Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Seni itu Tawaran

Abdillah M Marzuqi
04/2/2018 11:30
Seni itu Tawaran
(Seniman Fendry Ekel memamerkan 19 karya lukisan lain yang disuguhkan pada pameran bertajuk Entries di Erasmus Huis Jakarta pada 25 Januar 2018---MI/Abdillah M Marzuqi)

CERMIN dengan posisi terbalik seolah menggoda untuk diamati. Dari cermin itu, bayangan tentang siapa yang berdiri di depannya menjadi sangat jelas. Cermin boleh jadi menjadi simbol dari sebuah refleksi diri atas kedirian. Bisa jadi pula cermin hanyalah alat untuk melihat diri secara fisik tanpa perlu berlebihan dengan konsep cermin. Cukup sampai fungsi cermin sebagai alat berhias diri.

Di tangan Fendry Ekel, cermin itu menjadi sebuah karya artistik dengan konsep yang dalam. Karya itu berjudul Death around the Corner. Selain karya tersebut masih ada 18 karya lain yang disuguhkan pada pameran bertajuk Entries. Helatan itu digelar di Erasmus Huis Jakarta pada 25 Januari-16 Maret 2018.

Memang pada hampir sebagian besar karya Fendry punya kesan dan nuansa yang dingin. Meski seolah olah dingin, jika didekati akan memunculkan kehangatan. Karya itu lebih merupakan metafor sederhana yang mampu mengundang tanya tentang maksud dan makna dibalik karya.

Seperti dalam karya cermin itu, Fendry mengajukan tawaran tentang bagaimana sebuah sikap terhadap diri sendiri. “Kita bisa melihat diri kita di situ, tapi apakah kita berani mengkritik diri kita,” terang Fendry.

Seperti pameran ini menampilkan serangkaian karya lukisan kapal monumental oleh Fendry yang terinspirasi oleh genre maritim. Karya itu berjudul 1987. Kapal yang dilukis ialah kapal Dewa Ruci. Dalam karya itu, Fendry ingin mengajukan tawaran tentang konsep nasionalisme dan patriotisme. Kebanggaannya akan Dewaruci yang ternyata kapalnya tidak dibuat di Indonesia dan otomatis bukan hasil karya Indonesia.

Itulah yang konsep yang dibawa Fendry dalam setiap karyanya. Ia ingin mengajukan sebuah pernyataan bahwa persoalan itu disikapi. Menurutnya, permasalahan harusnya disikapi dengan melakukan deal (kesepakatan) terhadap masalah itu, bukan dengan memecahkan masalah tersebut.

Kedekatan dengan jiwa
Direktur Erasmus Huis Michael Rauner mengungkapkan pameran itu wujud hubungan Indonesia dan Belanda. Selain itu, karya Fendry dipandang Rauner memiliki sejumlah kedekatan dengan jiwa. Konsep berkarya Fendry itulah yang menjadikan Rauner tertarik dengan karya Fendry.

“Pameran ini menjadi penanda untuk hubungan Indonesia dan Belanda,” terang Rauner.

Dalam berkarya, Fendry mengutamakan pengeksploran bentuk yang sudah ada. Seperti transisi antara siang dan malam. Seperti halnya orang sudah hampir lupa. Namun itu sangat dekat dengan kehidupan. Kedekatan dengan kehidupan itulah yang menjadikan setiap karya Fendry begitu intim jika diamati lebih dekat.

Bukan hanya persoalan bentuk yang menjadi perhatian Fendry. Ia juga menyajikan bentuk tawaran ­terhadap segala persoalan kehidupan yang menjadi perhatiannya. Sebab baginya, seni bukanlah otoriter, melainkan sebuah proposal. ­Bukan pemaksaan, melainkan sebuah ­tawaran. (Abdillah M Marzuqi/M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya