Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Benarkah Harimau Jawa masih Ada

Gurit Ady Suryo
16/9/2017 07:20
Benarkah Harimau Jawa masih Ada
(Ist)

BALAI Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) menemukan indikasi masih hidupnya harimau Jawa yang dinyatakan punah puluhan tahun lalu. Sebelum kepunahan harimau jawa, semenanjung Ujung Kulon memang menjadi salah satu habitat hewan dengan nama latin Panthera tigris sondaica ini.

Pada pertengahan 1970, salah satu subspesies harimau di Indonesia ini dinyatakan mengalami kepunahan (extinct) oleh lembaga International Union of Conservation for Nature (IUCN). Mundur lagi ke 30 tahun sebelumnya, sepupu dekat harimau jawa, yakni harimau bali, juga telah dinyatakan punah. Hingga saat ini ada tiga subspesies harimau di dunia yang dinyatakan punah oleh IUCN, yaitu harimau kaspia, harimau bali, dan harimau jawa.

Kepala Balai TNUK Mamat Rahmat mengatakan indikasi harimau jawa belum punah ditemukan saat para pegawai melakukan inventarisasi banteng di padang penggembalaan di Cidaon, Jumat (25/8) lalu. Saat itu mereka melihat kucing besar sedang memangsa bangkai banteng. Dari perawakannya, kucing besar tersebut lain dari yang biasa ditemui.
"Kawan-kawan melihat ada binatang kucing besar, tapi dengan lorengnya itu sedikit berbeda dengan macan tutul yang dijumpai teman-teman di Ujung Kulon. Akhirnya difoto, diduga apakah ini macan tutul jawa atau kucing besar lainnya, misalnya, harimau Jawa," kata Mamat. Pihak balai sendiri, menurut Mamat, berharap harimau jawa masih ada di sana.


Eksistensi harimau jawa

Kesangsian akan status punah harimau jawa telah lama dikemukakan banyak pihak. Sejumlah laporan dan bukti menyatakan karnivora terbesar di Pulau Jawa ini masih ada. Jejaknya ditemukan di kawasan Taman Nasional (TN) Meru Betiri di Banyuwangi pada 1974, dan hasil penelitian saat itu menduga masih ada sekitar 3-4 ekor harimau jawa.
Seorang jagawana di TN Meru Betiri pada 1993 melaporkan melihat seekor harimau loreng melintas di Pantai Sukamade, pada 1997 dan 2006. Di Sukamade juga ditemukan jejak yang diduga harimau jawa. Selain itu, masyarakat di sekitar hutan TN Meru Betiri masih sering menginformasikan perjumpaan dengan macan loreng, bukan macan tutul.

Tim ekspedisi disiapkan

Balai Taman Nasional Ujung Kulon menggaet WWF Indonesia untuk mencari kucing besar yang diduga sebagai harimau jawa yang dipotret ranger. Sejumlah metode disiapkan. Koordinator WWF Ujung Kulon Kurnia Octavia Khairani mengatakan tim ekspedisi yang disiapkan bersama TNUK bukan hanya memastikan keberadaan harimau jawa. Tim ini juga melakukan konservasi spesies yang masuk famili kucing-kucingan itu.

"Kita menyebutnya bukan ekspedisi harimau jawa. Ekspedisi (famili) kucing-kucingan, apakah memang spesies terduga itu harimau jawa atau bukan," katanya. Tim yang turun di lapangan, menurutnya, akan melakukan beberapa metode. Yaitu, penelusuran di daerah pertama kali harimau muncul di Cidaon. Kemudian akan dilakukan pemasangan <i>camera trap<p> di beberapa lokasi yang dianggap menjadi habitat hewan tersebut.

"Kalau menemukan feses atau sampel biologis lainnya, kita koleksi dan tes DNA. Jadi kita lakukan investigasi untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat," ujarnya. (Sumber: Balai Taman Nasional Ujung Kulon/WWF/Antara/pedulikarnivorajawa.ORG/L-1/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya