Mendorong Literasi Cloud Hingga ke Desa

Siswantini Suryandari
25/8/2021 14:11
Mendorong Literasi Cloud Hingga ke Desa
Siswa SMAN 1 Semin Kabupaten Gunung Kidul DIY sedang membuat web OSIS sekolah mereka setelah ikut program belajar cloud oleh AWS..(DOK Yayasan Sagasitas Indonesia)

SEMANGAT untuk terampil di bidang cloud rupanya telah merambah ke masyarakat rural. Di gelaran virtual tentang peningkatan kompetensi talenta Indonesia di bidang cloud yang dihelat oleh Amazon Web Services (AWS), kemarin muncul sejumlah sosok di daerah yang masih sering terjadi gangguan sinyal internet. Mereka termotivasi menciptakan aplikasi-aplikasi untuk memajukan pendidikan.

Pandemi dan pendidikan jarak jauh, murid dan guru kini terbiasa dengan sistem belajar online. Berawal dari situ guru dan murid pun akhirnya bisa mempelajari teknologi cloud computing.

"Semula saya tidak yakin dapat mempelajari cloud, teknologi baru yang saya sangat awam. Namun, setelah mengikuti pelatihannya, teknologi cloud adalah teknologi masa depan yang bisa dipelajari asalkan kita punya kesungguhan dan ketekunan," ujar Sri Suharyanti, guru SMA Negeri 1 Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sri dan siswa-siswanya antusias belajar dasar-dasar cloud melalui program yang digelar AWS bersama Yayasan Sagasitas Indonesia. Kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan literasi dan peningkatan kecakapan talenta Indonesia di bidang cloud ini diikuti lebih dari 200 sekolah di 30 kota di Indonesia, termasuk SMA Negeri 1 Semin Gunung Kidul.

Program ini mengajarkan kepada pesertanya tentang fitur-fitur inovatif yang dikembangkan AWS. Mulai dari alur pembuatan situs web, hingga pembuatan aplikasi dan layanan berbasis teknologi canggih lainnya, seperti kecerdasan artifisial dengan Amazon Lex dan Internet of Things melalui Amazon Alexa.

Untuk mendukung jalannya pembelajaran, SMA Negeri 1 Semin juga menerima donasi laptop dari AWS. Laptop yang masih dikategorikan barang mewah di lingkungan SMA Negeri 1 Semin menjadi sangat berarti dalam melecut mereka untuk belajar lebih giat lagi.

baca juga: Cloud Computing

Nilai lain yang dipetik dari program ini, menurut Sri, adalah tumbuhnya semangat berbagi di kalangan siswa. "Kondisi geografis Gunung Kidul menjadikan konektivitas internet tidak optimal. Namun, ini tak menyurutkan semangat mereka untuk belajar. Siswa yang memiliki konektivitas lancar, membuka rumahnya untuk dijadikan tempat belajar bersama. Begitupun dengan siswa yang sudah mendapatkan pelatihan. Mereka akan berbagi pengetahuan kepada teman-temannya yang lain," ungkap Sri.

Hasilnya? Kini SMAN 1 Semin memiliki web khusus OSIS sekolah tersebut yang dibangun oleh murid-muridnya. Web OSIS ini berisi berbagai informasi seputar kegiatan sekolah.


Platform Belajar Sejarah Kekinian

Tak hanya siswa-siswa SMA Negeri 1 Semin Gunung Kidul, literasi tentang cloud juga dipelajari oleh Bima Mukhlisin, siswa SMK Negeri 2 Pengasih Kulon Progo, DIY. Ia mengikuti program pelatihan AWS bersama rekannya. Dari hasil pembelajaran tersebut, Bima dan teman sekelasnya mengembangkan platform belajar sejarah kekinian dan interaktif. Ia membangun web diberi nama Very Second https://main.daqofomyn52qd.amplifyapp.com/.

"Saya menciptakan platform itu saat mengecek di internet bahwa kunjungan masyarakat ke museum Soeharto di Bantul dan Ronggowarsito di Semarang terus menurun sebelum pandemi. Saya kemudian mencoba membuat platform agar anak-anak muda menyukai ilmu sejarah. Platform ini diharapkan bisa menumbuhkan rasa cinta anak muda pada sejarah Indonesia," ungkap Bima.
 
Media belajar sejarah interaktif yang dikembangkan Bima dan rekannya ini mendapatkan anugerah terbaik untuk kategori SMK di kompetisi Cloud Computing Club Yogyakarta yang diselenggarakan AWS bersama Yayasan Sagasitas Indonesia, didukung Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY.

Dukung Santri Cakap Cloud

Program pengembangan kecakapan talenta Indonesia di bidang cloud juga melibatkan para santri. Bekerja sama dengan Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdatul Ulama (RMI NU), organisasi yang membawahi pesantren terafiliasi PBNU di seluruh Indonesia, AWS menghadirkan pelatihan dan dukungan laptop melalui program Laptop for Builders.

Hatim Gazali atau Gus Hatim, Pengurus RMI NU mengatakan para sanrri di pelosok negeri sekalipun memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas dan mengembangkan kompetensinya.

RMI NU dan AWS juga menyelenggarakan kompetisi Santri 4.0 yang bertema ‘Dari Santri untuk Pesantren dan Umat Islam’ bagi guru dan santri. Melalui kegiatan di bawah payung program Laptop for Builders ini, para guru dan santri didorong untuk makin peka terhadap berbagai masalah yang ada, serta mampu mencarikan solusi yang tepat dengan pemanfaatan teknologi.


SDM Cakap Digital

Program-program peningkatan kompetensi di bidang teknologi digital, termasuk cloud yang melibatkan industri tengah didorong oleh pemerintah terkait visi Indonesia Emas 2045. Pemerintah menargetkan bahwa pada 2035, Indonesia membutuhkan sedikitnya 9 juta SDM Cakap Digital, guna meningkatkan kontribusi ekonomi digital hingga 18%.

Menjawab kebutuhan ini, Country Leader Indonesia AWS, Gunawan Susanto mengungkapkan bahwa pihaknya berkomitmen untuk menggelar program-program peningkatan keterampilan di bidang cloud di Indonesia. Target pesertanya beragam dari siswa sekolah menengah hingga pengembang profesional.

"Selain bekerja sama dengan Yayasan Sagasitas Indonesia, AWS di Indonesia juga bekerja sama dengan Dicoding, sebuah startup yang bergerak di bidang pendidikan. Bersama Dicoding, AWS menggelar program beasiswa bagi pengembang Cloud dan back-end. Program ini menawarkan pelatihan gratis kepada 100 ribu peserta didik pertama dengan kurikulum pengembangan back-end yang komprehensif," kata Gunawan. (N-1)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya