Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Ambisi Nuklir Tiongkok di Laut Sengketa

Hanif Gusman
26/8/2017 14:20
Ambisi Nuklir Tiongkok di Laut Sengketa
()

DI tengah sengketa klaim kepemilikan beberapa negara terhadap Laut China Selatan, Tiongkok berencana mengirim armada reaktor nuklir ke kawasan itu. Reaktor tersebut diproyeksikan sebagai penyedia energi bagi pulau-pulau terluar dan rig minyak pada 2020.

Rencana tersebut ditandai pengumuman perusahaan milik negara, China National Nuclear Corporation (CNNC), yang telah mengucurkan dana sekitar 1 miliar yuan (US$150 juta) untuk membuat perusahaan baru. Perusahaan patungan (joint venture) akan mengamati reaktor nuklir yang dipasok China National Nuclear Power (CCNP) dan galangan kapal yang akan dibangun perusahaan maritim terkemuka di negara tersebut.

Nantinya kapal-kapal tersebut akan dilengkapi dengan reaktor nuklir mini ACP100. Reaktor tersebut diperkirakan mampu menghasilkan daya sekitar seperempat dari daya yang dihasilkan pembangkit tenaga nuklir sipil biasa. Selain sebagai armada reaktor nuklir terapung, kapal-kapal itu diperbantukan untuk kejadian darurat seperti bencana alam, termasuk wilayah yang dilanda tsunami.

Peneliti di National Institute for the South China Sea Chen Xiangmiao menyebutkan reaktor nuklir terapung tersebut memiliki banyak kegunaan lain.

"Pabrik nuklir terapung dapat menyediakan kebutuhan energi dari pulau-pulau dan terumbu karang di Laut China Selatan. Pabrik tersebut juga akan menyediakan perlindungan lingkungan, pengamatan cuaca, navigasi dan pengembangan minyak dan gas," ujar Chen Xiangmiao kepada Global Times.

Pabrik nuklir nantinya akan mampu menyediakan energi bersih, panas, bahkan air untuk pulau-pulau terpencil dan rig minyak. Pengerjaan pabrik tersebut memakan biaya lebih dari 300 juta pound sterling (US$373 juta).

Direktur China's State Administration of Science, Technology and Industry for National Defense Wang Yiren menyatakan reaktor nuklir terapung tersebut akan berperan penting dalam perkembangan teknologi di Tiongkok.

Rencana Tiongkok ini telah diterbitkan dana rencana lima tahun pada Maret 2016 yang menjelaskan ambisi Tiongkok untuk memperluas kapasitas pembangkit nuklirnya. Sebelumnya, pada 2015 pemerintah Tiongkok telah menyetujui proyek untuk membangun reaktor nuklir terapung oleh China General Nuclear Power Group (CGN).

CGN pun mulai membangun reaktor terapung tersebut pada November 2016 dengan tujuan menyediakan listrik, energi panas, dan desalinasi ke pulau buatan Tiongkok di kawasan seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi itu. Desain reaktor terapung tersebut menyerupai kapal pesiar dengan reaktor mini berdaya 200 Mwt di atasnya.

Hingga saat ini Tiongkok telah memiliki 36 pembangkit listrik tenaga nuklir yang sudah beroperasi. Sekitar 21 lainnya dalam proses pembangunan.

Wilayah sengketa
Keputusan Tiongkok untuk membangun reaktor nuklir terapung di wilayah Laut China Selatan tentunya menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa pihak yang terkait dengan sengketa klaim wilayah tersebut.

Sengketa atas wilayah dengan nilai perdagangan sekitar US$3 triliun per tahun ini telah berlangsung sejak lama. Sengketa antara Tiongkok dan beberapa negara Asia Tenggara seperti Vietnam, Filipina dan termasuk Indonesia, menyangkut banyak wilayah termasuk kepemilikan kepulauan Spratley dan Parasel. Sengketa tersebut bahkan telah dibawa Filipina ke Perserikatan Bangsa-Bangsa atas klaim Tiongkok terhadap garis sembilan di wilayah Laut China Selatan.

Selain itu, masalah lingkungan menjadi perhatian. Para analis lingkungan mengkhawatirkan timbulnya kerusakan pada pabrik akibat cuaca ekstrem yang sering terjadi di wilayah tersebut. Insinyur nuklir dan direktur Proyek Keselamatan Nuklir David Lochbaum juga menyatakan kekhawatirannya. "Skenario kecelakaan terapung berpotensi terjadi ketika bagian-bagian cair dari inti reaktor terbakar dan mencapai air laut melalui dasar kapal, yang tentunya akan menjadi bencana besar," ujar Lochbaum.(Dailymail/L-1/M-3)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya