan didistribusikan ke luar.
Bagaimana pembagian tugas kerja kalian?
Gana Raksaka terdiri atas tujuh orang dan dibimbing satu dosen. Pembagian tugas kerja berdasarkan fungsi, dilakukan pada awal tim dibentuk.
Dalam eksekusinya, pengonsepan pesawat secara detail didiskusikan bersama saat awal. Kemudian, teman-teman Teknik Dirgantara mengerjakan desain, manufaktur pesawat dilakukan bersama-sama, pengerjaan sistem dilakukan teman-teman Teknik Telekomunikasi, dan mekanisme penjatuhan muatan dikerjakan teman kami dari Teknik Fisika.
Di kategori fixed wing pada kompetisi Tubitak UAV Turki, ada berapa negara yang bersaing?
Terdapat empat negara yang bersaing dalam kategori fixed wing dalam Tubitak International UAV Competition 2018, yaitu Indonesia, Pakistan, Mesir, dan tentu saja Turki. Ini yang sudah masuk final. Kami tidak tahu ada berapa total yang mengajukan proposal proyek.
Apa kendala yang kalian hadapi?
Kendala selama perlombaan di Turki ialah kendala bahasa, tidak semua warga Turki paham bahasa Inggris. Bahkan, untuk panitia yang menyelenggarakan UAV Competition bertaraf Internasional itu, tidak semuanya paham bahasa Inggris. Untuk berkomunikasi kami mengandalkan bahasa Inggris sesederhana mungkin dan juga bahasa tubuh isyarat tambahan.
Kendala lainnya yaitu kondisi angin yang tidak bisa diprediksi kecepatannya, kami datang ke Turki pada musim peralihan musim panas ke musim gugur, pada saat itu kondisi angin tidak menentu arah, dan dengan kecepatan yang sangat kencang (maksimal 7 meter per detik).
Namun, wahana kami berhasil menghadapi angin kencang tersebut, karena pesawat kami memang dirancang untuk terbang pada kondisi tersebut.
Kendala lain yang sangat mengganggu, upaya gangguan dari kelompok lain secara sengaja dengan cara menyalakan telemetry long range yang dapat mengganggu telemetry milik kami. Alat ini mengirimkan status/kondisi pesawat ke komputer atau untuk memberi perintah ke pesawat. Status pesawat yang dimaksud, seperti koordinat pesawat, kekuatan gps, dan sisa baterai.
Kendala terakhir ialah kendala waktu terbang, dengan tidak adanya sistem urutan maju yang jelas membuat semua tim harus berebutan maju dan otomatis ada saja tim yang hanya kedapatan terbang sekali dalam sehari, dan bahkan ada yang tidak dapat kesempatan terbang. Menurut aturan, lomba dilakukan total 3 hari dengan kesempatan terbang maksimal 5 kali.
Dalam bidang ini, peluang dan potensi anak muda Indonesia seperti apa sih?
Sebenarnya kita sebagai anak muda Indonesia jangan minder dengan teman-teman dari negara lain. Pada kenyataannya, kita mampu bersaing dengan baik. Indonesia memiliki potensi yang besar dalam membuktikan kemampuannya pada dunia.
Hanya saja, kebanyakan anak muda sekarang tidak fokus pada pengembangan potensi diri dan kurang memiliki rasa kepercayaan diri, khususnya pengembangan bidang teknologi. Padahal, jika kita berdedikasi, kita akan sadar bahwa kita bisa.
Perlu diketahui bahwa teknologi wahana terbang tanpa awak ini telah menjadi primadona di negara-negara lain, salah satunya Turki sendiri. Dalam bidang ini, peluang anak muda Indonesia ialah berinovasi dan menciptakan UAV sendiri sesuai kebutuhan masyarakat. (M-1)
How To
Cara Jadi Juara
Muda punya ketertarikan dan minat pada bidang teknologi termasuk riset dan pengembangannya? Mungkin kiat dari tim Gana Raksaka yang baru saja menyabet juara internasional bisa kamu ikuti. Nih, catat ya!
1. Cermati dan pahami DRO
Dalam suatu kompetisi. pasti ada yang namanya DRO, yaitu design, requirement, and objective. Bila kamu sudah mencermati dan memahami DRO sesuai misi yang diberi panitia, kemungkinan Muda akan memperoleh hasil maksimal sesuai ketentuan. Mencermati dan memahami DRO ini tidak hanya berlaku saat ikut kompetisi, tapi juga berlaku ketika memenuhi kebutuhan masyarakat atau pesanan perusahaan maupun individu. Selain itu perlu juga lo, pembagian kerja tim yang jelas sejak awal.
2. Ide liar
Lakukan proses desain dan kembangkan ide seliar mungkin untuk menjawab persoalan tersebut, melakukan pengujian untuk menguji hasil desain.
Biodata
Nama: Raynald Masli
Tempat, tanggal lahir: Makassar, 20 April 1997
Pendidikan: Teknik Dirgantara ITB
Jabatan di tim: Ketua Tim
Nama: Edbert Ongko
Tempat, tanggal lahir: Medan, 24 Juni 1997
Pendidikan: Teknik Telekomunikasi ITB
Jabatan di tim : Manajer Tim
Anggota Tim Gana Raksaka:
M Ilman Nuryakusumah (Pilot tim-Teknik Dirgantara), Dewa Mahardika (Teknik Telekomunikasi), Dimas Apeco Putra (Teknik Fisika), Mileniawan Januar Ramadhani (Teknik Dirgantara), dan Rama Rahardi (Teknik Telekomunikasi).
Prestasi: Juara 2 Tubitak International UAV (unmanned aerial vehicle) Turki 2018.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved