Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
KANKER merupakan salah satu penyakit yang sulit sekali disembuhkan karena belum ditemukan obatnya.
Jika cepat terdeteksi pada stadium awal, penderita beberapa jenis kanker lebih berpeluang untuk sembuh.
Masalahnya, tidak semua jenis kanker mudah dideteksi.
Kini ada kabar baik, para peneliti dari Washington State University, Amerika Serikat, telah mengembangkan sebuah perangkat telepon pintar spektrometer yang dikatakan dapat mendeteksi kanker dengan tingkat ketepatan sebesar 99%.
Bila benar, pastinya itu dapat membantu para dokter mendiagnosis penyakit serius di laboratorium dengan cara yang lebih mudah.
Dengan menganalisis beberapa campuran bahan kimia dalam sampel jaringan, perangkat ini akan medeteksi biomarker interleukin 6 (IL-6) yang memiliki kaitan erat dengan kanker paru-paru, prostat, hati, payudara, dan kanker kulit dan jaringan.
Meskipun bukanlah perangkat spektometer pertama yang telah dikembangkan, perangkat ini mampu memproses sebanyak delapan sampel sekaligus.
Hal tersebut tentu dapat memudahkan proses kerja dokter tanpa memerlukan fasilitas rumah sakit sepenuhnya.
"Spektrometer akan sangat menjadi berguna di klinik dan rumah sakit yang mempunyai jumlah sampel yang banyak tanpa adanya laboratorium lebih di tempatnya, atau bagi para dokter yang sedang praktik di luar negeri atau di daerah terpencil," kata pemimpin peneliti Lei Li dari Washington State University.
"Para dokter tidak perlu membawa seisi laboratorium sekaligus. Mereka hanya membutuhkan sebuah perangkat portabel dan efisien."
Cara kerja alat
Perangkat spektrometer ini bekerja dengan cara mengukur sifat-sifat cahaya dalam spektrum elektromagnetik.
Dengan merekam seberapa cahaya yang bersinar atau memantul, para ilmuwan dapat mengidentifikasi formasi berbahaya yang ada di dalam sel manusia.
Cara kerja spektrometer sangat sederhana.
Ponsel menggunakan teknik enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Teknik tersebut membuat sel antibodi berubah warna bila direaksikan dengan biomaker.
Sampel tersebut diletakkan di atas sebuah alas tipis.
Tugas ponsel ialah memindai sampel dengan menggunakan kamera.
Kemudian hasil pemindaian tersebut disimpan dalam bentuk 3D.
Sensor portabel spektrometer ini dirancang khusus untuk Iphone 5.
Namun, sejatinya bisa diatur untuk bekerja dengan ponsel lainnya.
Menurut Lei Li, pemimpin penelitian ini juga telah mengajukan paten sementara untuk penelitian tersebut.
"Selama mempunyai kualitas kamera yang bagus serta kemampuan penghitungan yang baik, ponsel tersebut dapat menggunakan perangkat ini." ujar Lei Li.
Sistem ini dapat membagikan data dengan peneliti lain secara nirkabel dan tidak membutuhkan banyak daya.
Sejauh ini, perangkat tersebut hanya diuji pada sampel sel yang sederhana, tetapi para peneliti mengatakan perangkat ini mampu mencapai tingkat akurasi yang sama pada peralatan laboratorium yang mahal.
Langkah selanjutnya ialah untuk mendapatkan persetujuan guna menjalankan uji klinis pada pasien manusia.
Para peneliti di WSU juga menyatakan sensor ini mudah diproduksi dan hanya menghabiskan biaya US$150 (Rp1,9 juta), harga yang relatif murah bagi yang membutuhkannya. (Washington State University/sciencealert.com/L-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved