DALAM beberapa tahun belakangan ini, sebagai pelanggan kereta komuter kereta rel listrik (KRL) yang mengintegrasikan wilayah Jakarta, Bekasi, Bogor, dan Tangerang, saya merasa nyaman.
Rasa nyaman itu tidak hanya pada saat saya berada di dalam kereta api yang suasananya jauh dari berdesak-desakan dan ketidakteraturan, tetapi juga di luar stasiun yang kondisinya juga lebih baik.
Pokoknya suasana manusiawi sudah bisa dinikmati di dalam KRL, apalagi pendingin udara yang berfungsi dengan baik.
Namun, dalam dua bulan belakangan ini, saya agak terusik dengan pengelolaan out door stasiun, terutama di Stasiun Sudimara Tangerang.
Bukan soal kebersihan atau ketertibannya, melainkan lebih pada pengelolaan parkir yang terkesan asal-asalan.
Jika di stasiun KRL lainnya menggunakan pintu parkir otomatis yang didukung peralatan parkir yang memadai di pintu masuk, di Stasiun Sudimara sudah sekitar 4 bulan ini palang pintu otomatis tidak berfungsi.
Mereka selalu beralasan, palang pintu otomatis rusak.
Akibatnya, setiap pengguna KRL yang memarkirkan kendaraannya mendapatkan karcis secara manual dari petugas karcis.
Saya juga tidak yakin apakah petugas itu resmi dari PT KAI yang diperbantukan di Stasiun Sudimara.
Alhasil, kondisi itu sangat merugikan bagi pengguna KRL yang memarkirkan kendaraan di area parkir Stasiun Sudimara.
Pasalnya, juru parkir asal menyebut saja berapa uang yang saya harus bayar.
Saya merasa uang yang saya bayarkan untuk parkir tidak sebanding dengan waktu parkir.
Saya melihat biaya parkir lebih mahal ketimbang parkir di stasiun KRL lainnya.
Hal itu juga dirasakan pengguna KRL lainnya yang kebetulan satu kompleks dengan saya.
Karena itu, melalui surat pembaca ini mohon perhatian pihak pengelola KRL komuter khususnya di Stasiun Sudimara agar menertibkan sistem parkir yang cenderung dikerjakan asal-asalan ini.