Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pentingnya Keamanan Siber sebagai Benteng Digital di Era Transformasi

Melani Pau
16/12/2024 19:13
Pentingnya Keamanan Siber sebagai Benteng Digital di Era Transformasi
Budhi Wibawa selaku CEO dan Pendiri ICS Compute (kedua dari kanan) bersama jajaran ICS Compute pada konferensi pers Peluncuran ICS Compute's Managed Security Services Provider (MSSP). Senin (16/12).(MI/Melani)

DI era transformasi digital, teknologi tak lagi sekadar alat bantu. Teknologi menjadi kebutuhan utama yang mendikte hampir setiap aspek kehidupan. 

Transformasi ini membawa tantangan baru. Di mana keamanan siber menjadi kunci utama untuk melindungi data dan sistem dari berbagai ancaman.

Keamanan siber kini menjadi isu krusial di tengah pesatnya transformasi digital. Peranannya tidak hanya melindungi data dan sistem teknologi informasi (TI) dari ancaman eksternal, tetapi juga memastikan keberlangsungan operasional bisnis. Pusat Operasi Keamanan Siber (Security Operations Center/SOC) menjadi garda depan dalam mendeteksi dan merespons ancaman ini secara real-time.

Peningkatan jumlah pengguna internet di dunia tidak terlepas dari meningkatnya ancaman siber (cyber attack). Di Indonesia, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat lonjakan signifikan serangan siber: 12.8 juta serangan pada 2018, menjadi 98.2 juta pada 2019, dan 74.2 juta pada 2020. 

Pada 2023, lebih dari 403 juta insiden anomali lalu lintas siber tercatat, dengan ancaman mulai dari ransomware hingga phishing yang menargetkan sektor bisnis besar maupun UMKM. (Laporan Honeynet Project, BSSN)

“Kalau bicara soal dunia security, apalagi di dunia siber dengan perkembangan teknologi saat ini, bisa dibilang hidup kita sudah sangat tergantung dengan teknologi,” ujar Budhi Wibawa, CEO dan Pendiri ICS Compute kepada Media Indonesia pada Peluncuran ICS Compute's Managed Security Services Provider (MSSP), Senin (16/12). 

“Segala bentuk keperluan kita terdigitalisasi sehingga hanya perlu diakses lewat satu device. Tapi justru data yang ada di dalam perangkat inilah yang harus benar-benar dilindungi.”  

Kesenjangan tenaga ahli menjadi tantangan besar. Dengan kekurangan 3,4 juta tenaga kerja di industri keamanan siber global, Indonesia masih berjuang membangun sistem yang mampu mengimbangi laju serangan yang terus berkembang. Di sisi lain, regulasi yang dinamis dan keterbatasan anggaran menambah beban perusahaan untuk menjaga sistem mereka tetap aman.  

"Kalau dulu, teknologi hanya dianggap alat bantu. Sekarang, dia sudah menjadi kebutuhan hidup," jelas Budhi. "Misalnya, kalau handphone ketinggalan, pasti kita akan balik untuk mengambilnya, meskipun ribet. Tapi kalau dompet? Ya sudah, kadang bisa dibiarkan. Itu karena data penting kita sekarang ada di HP atau laptop."  

SOC yang menjadi inti MSSP ICS Compute memungkinkan pemantauan mendalam terhadap aktivitas siber dan memberikan perlindungan berlapis, memastikan perusahaan selalu satu langkah di depan ancaman. “Saat ini, ancaman cyber security semakin banyak dan muncul dengan berbagai cara. Maka, solusi keamanan siber yang memadai jadi sangat penting untuk mencegahnya,” tambah Budhi.  

Dengan MSSP, perusahaan tak hanya menghemat biaya operasional tetapi juga meningkatkan efisiensi tim TI internal. Layanan ini memberikan visibilitas penuh terhadap aset TI, memungkinkan deteksi kerentanan yang lebih cepat dan pengelolaan risiko yang lebih baik. Dengan dukungan teknologi berbasis AI dari platform Falcon, ICS Compute menawarkan solusi keamanan siber yang kuat dan responsif terhadap ancaman yang terus berevolusi.  

“Dulu banyak perusahaan yang belum benar-benar sadar akan pentingnya cyber security,” ungkap Budhi. “Tapi sekarang, semua dituntut untuk punya pengamanan ketat di setiap perangkat. Apalagi, ancaman semakin kompleks.”  (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya