Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
SELAYAKNYA manusia, siapa pun pasti pernah mendapati ketika dihadapkan pada harus memilih antara dua hal sebab memilih adalah hal yang niscaya. Setiap orang pasti pernah berada dalam kondisi dan situasi tersebut. Tidak terkecuali dengan Ratna Riantiarno.
Ratna Riantiarno dikenal sebagai aktris aandal. Selain seni peran panggung, dunia film pun dijelajahi. Dia bermain dalam banyak film seperti Akibat Buah Terlarang, Jangan Ambil Nyawaku, Petualang Petualang, Jakarta 66, Opera Jakarta, Petualangan Sherina, dan Brownies.
Ratna berangkat dari aktris panggung teater. Tentulah atmosfer panggung sangat dicintainya. Namun bagaimana pun ia harus memilih ketika keinginan menjadi seorang aktris beradu dengan keharusan menjadi pemimpin produksi.
"Sebetulnya aktor. Awalnya memang saya bilang seperti itu," ujarnya ketika diminta memilih antara aktris dan pimpinan produksi. Tentulah berat bagi Ratna untuk jauh dari kenikmatan bermain peran. Namun, ternyata pilihan Ratna tidak salah. Ia mampu mencatatkan dirinya sebagai pimpro hebat. Ia berhasil membuat Teater Koma mampu hidup dari penjualan tiket. Prestasi yang ditorehkannya belum banyak berlaku di Indonesia. Bahkan, boleh dibilang hanya satu-satunya. "Tapi dalam perjalannya kemudian secara tidak langsung saya membuat sejarah. Saya membuat kelompok ini menjadi bisa hidup dengan menjual tiket. Tidak gampang lo orang bisa hidup dengan cara menjual tiket," tegasnya.
Ia juga patut berbangga diri dengan cara pemasarannya yang mampu membuat Teater Koma mampu berproduksi secara konsisten minimal dua kali setahun. Tiket pertunjukan yang selalu terjual habis adalah buah dari kerja kerasnya.
"Kemudian bisa memasarkan dengan cara yang saya dan teman-teman lakukan demi penonton. Kami satu-satunya kelompok teater yang bisa bermain konsisten setahun dua kali," sambungnya.
Menjual tiket
Berbagai macam cara ia lakukan untuk menjual tiket pertunjukan. Dari mulai menghasut teman-teman sekantor, memasang pamflet pertunjukan di kampus-kampus, hingga menyebar pamflet di parkiran mobil.
"Saya bercerita saya menghasut teman-teman saya dikantor besar itu," kenangnya.
Hal itu ia lakukan untuk menjaring penonton baru yang boleh jadi belum pernah bersentuhan dengan kesenian. Akibat ketidaktahuan mereka, Ratna juga sempat tiket pertunjukan dibeli hanya karena kasihan.
"Begitu tidak tahunya mereka soal pertunjukan kesenian. Tapi karena tiket saya cuma lima ribu. Mereka bilang, kasihan itu Ratna jual tiket Rp5.000," kenang Ratna ketika bercerita tentang cara menjual tiket.
Ratna tidak mempersoalkan hal itu. Baginya yang lebih penting adalah ketika tiket yang dijualnya habis sekaligus para pembeli menonton pertunjukannya. Akhirnya teman-teman Ratna pun hadir. Meski hanya bertujuan untuk melihat permainan Ratna jika dibandingkan dengan menikmati sebuah pertunjukan teater.
"Ternyata 50% bilang asyik ya melihat live performance. Tapi ada juga yang menatakan terlalu serius. Tapi saya dapat penonton baru yang tidak usah dari kalangan seniman," pungkasnya. Rupanya, menjaring penonton baru yang bukan berasal dari kalangan seniman menjadi tujuan Ratna. Itulah yang menjadi rahasia sukses Ratna menjadi seorang pimpinan produksi Teater Koma.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved