Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
Memiliki nama belakang Waseso membuat orang langsung bertanya apa hubungannya dengan Budi Waseso, perwira Polri yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) yang sekarang menjadi Direktur Utama Perum Bulog. Jawabannya tidak ada. Pertanyaan itu kerap diterima perempuan yang berprofesi sebagai dokter tersebut.
"Banyak orang yang mengira seperti itu (ada hubungan), tetapi nyatanya tidak. Nama belakangnya sama-sama nama Jawa," kata Linda saat ditemui Media Indonesia di kantornya di Jakarta, Rabu (12/6).
Perempuan berbadan tinggi semampai tersebut mengaku, meskipun dirinya ialah seorang dokter begitu pun dengan sang suami, ibu dua anak itu mengaku tidak harus memaksa kedua anaknya mengikuti profesi mereka. Perempuan kelahiran 22 Maret 1963 tersebut justru membebaskan mereka untuk memilih profesi sesuai minat dan bakatnya.
"Saya tidak menanamkan kalau orangtuanya dokter maka anaknya harus dokter, jadi saya memberikan kebebasan mereka untuk menjadi manusia yang dibentuknya sendiri. Kebetulan suami saya juga seorang dokter, tapi anak saya dua tidak ada yang mau jadi dokter," ungkap Linda.
Kedua anak dari perempuan yang pernah menjadi atlet basket semasa SMA tersebut saat ini memiliki profesi yang berbeda dengannya. Anak sulungnya berprofesi sebagai arsitek, sedangkan anak bungsunya menjadi pengacara.
Linda hanya menekankan satu hal dalam pendidikan kepada anaknya, yakni disiplin dalam semua kegiatan mereka.
"Kalau saya menanamkan ke anak-anak, hidup itu tidak mudah dan merupakan tantangan. Kalau mau sukses, kita harus menghadapi itu semua. Saya menanamkan disiplin, tetapi tidak disiplin seperti zaman saya anak-anak, tapi disiplin yang datang dari diri sendiri, mulai berangkat sekolah, harus belajar, itu disiplin yang datang dari diri sendiri, dari situ dia akan berkembang pribadinya," pungkas perempuan yang juga hobi membaca, berenang, dan tenis tersebut.
Takut
Sebagai seorang dokter dan pengurus di PMI, sadar donor darah tidak mudah. Apalagi, mereka yang takut dengan jarum dan darah.
Linda menyarankan mereka yang takut dengan jarum dan darah bisa mengurangi ketakutan mereka dengan donor darah. Sekali mendonorkan darah, Linda yakin orang tersebut akan ketagihan untuk melakukannya lagi. Lebih lanjut Linda mengatakan rasa takut tersebut sebenarnya wajar sehingga para petugas PMI yang mengambil darah sudah memiliki cara untuk mengatasinya.
"Dulu anak saya juga begitu, bahkan sampai mau pingsan. Namun, setelah donor sekali, sekarang dia ketagihan," imbuhnya.
Trik disesuaikan dengan tingkat ketakutan orang tersebut. Bila takut melihat jarum sutik, biasanya dimotivasi. "Niat donor darah menolong orang yang membutuhkan tidak hanya satu, tapi bisa dua, tiga orang," ujar Linda.
Selain itu, sang pendonor tidak usah melihat jarum dan darah. Biasanya petugas akan memberikan bola kecil untuk digenggam guna mengurangi rasa sakit.
"Saat darah akan diambil, kami informasikan ada rasa sakit seperti digigit semut sebentar. Setelah itu, apabila terasa pusing atau gelap karena rasa takut berlebihan, kami akan membantu menaikkan tungkai ke atas untuk menaikkan darah kembali ke atas," paparnya. (Riz/M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved