Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Terkait Etika, Netizen Harus Perlakukan Dunia Digital Sebagai Realitas

Mediaindonesia.com
01/8/2022 21:08
Terkait Etika, Netizen Harus Perlakukan Dunia Digital Sebagai Realitas
Ilustrasi(habarileo.co.tz)

Dalam ruang digital, setiap orang berinteraksi dan berkomunikasi dengan banyak orang yang memiliki perbedaan kultural. Interaksi antarbudaya ini dapat menciptakan standar baru tentang etika. Di sisi lain, etika dinilai dari komunikasi atau interaksi yang dilakukan.

Perbedaan persepsi atau arti bisa terjadi ketika berkomunikasi di dunia nyata. Misalnya kata atos. Dalam Bahasa Sunda berarti sudah, sementara pada Bahasa Jawa memiliki arti keras. Relawan Mafindo, Founder of Erfa Handmade, CEO PT Erfa Karya Mandiri, Kristien Mey Triyana, ST menyebutkan, kejadian tersebut merupakan bentuk kegagalan komunikasi di dunia nyata. Fenomena ini bisa juga terjadi di dunia digital.

“Sehingga berkomunikasilah dengan jelas dan santun di dunia digital. Di dunia offline saja kisa bisa salah, apalagi di dunia digital,” kata Kristien saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, pada Jumat (29/7/2022).

Sekarang ini tingkat kesopanan netizen Indonesia mendapat sorotan. Dalam laporan Digital Civility Index (DCI) pada 2020, Microsoft mengumumkan pengguna internet Indonesia menempati posisi terbawah se-Asia  Tenggara, alias paling tidak sopan di wilayah tersebut.

Sehingga etika bermedia digital netizen Indonesia perlu ditingkatkan. Setiap individu harus selalu membagikan konten positif di media sosialnya. Sehingga harapannya orang di sekitar terdorong melakukan hal serupa.

Kemudian setiap netizen harus memperlakukan dunia digital sebagai realitas yang diperluas. Pada dasarnya dunia virtual dan realitas tidak terpisah. Pengguna hanya Internet Protocol (IP) yang bisa dilacak dan ditemukan. Sehingga setiap pengguna media digital bisa ditemukan meski memakai anonim. “Beretika di ruang digital dimulai dari kita sendiri. Ayo sadar bahwa di dunia digital kita tidak sendiri,” ujar Kristien. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya