Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
DI penghujung masa jabatan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, intensitas kesibukan semakin tinggi. Selain perhelatan olahraga, yakni Asian Games dan Asian Para Games, ada juga peristiwa bencana alam di NTB dan Sulawesi Tengah. Dalam waktu yang bersamaan, Indonesia juga harus menggelar pertemuan akbar, Annual Meeting IMF-World Bank Group 2018 di Nusa Dua, Bali, beberapa waktu lalu.
Untuk mengetahui capaian pemerintahan selama 4 tahun dan masalah-masalah mutakhir, Pemimpin Redaksi Metro TV Don Bosco Selamun mewawancarai Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/10). Sebelumnya, Media Indonesia melakukan perbincangan dengan mantan Gubernur DKI itu dalam berbagai kesempatan. Berikut petikannya.
Indonesia menghadapi perhelatan penting dunia, Asian Games, Asian Para Games, dan pertemuan IMF-World Bank di Bali. Dalam waktu yang bersamaan, kita juga menghadapi bencana alam yang dahsyat di Palu, Donggala, dan Sigi. Bagaimana Anda melihat hal itu?
Ya kita harus menunjukkan sebagai sebuah negara besar yang memiliki daya tahan terhadap ujian apa pun, cobaan dan tantangan apa pun. Di Jawa dan Palembang ada Asian Games, tapi kemudian di NTB ada gempa, ya kita hadapi. Asian Games-nya harus sukses, tetapi gempanya juga harus ditangani. Masuk ke Para Games, terus Annual Meeting World Bank. Meskipun ada gempa di Palu, ya harus kita hadapi sebagai sebuah negara yang memiliki daya tahan yang baik.
Kita harus tunjukkan bahwa jangan kelihatan kita lemah atau jangan sampai dilihat kita menyerah, tidak. Saya rasa ini negara besar yang memang harus kuat terhadap tantangan. Punya daya tahan terhadap tantangan, ujian, dan cobaan apa pun. Saya selalu meyakini itu dan saya lihat masyarakat merasakan kita memiliki daya tahan yang baik.
Memasuki kontestasi Pilpres 2019, ruang publik dihiasi hoaks macam-macam. Apa tanggapan Anda?
Saya kira yang paling penting dari elite-elite politik. Elit-elite politik harus memberikan pembelajaran, harus mengedukasi masyarakat dengan hal-hal yang mendewasakan kita dalam berpolitik, mematangkan kita dalam berpolitik. Jadi, ya kita mengajak elite-elite politik itu dalam kontestasi apa pun, dalam pemilihan bupati, pemilihan wali kota, presiden, itu selalu mengedepankan adu gagasan, adu ide, adu program, adu prestasi, rekam jejak, track record.
Saya kira yang harus dikedepankan itu sehingga masyarakat yang menilai. Jangan sampai kita ini justru terjebak pada hoaks, saling fitnah, saling mencela, dan menurut saya yang namanya kritik boleh-boleh saja, tapi kita harus membedakan kritik dan hoaks, kritik dan mencela, sangat berbeda sekali.
Saya mengajak, marilah kita mengisi kontestasi politik, baik itu di tingkat daerah, provinsi, maupun nasional, dengan mengedukasi masyarakat lewat adu ide, adu gagasan.
Anda selalu dituding melakukan pencitraan dalam berbagai peristiwa, misalnya naik sepeda motor saat membuka Asian Games. Bagaimana Anda menghadapi tudingan ini?
Masalah di Opening Ceremony Asian Games, kita naik motor, ya menurut saya kan itu sebuah pertunjukan, sebuah hiburan. Jadi, hal-hal seperti itu dipandang dari sudut politik, apa-apa dipandang dari sudut politik, isinya menjadi yang benar jadi tidak benar, kemudian yang benar bisa salah. Saya tidak pernah merasakan apa pun dari kritik-kritik yang tidak baik. Kalau itu tidak baik, ya saya perbaiki. Saya bekerja, juga mendengarkan kalau ada yang perlu diperbaiki dan dibenahi. Ada hal yang cepat kita perbaiki, ada pula hal yang kadang-kadang juga memerlukan waktu.
Pidato Anda yang mengutip serial Game of Thrones di pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia banjir pujian dari pemimpin-pemimpin dunia. Pesan apa yang hendak disampaikan?
Perhelatan ekonomi dan politik dunia saat ini diwarnai pertarungan antarnegara besar dan elite. Perebutan itu bagaikan roda besar yang berputar seperti siklus kehidupan. Satu negara lain berjaya, sementara yang lain hancur. Mereka tak sadar tentang ancaman yang lebih besar, misalnya perubahan iklim dan menurunnya ekonomi global. Konfrontasi mengakibatkan penderitaan bukan hanya bagi yang kalah, tapi juga bagi yang menang.
Kalau sadarnya baru belakangan, sudah terlambat. Kalau kekalahan dalam perang, hasilnya sama, yaitu dunia yang porak-poranda. Tak ada artinya kemenangan dirayakan di tengah kehancuran.
Adakah relevansi pidato Anda itu dengan kondisi negara kita yang memasuki tahun politik?
Saat ini kita memasuki tahun politik, semuanya sudah tahu, masyarakat kita akan terlibat dalam proses kontestasi politik. Memang kontestasi akan diikuti kompetisi dan rivalitas, tapi tidak boleh saling menjatuhkan dan menimbulkan kegaduhan, kebencian, dan saling memfitnah, serta menimbulkan saling kerusakan. Kontestasi tak boleh mengorbankan fondasi sosial dan politik kita berupa stabilitas dan keamanan, toleransi. Rakyat kita harus merayakan kontestasi ini dengan kegembiraan. Yang diwarnai narasi-narasi yang sejuk dan ide-ide untuk kemajuan, program-program untuk Indonesia maju dengan penuh kematangan, yang justru akan memperkokoh Bhinneka Tunggal Ika kita.
Dengan fondasi yang kuat, bangsa kita akan kokoh. Ketidakpastian ekonomi global yang kita rasakan, terorisme, radikalisme, itu tantangan yang akan dihadapi ke depan. Kalau kita bersatu, pasti kita bisa. Saya berikan contoh Asian Games. Biasanya kita rangking 22, 17, kita tak pernah bicara agama, suku atletnya apa. Tapi kita bicara satu, Indonesia Raya. Nyatanya kita bisa rangking 4. Tapi pasti yang diramaikan saya naik motor. Mestinya diapresiasi, bukan dicari-cari kesalahannya.
Di tengah ekonomi global yang tidak menentu, apa pandangam Anda dengan kondisi perekonomian dalam negeri kita?
Laporan BPS (Badan Pusat Statistik) mengenai neraca perdagangan September kita semua ada surplus kurang lebih US$230 juta. Ini memperlihatkan arah perkembangan yang baik dari kinerja perekonomian kita. Karena rapat-rapat yang lalu kita konsentrasi untuk mengendalikan impor dan meningkatkan ekspor. Kita harus melakukan langkah-langkah terobosan mengendalikan impor dan tingkatkan ekspor, harus terus dilanjutkan dan pantau terus di lapangan. Saya juga minta para menteri bekerja lebih detail dalam rangka peningkatan ekspor baik migas dan nonmigas. Berkaitan dengan program B20, harus dipastikan eksekusinya di lapangan. Saya mendengar ada masalah pasokan dari CPO di lapangan. (Pol/X-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved