Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
SEMUA pengunjung boleh jadi kaget dengan kontruksi galeri seni yang kosong. Tidak ada wujud karya apa pun dalam ruang itu. Padahal, unjuk karya sudah teragenda dan masih berlangsung. Setidaknya, waktu itu ialah hari terakhir agenda bertajuk Kata-Kata, Aktualisasi, dan Situasi Baru.
Hanya ada kursi dan televisi besar di tengah ruangan. Set kursi itu mengesankan ruang untuk diskusi. Memang set itu diperuntukkan untuk diskusi seni. Begitulah agenda sore itu memang bincang-bincang seni rupa bersama Duto Hardono dan Enin Supriyanto.
Duto Hardono ialah seniman yang sedang unjuk karya di Rubanah Underground Hub pada 24-29 September 2018 dalam tajuk Kata-Kata, Aktualisasi, dan Situasi Baru.
Sementara itu, Enin Supriyanto ialah kurator seni rupa. Terdapat 12 karya yang dipresentasikan secara acak, beberapa di antaranya Variasi dan Improvisasi untuk Berita Hari Ini (2018), Variasi dan Improvisasi untuk Lokasi (2018), Notifikasi (2018), Judul Karya ini Adalah Jawaban para Hadirin (2017), Memudar (2017), Tepuk (2017), dan Hujan (2017) yang ditampilkan hanya jika saat hujan.
Sore itu diskusi bermula dengan salah seorang pemandu yang mengajukan judul untuk diskusi tersebut. Dua usulan tentang judul pun mengemuka, yakni Rubanah 29 September yang diusulkan oleh Duto Hardono, dan Warna- warni Urbanah yang diusulkan salah satu peserta diskusi. Setelah melalui proses permusyawarahan, akhirnya diputuskan judul diskusi tersebut adalah Rubanah 29 September.
Seusai pemberian judul, tiba-tiba pemandu mengambil sikap tegak dan berkata setengah keras 'Rubanah 29 September, Duto Hardono 2018'. Ternyata set diskusi itu ialah karya rupa yang sedang disajikan. Ketika pemandu berbicara diakhir, ia sedang memberi keterangan karya. Banyak diantara peserta diskusi yang belum sadar bahwa itulah karya yang dipresentasikan.
"Suasana dan situasi yang membawa dari sebuah musyawarah menjadi mufakat. Judul karya ini adalah jawaban para hadirin. Judul karya bisa berbeda, berubah-ubah, setiap hasil diskusinya seperti apa? Seperti apa yang terjadi pada saat itu jadi judul karya yang disebutkan pada akhir," terang Duto.
Karya Duto Hardono itu termasuk seni rupa berwujud peristiwa atau seni rupa pertunjukan yang kerap disebut performance art. Mari kita telaah bagaimana dengan seni rupa berwujud peristiwa dan seni rupa pertunjukan (performance art). Untuk karya jenis ini, ada beberapa cara yang terjadi. Cara yang umum, seniman maupun kolektor menerima bahwa rekaman pertunjukan tersebut--dalam wujud fotografi,
film atau video--layak untuk dikoleksi. Cara lainnya ialah seniman menerima pesanan untuk mementaskan pertunjukan tersebut di acara atau tempat tertentu. Kemudian, ada juga cara lain, yakni karya tersebut yang pernah diperagakan sendiri dan langsung oleh senimannya--disajikan kembali melalui pemeranan dan aksi oleh orang lain (re-enacted performance).
---Konsep
Boleh jadi banyak yang masih binggung dengan konsep seni rupa tak berwujud. Sebab ketika mendengar istilah seni rupa, umumnya bayangan yang muncul ialah lukisan, patung, gambar, fotografi, dan beragam jenis keramik. Saat ini ragam karya seni rupa makin bertambah jenis, bahan, dan bentuk. Seni rupa juga meluas ke karya video, film, rekaman suara, perangkat komputer, peranti elektronik, dan digital.
Secara umum, karya Duto Hardono yang tampil dalam acara itu termasuk kategori performance art. Namun demikian, posisi dan peran Duto Hardono dalam karya-karya ini lebih dekat ke peran seorang komponis dalam praktik seni musik.
Bedanya, jika dalam performatif umumnya kita menyaksikan sang seniman hadir sebagai pencipta sekaligus sebagai pelaku, Duto hanya memberikan rangkaian instruksi kepada beberapa orang yang disebut sebagai aktor. Aktor-aktor inilah yang kemudian melakukan proses pembacaan, penafsiran, dan pengaktualisasian merujuk pada instruksi-instruksi itu. Hasil proses ini hadir di hadapan pemirsa sebagai pertunjukan. Maka, jika dibandingkan dengan berbagai karya sejenis, karya Duto kali ini sama sekali tidak punya jejak kehadiran dalam bentuk rekaman atau wujud benda apapun. Yang ada hanya sejenis instruksi. Duto memakai definisi peraturan atau syarat (rule) untuk setiap karya rupa yang harus terpenuhi.
"Para aktor mengaktualkan, menghadirkan semacam instruksi. Ada juga yang aktualisasinya yang sangat tergantung pada situasi. Jadi harus dibangun dulu situasinya, untuk performance-nya hadir di hadapan penonton. Kemudian itu disebut aktualisasi dan situasi," terang Enin.
Aktualisasi dan situasi, kata itu dirasa pantas untuk membuat penjabaran konsep rupa ala Duto. Ide yang diaktualisasikan. Rupa ataupun wujud karya adalah ketika ide tersebut diwujudkan atau dirupakan pada ruang dan waktu yang spesifik.
Aktualisasi itu berpotensi gagal ketika syarat atau peraturan tidak terpenuhi. "Idenya, konstruksinya sudah ada, ternyata pas keluar tidak sesuai hasil. Tidak sesuai dengan yang kita prediksikan, jadi kemungkinan gagalnya ada. Tapi ketika berhasil benar-benar sesuatu yang baru," tegas Duto.
Lalu, apa bedanya dengan seni pertunjukan? Enin menjelaskan pada bisa jadi karya pada kategori ini saling tindih antara seni rupa, seni pertunjukan, dan seni musik, ketika karya yang dihasilkan berbasis pada instruksi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved